Abu Ubaidah
terkejut oleh datangnya seorang bathriq, membawa barang-barang berharga,
berjumlah banyak. Bathriq mengajukan ‘permohonan damai’ untuk dirinya dan
kaumnya, selama setahun penuh, agar tidak diserang.
Bathriq
berkata, “Kalau kalian mampu menduduki kota Ba’labak, kami akan bergabung pada
kalian, bahkan segala keinginan kalian akan kami laksanakan.”
Abu Ubaidah mengabulkan permohonan dengan syarat, bathriq menyerahkan uang 4.000 dirham,
dan 50 kain sutra Dibaj.
Setelah
urusan selesai, Abu Ubaidah membawa pasukan menuju Ba’labak (Balbek). Hanya,
sebelum dia meninggalkan jauh dari Labwah, tiba-tiba muncul pasukan yang
ternyata Usamah bin Zaid At-To’i.
Abu Ubaidah
bertnya, “Hai Usamah! Kau datang dari mana?.”
Usamah menjawab, “Dari Madinah” Sambil memberikan surat dari Umar bin Al-Khatthab.
Setelah surat dibuka, di dalamnya tertulis:
لا
إله إلا الله محمد رسول الله بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Hamba Allah: Umar Amirul Mu’miniin untuk Kepercayaan Umat
سلام
عليك
Sungguh saya
memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya mendoakan sholawat
untuk Nabi-Nya, Muhmmad. Ammaa
ba’d:
Ketentuan dan
Kodrat Allah, takkan dapat dihalang-halangi. Yang di Lauchil-Machfuzh tertulis sebagai ‘orang kafir’ pasti
takkan beriman. Raja Jabalah bin Al-Aiham Al-Ghassani bersama anak-anak
pamannya, dan sejumlah tokoh masyarakat, telah datang padaku. Mereka telah saya
beri tempat yang layak, dan saya muliakan sebagai tamu. Saya berbahagia karena ‘mereka
masuk Islam’. Karena dengan mereka saya berharap, ‘Allah akan memperkuat’
Islam. Mengenai barang ghoib memang saya tidak tahu. Saya telah melakukan
perjalanan menuju Makkah yang dijaga dan dimuliakan oleh Allah, untuk
mengamalkan haji.
Jabalah melakukan thowaf di Baitillah. Tiba-tiba ada lelaki dari Fazaroh yang menginjak
hingga kain Jabalah lepas dari pundaknya. Dia menoleh dan marah, “Celaka
kau! Membuat kainku lepas di Tanah Haram Allah Ta’ala!.”
Dia menjawab,
“Demi Allah saya tidak sengaja.”
Jabalah
menghantam sekeras-kerasnya pada lelaki itu. Hidung lelaki berdarah, dan empat
gigi serinya lepas. Lelaki itu datang padaku untuk melaporkan tindakan Jabalah.
Saya perintah agar Jabalah dihadirkan, untuk ditanya, “Apa yang mendorong kau ‘memukul
dan melepaskan’ empat gigi seri saudaramu, di dalam Islam? Hidungnya juga
berdarah?.”
Dengan marah,
Jabalah menjawab, “Dia telah menginjak hingga kainku lepas! Demi Allah kalau
tidak di Tanah Haram Allah, dia telah saya bunuh.”
Saya
bertanya, “Kau setuju nggak? Jika dia memaafkan kau? Atau kau harus dikisos?.”
Dia menjawab,
“Bagaimana mungkin saya dikisos? Sedangkan saya raja; dia hanya rakyat
jelata?.”
Saya
menjawab, “Kau dan dia sama-sama telah di dalam wadah Islam, yang membuat kau
mengungguli dia, hanya kalau ‘mau memaafkan’ dia.”
Raja Jabalah
berkata, “Ketentuannya besok pagi, saya akan dikisos, apa nggak.”
Saya bertanya
pada lelaki yang giginya lepas, “Bagaimana kalau besok pagi saja?.”
Dia menjawab,
“Ya.”
Namun
ternyata di malam itu, Jabalah dan keluarganya, meninggalkan Madinah menuju
Syam, menghadap kalbutthogiyah (anjing berhala). [1]
Saya berharap
semoga ‘Allah memberi kau kemampuan’ menangkap Jabalah. Oleh karena itu
datanglah ke Himsh (Homs)! Jika penduduknya mengajukan perdamaian, terimalah!
Namun jika membandel, perangilah! Tugas selain itu, utuslah orang untuk
memata-matai penguasa Anthokiah! Dan waspadalah pada kaum Nashrani.”
والسلام
عليك ورحمة الله وعلى جميع المسلمين
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
فقلت للفزاري:
اتتركه إلى غد قال: نعم فلما كان الليل ركب في بني عمه وتوجه إلى الشام إلى كلب الطاغية.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar