Firman Allah, “Hai kaum iman! Jangan
dekati sholat! Di waktu:
1. Kalian sama mabuk. Hingga kalian tahu
yang kalian katakan.
2. Begitu pula di waktu kalian junub,
hingga kalian mandi (junub), kecuali hanya menyeberang jalan (Masjid).
Jika kalian:
1. Sakit.
2. Atau pergi jauh.
3. Atau seorang kalian datang dari WC. [1]
4. Atau kalian (jimak) bersentuhan
dengan wanita, namun tidak kalian jumpai air (untuk bersuci), maka bertamumlah
dengan debu yang baik! Usapkan pada wajah-wajah dan tangan-tangan kalian! Sungguh
sejak dulu, Allah Maha Pengampun, Maha Pemaaf.” [2]
Ajaran termudah ini ditinggalkan oleh
Umar, Ibnu Masud RA, Syaqiq dan kawan-kawannya, karena ingin mendapatkan pahala
yang lebih besar. Tentang ini, Bukhari mengulas di dalam kitabnya:
Pada Al-A’masy, Syaqiq berkata, “Saya pernah duduk bersama Abdillah dan
Abi Musa Al-Asy’ari RA (dua sahabat Rasulillah SAW).
Pada Abdullah, Abu Musa RA bertanya ‘sungguh kalau seorang pria ‘junub’
dalam waktu sebulan, dia tidak menemukan air, apa tidak tayamum dan tidak
sholat? Lalu bagaimana kalian mempraktikkan Ayat dalam Surat Al-Maidah ini? Falam
tajiduu maaan fatayammamuu sha’iidan thayyiban - Namun tidak kalian jumpai
air (untuk bersuci), maka bertamumlah dengan debu yang baik!?’.
Abdullah berkata ‘kalau mereka diperbolehkan dalam urusan ini, niscaya
jika air ‘dingin’ memberatkan mereka, mereka hampir bertayamum dengan debu’.”
Al-A’masy bertanya, “Hakikinya kalian benci (tayamum) ini, karena ini?.”
Setelah menjawab, “Ya” Syaqiq meneruskan Kajiannya: Abu Musa bertanya
‘apa engkau tidak mendengar ucapan Ammar pada Umar?’:
Rasulullah SAW pernah mengutus saya untuk suatu hajat. Setelah junub,
ternyata tidak saya jumpai air. Hingga saya berguling-guling pada tanah,
seperti binatang berguling-guling. Setelah saya menjelaskan demikian itu, nabi
SAW bersabda ‘hakikinya saat itu, kau cukup berbuat demikian’. Beliau SAW memukulkan
tangannya ketanah, sekali, lalu mengibaskan. Dua telapak tangannya diusapkan
pada punggung dua telapak tangannya. Telapak tangan kiri diusapkan pada
punggung telapak tangan kanan. Telapak tangan kanan diusapkan pada punggung telapak tangan kirinya. Lalu
dua telapak tangannya diusapkan pada wajahnya.
Abdullah menjawab ‘apa kau tidak melihat Umar tidak menerima ucapan
Ammar?’.”
Dalam kajian ini, Ya’la menambahkan keterangan dari dari Al-A’masy dari
Syaqiq, “Saya dulu pernah bersama Abdullah dan Abi Musa RA. Abu Musa berkata
‘apa kau tidak mendengar ucapan Ammar pada Umar:
Sungguh Rasulullah SAW pernah mengutus saya dan kau. Setelah saya junub
dan berguling-guling di pasir, kita menghadap Rasulallah SAW, untuk laporan.
Beliau bersabda ‘hakikinya saat itu, kau cukup melakukan demikian’. Dan
mengusap wajah dan dua tangannya, sekali.” [3]
Dalam kajian ini terkandung hikmah:
1. Tayamum ‘amalan termudah’ boleh
diamalkan, hanya berwudhu lebih utama.
2. Umar, Abdullah bin Mas’ud RA, Syaqiq
dan teman-temannya, meyakini, “Wudhu lebih utama daripada tayamum.” Tidak mengharamkan
tayamum, hanya khawatir jika tayamum dikaji dan diamalkan, akan berakibat
manusia ‘bertayamum’, jika kedinginan.
3. Ajaran Allah ada tingkatan keutamaanya.
[1]
Terkadang oleh Bukhari, “Ghaaidh” Diartikan WC.
[2] { يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى
تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى
تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ
مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً
فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا} [النساء: 43].
347 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ،
عَنْ شَقِيقٍ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ وَأَبِي مُوسَى
الأَشْعَرِيِّ، فَقَالَ لَهُ أَبُو مُوسَى: لَوْ أَنَّ رَجُلًا أَجْنَبَ فَلَمْ
يَجِدِ المَاءَ شَهْرًا، أَمَا كَانَ يَتَيَمَّمُ وَيُصَلِّي، فَكَيْفَ
تَصْنَعُونَ بِهَذِهِ الْآيَةِ فِي سُورَةِ المَائِدَةِ: {فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً
فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا} [النساء: 43] فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: لَوْ
رُخِّصَ لَهُمْ فِي هَذَا لَأَوْشَكُوا إِذَا بَرَدَ عَلَيْهِمُ المَاءُ أَنْ
يَتَيَمَّمُوا الصَّعِيدَ. قُلْتُ: وَإِنَّمَا كَرِهْتُمْ هَذَا لِذَا؟ قَالَ:
نَعَمْ، فَقَالَ أَبُو مُوسَى: أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ عَمَّارٍ لِعُمَرَ:
بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَاجَةٍ،
فَأَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدِ المَاءَ، فَتَمَرَّغْتُ فِي الصَّعِيدِ كَمَا
تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا، فَضَرَبَ
بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ، ثُمَّ نَفَضَهَا، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا ظَهْرَ
كَفِّهِ بِشِمَالِهِ أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا
وَجْهَهُ» فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: أَفَلَمْ تَرَ عُمَرَ لَمْ يَقْنَعْ بِقَوْلِ
عَمَّارٍ؟ وَزَادَ يَعْلَى، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ شَقِيقٍ: كُنْتُ مَعَ عَبْدِ
اللَّهِ وَأَبِي مُوسَى، فَقَالَ أَبُو مُوسَى: أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ عَمَّارٍ
لِعُمَرَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَنِي أَنَا
وَأَنْتَ، فَأَجْنَبْتُ فَتَمَعَّكْتُ بِالصَّعِيدِ، فَأَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْنَاهُ، فَقَالَ: «إِنَّمَا كَانَ
يَكْفِيكَ هَكَذَا. وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً»
__________
[تعليق
مصطفى البغا]
340 (1/133)
-[ش
أخرجه مسلم في الحيض باب التيمم رقم 368
(تمرغت)
تقلبت. (نفضها) هزها أو نفخ فيها تخفيفا للتراب. (ثم مسح بها وجهه) الظاهر أن
المراد ب - " ثم " هنا الجمع وليس الترتيب لما دلت عليه الروايات
الأخرى. (لم يقنع) ووجه عدم اقتناعه أنه كان معه في تلك الحادثة ولم يتذكر أصلا]
[ر
338].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar