Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/02/22

PS 73: Pembebasan Syam




Surat diserahkan agar dihantar oleh Abdullah bin Qurth, kepada Abu Bakr, di Madinah.   

Umar terkejut ketika membaca surat berjudul: Dari Khalid bin Al-Walid untuk Abu Bakr As-Shiddiq RA. Wajahnya memerah, bibirnya melafalkan, “Hai putra Qurth! Masyak orang-orang di sana tidak tahu bahwa ‘Abu Bakr telah wafat? Dan saya telah mengangkat Abu Ubaidah bin Al-Jarrach’ sebagai pemimpin?.”
Abdullah bin Qurth terkejut dan menjawab, “Tidak tahu.”
Sontak Umar marah. Lalu mengumpulkan Jamaah.

Di Masjid Nabawi itulah, Umar naik mimbar, untuk berkhotbah,“Hai Jamaah semuanya! Sungguh saya telah mengangkat ‘Abu Ubaidah’ yang sangat terpercaya, sebagai pemimpin. Saya yakin dia orang yang tepat mengemban amanat. Jabatan Khalid sebagai Panglima ‘telah saya lepas’.”
Sejumlah jamaah terkejut pada pernyataan Umar, terutama seorang pemuda dari keluarga besar Makhzum. Dengan keras, dia berkata, “Kenapa kau justru melepas jabatan lelaki, yang melalui tangannya, Allah menghunus Pedang Tajam?! Melalui dia pula, Allah menolong Agama-Nya!? Sungguh Allah takkan mengampuni kecerobohan kau dan yang mendukung kebijakan kau! ‘Pedang terhunus itu’ justru kau sarungkan lagi, jika kau mengangkat pimpinan selain dia. Dengan ini kau juga telah memutus hubungan kerabat.”
Banyak orang yang merasa lega, karena keinginannya terwakili, oleh lelaki itu.
Umar mengecek dengan cermat, status pemuda yang barusan berbicara. Ternyata pemuda itu usianya belum matang. Umar berkata, “Pantesan! Masih sangat muda. Dia membela anak pamannya.”

Umar turun dari mimbar untuk mengambil surat yang telah ditulis. Dengan cermat, dia mempertimbangkan lagi keputusannya, mengenai ‘pelepasan jabatan Khalid’.

Di pagi itu, Umar mengimami sholat subuh. Lalu berdiri dan naik mimbar untuk berkhotbah. Khotbah dimulai dengan pujian dan sanjungan pada Allah. Lalu menjelaskan tentang ‘Rasulallah dan sholawat’ untuknya SAW. Lalu mendoakan rahmat untuk Abu Bakr As-Shiddiq RA.
Inti khutbah, “Hai Jamaah semuanya! Saya telah menanggung amanat besar! Saya penggembala! Semua penggembala akan ditanya tentang ‘gembalaan mereka !’ Saya datang kemari untuk berbuat ‘kedamaian, dan memikirkan’ kehidupan kalian! Selain itu, saya juga berupaya agar kalian semuanya, di negeri ini, ‘dekat pada Tuhan’. Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda, Barangsiapa bersabar pada kesulitan di Madinah, di hari kiamat nanti, saya akan memberi syafaat dia’.Tanah kalian ini, tidak bisa ditanami gandum, juga tidak cocok untuk beternak, karena tidak berair. Sehingga unta pun sulit gemuk. Yang mendasari pikiran saya dalam kebijakan adalah: ‘Allah telah menjanjikan rampasan perang’ yang banyak, untuk kenyamanan kita. Oleh karena itu, kekayaan itu akan saya peruntukkan pada kaum khusus, dan semua orang pada umumnya. Dengan tujuan menegakkan amanat, dan agar kaum Muslimiin hidup berkecukupan. Jadi tujuan saya melepas jabatan Khalid, bukan karena saya dengki atau benci pada Khalid. Saya sangat menyayangkan pada tindakan dia yang boros, dalam kehidupannya. Yang dipentingkan, para penyair yang menyanjung kehebatannya, dan pasukan elitnya. Mereka diberi hadiah besar-besaran, hingga melampaui batas. Kaum faqir miskin yang kehidupannya serba sulit justru terabaikan. Terus terang ‘saya melepas’ jabatannya, dan ‘mengangkat Abu Ubaidah’ sebagai penggantinya. Allah lah yang tahu bahwa saya mengangkat Abu Ubaidah demi amanat. Oleh karena itu, jangan sampai ada yang berkata ‘orang yang sangat perkasa, justru diganti dengan orang terpercaya, namun lentur terhadap kaum Muslimiin’. Allah lah yang akan memperkuat dan menolong ‘Abu Ubaidah’.”

Banyak yang menangis terharu, setelah mendengar pernyataan Umar yang agung.

Umar RA turun dari mimbar, untuk mengambil kulit merah, yang akan ditulisi, untuk dikirimkan pada Abu Ubaidah

بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Hamba Allah, Umar bin Al-Khatthab Amirul mukminiin, untuk Abu Ubaidah
سلام عليك
Sungguh saya memuji pada Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya mendoakan sholawat untuk Nabi-Nya, Muhammad SAW. Selanjutnya, saya memutuskan ‘Kau Saya Angkat Sebagai Penggembala Muslimiin’. Jangan malu atau sungkan dalam mengambil kebijakan, karena Allah tidak malu pada kebenaran. Pesan saya padamu,“Bertaqwalah pada Allah yang Kekal; selain Allah akan rusak semuanya. Allah lah yang telah mengeluarkan kau dari kekafiran dan kesesatan, menuju hidayah. Pasukan yang dipimpin oleh Khalid adalah bawahanmu yang kau perintah. Lepaslah jabatan Khalid! Agar kaum Muslimiin tidak hanya mengharapkan kemenangan dan rampasan perang! Jangan berkata ‘bagaimana mungkin saya akan menang!?’ Karena kemenangan selalu menyertai ‘keyakinan dan tawakkal’ pada Allah. Jangan biarkan kaum Muslimiin terjerumus pada kerusakan! Pejamkan matamu dari indahnya duniawi, agar tidak rusak seperti orang yang telah rusak sebelummu! Saya yakin musuh akan segera berguguran tewas. Batas antara dunia dan akhirat sangat tipis. Ikutilah jalan tokoh yang telah mendahului kau. Saat ini kau telah mendekati akhirat yang gemerlapan indah. Ajaklan orang-orangmu menuju ke sana dengan berbekal taqwa! Aturlah kaum Muslimiin dengan sebaik-baiknya. Adapun mengeni hasil sawah yang kau perselisihkan dengan Khalid, yang benar ‘hak kaum Muslimiin’. Mengenai yang harus kau setorkan ke sini, hanya rampasan berupa emas dan perak atau perkakas, saja. Mengenai kebijakan dalam hal damai atau berperang, yang kau perselisihkan dengan Khalid, kau lah yang berhak memutuskan, karena perdamaianmu adalah perdamaian yang sesungguhnya. Sawah yang kau perselisihkan dengan Khalid, ‘hak kaum Romawi’. Maka serahkanlah pada mereka!.”
والسلام ورحمة الله وبركاته عليك وعلى جميع المسلمين

NB: Putri Hiraqla yang kau kembalikan adalah ‘salah’, karena mestinya harus ditebus, untuk kesejahteraan kaum Muslimiin. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Surat dilipat dan diberikan pada Amir bin Abi Waqqash, dengan pesan, “Datanglah ke Damaskus untuk mengantar surat saya pada Abu Ubaidah! Mintalah agar Abu Ubaidah mengumpulkan Jamaah, agar mendengarkan kau membaca suratku ini! Katakan pada mereka ‘Abu Bakr telah wafat’.”


Pada Syaddad bin Aus, Umar perintah, “Dampingilah Amir ini ke Syam! Jika pembacaan surat telah selesai, perintahlah Jamaah di sana, agar berbai’at padamu. Untuk mewakili bai’at pada saya!.”

Dua orang itu segera meninggalkan Madinah, menuju Damaskus.

Di Damaskus, kaum Muslimiin menunggu-nunggu berita jawaban Abu Bakr, dengan penuh rindu. Orang teragung setelah Rasulullah SAW itu, menjadi pengayom yang sangat dicintai.

Di Damaskus, ketika dua orang itu muncul, kaum Muslimiin yang sebelumnya duduk membungkuk, ‘tegak dan tersenyum, atau tertawa’, karna bahagia.
Dua utusan masuk ke rumah kediaman Khalid.

Mereka mendengarkan Amir berkata, “Umar di sana dalam keadaan baik. Dalam surat ini, beliau perintah, agar saya membacakan pada semua Jamaah di sini.”
Khalid curiga ‘ada apa ini?’.

Setelah semua kaum Muslimiin berkumpul, Amir bin Abi Waqqash berdiri, untuk membacakan surat Umar. Berita ‘Abu Bakr Wafat’ dibaca. Sontak tangisan seluruh kaum Muslimiin meledak. Khalid juga menangis sedih.
Di pertengahan tangisan kaum, Khalid berkata, “Kalau Abu Bakr telah wafat, dan Umar telah menjadi Khalifah, perintahnya saya dengar dan saya taati.” 
Pembacaan surat berlangsung, hingga memasuki penjelasan, agar Jamaah berbai’at pada Syaddad bin Aus, yang mewakili bai’at untuk Umar.

Bai’at Umat Islam untuk Umar, di Damaskus, diwakili oleh Syaddad, pada tanggal 3 Sya’ban tahun 13 Hijriah.

Al-Waqidi sejarawan Islam terkenal, menulis:
“Meskipun dilepas dari jabatannya, namun ‘semangat juang Khalid’ tidak turun, bahkan lebih berkobar-kobar.” [1]


In syaa Allah bersambung






[1] Dalam naskah aslinya ditulis: قد بلغني إنه كان على العدو بعد عزله اشد فظاعة وأصعب جهادا لا سيما في حصن أبي القدس.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar