Abu Ubaidah mendekati tawanan perang yang sama menangis. Mereka diikat, keluarga mereka tewas, harta kekayaan dirampas, dan kampung mereka rusak.
Pada penerjemah, Abu Ubaidah perintah, “Katakan pada mereka
‘kenapa kalian menangis, dan tidak segera masuk Islam? Untuk mendapatkan
keamanan dan jaminan selamat. Dengan itulah kalian dan harta kalian aman’.”
Setelah memahami pesan Abu Ubaidah, mereka berkata, “Wahai
pimpinan! Tempat kami jauh dari kalian. Kami telah mendengar khabar tentang
kalian, namun kami tak yakin bahwa kalian akan sampai ke tempat kami. Tahu-tahu
pasukan tuan telah memasuki kota, memerangi dan merampas harta kami. Menangkap
anak-anak, dan mengumpulkan kami di gunung, hingga membawa kami kemari.”
Kaum tawanan berjumlah 400 orang itu terkesima ‘menyaksikan dan
mendengarkan’ tutur kata Abu Ubaidah. Ada penerjemah yang menjelaskan pada
mereka, “Maksud beliau ‘kalau beliau membebaskan, dan mengembalikan keluarga,
dan harta kekayaan kalian. Apakah kalian sanggup melaksanakan perintahnya?
Membayar pajak dan menyerahkan hasil bumi?’.”
Kini mereka ricuh, saling bertanya ‘sebaiknya ditanggapi
bagaimana?’ Beberapa orang berkata, “Lepaskan kami! Kami akan melaksanakan
semua permintaan kalian.”
Di pertengahan pasukannya, Abu Ubidah berkata, “Saya berpandangan sebaiknya mereka dibebaskan, dan harta kekayaan mereka
dikembalikan, agar menjadi bawahan kita, yang bertugas mengurusi sawah ladang
dan pekarangan. Dan memberi kita ‘hasil bumi dan pajak’. Menurut kalian
bagaimana? Terus terang ‘saya tidak akan memutuskan rencana ini’ sebelum kalian
semua setuju.”
Mereka menjawab, “Itu akan lebih baik jika bertujuan untuk ‘kemashlahatan’
kaum Muslimiin! Yang mulia.”
Abu Ubaidah mewajibkan agar tiap tawanan membayar uang 4 dinar.
Setelah semua sanggup, nama mereka dicatat, dan dilepaskan. Dan harta mereka
dikembalikan.
Para tawanan pulang dengan bergembira. Setelah sampai rumah,
mereka memberi tahu pada kaum yang dijumpai, “Ternyata orang-orang Arab
sopan-sopan, dan memperlakukan tawanan dengan baik. Tadinya kami menyangka
bahwa kami ‘akan dibunuh dan anak kami akan diperbudak’. Ternyata kami
diperbolehkan pulang ke rumah, dengan syarat ‘membayar pajak dan menyetorkan’
hasil bumi.”
Beberapa saat setelah itu, kaum Romawi berdatangan banyak
sekali, menememui Abu Ubaidah. Mereka mengajukan ‘permohonan damai’, membayar
pajak, dan menyerahkan sebagian hasil bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar