Ahli nahwu bernama Ibnu Malik berkata, “Wafa’latun
limarrotin kajalsatin wafi’latun lihaiatin kajilsah.” [1]
Artinya “(Semua lafal yang sewazan) fa’lah untuk
menyatakan dilakukan sekali, seperti ‘jalsah’ duduk sekali.
(Semua lafal yang sewazan) fi’lah untuk menyatakan ‘tingakah,
gaya, atau model’, seperti ‘jilsah’ model atau tingkah duduk(nya).”
Karena, “Hikmah” Sewazan dengan ‘jilsah’
maka artinya ‘kelakuan atau ucapan benar’.
Mujahid menjelaskan, “Benar ketika berkata dan berbuat.” [2]
Jika Firman Allah dikaji, maka makin jelas, “Dan niscaya Kami
benar-benar telah memberi ‘hikmah’ pada Luqman. (Berbentuk ajaran)
‘bersyukurlah! Pada Allah. Lalu Allah menjelaskan faidah dari ‘hikmah’
bersyukur, ‘barangsiapa bersyukur, maka bersyukur untuk dirinya’. (Dan
menjelaskan bahayanya kufur (tidak bersyukur)) ‘barangsiapa kufur, maka Allah
Maha Kaya, Maha Terpuji’.” [3]
وفعلة لمرّة كجلسة ... وفعلة لهيئة كجلسة.
قَالَ مُجَاهِدٌ:
الْإِصَابَةُ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ.
[3] {وَلَقَدْ
آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ} [لقمان: 12].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar