Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/02/18

PS 66: Pembebasan Syam




Ternyata Khalid sedang berperang dengan ganas di tempat jauh.
Setelah membunuh Tuma, Khalid berlari mengejar Harbis. Pedang dia diayun-ayunkan untuk menyerang orang yang di kiri dan kanannya. Di atas kuda, dia terkejut oleh seorang berwajah merah yang muncul tiba-tiba. Khalid menyangka dialah Harbis laknat yang dicari. Khalid memacu kuda untuk mengejar dia yang lari kencang dengan kudanya. Tombak Khalid terayun cepat ke arah kepala. Dia menghindar cepat hingga terjatuh, kepalanya membentur tanah.

Khalid terjun dari kuda untuk menduduki dada sambil berkata, “Mampus kau Harbis! Kau sangka bisa lolos dari kejaranku?.”
Dengan bahasa Arab, dia menjawab, “Hai orang Arab! Saya bukan Harbis. Saya mohon lepaskan.”
Khalid menjawab, “Kau takkan kulepaskan kecuali jika mau menunjukkan di mana Harbis berada! Kalau mau, kau kulepaskan.”
Dia berkata, “Kalau begitu lepaskan, akan saya tunjukkan.”
Khalid berkata, “Ya! Tapi jangan menipu!.”
Dia berkata, “Hai saudara Arab! Lekaslah berdiri dari dadaku! Saya akan segera menunjukkan.”
Khalid berdiri dari dadanya. Dia pun berdiri, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Lalu berkata, “Bukankah kau tahu gunung ini dan pasukan berkuda yang mendaki ke atas? Kejarlah! Di sana ada Harbis.”
Khalid menyerahkan lelaki tawanannya pada Ibnu Jabir. Lalu memacu kuda menjauh, ke atas puncak.
Dia atas dia berteriak, “Celaka kalian! Kalian tidak bisa lepas dari tanganku!.”

Harbis terkejut dan memanggil sejumlah bathriq.
Sejumlah batriq menghunus pedang, menyambut kedatangan Khalid yang menggertak, “Kalian celaka! Kalian menyangka Allah takkan menyerahkan kalian pada kami! Sayalah pahlawan berkuda yang perkasa! Sayalah Khalid bin Al-Walid!.”
Dengan cepat, Khalid menusuk dan melemparkan seorang. Lalu menusuk dan merobohkan lagi, pada lainnya. Dua orang gugur dari kuda, dan tewas bersimbah darah.
Pada pasukannya, Harbis menggertak, “Goblok! Inilah yang telah menggerakkan pasukan untuk merebut kota Syam. Dialah yang sekarang menguasai kota Bushra, Chauran, Damaskus, dan Ajnadin! Seranglah!.”
Sejumlah bathriq merasa beruntung karena Khalid tidak didampingi pasukan.
Pasukan Muslimiin berada di bawah jauh, sibuk bertempur. Meskipun jumlah pasukan Romawi jauh lebih banyak, tetapi pasukan Muslimiin mendesak, memporak-porandakan, dan membuat mereka tewas berserakan. Sebagian Muslimiin yang lain menjarah rampasan perang.

Sejumlah bathriq turun dari kuda untuk mengepung Khalid, karena di atas gunung yang terjal tak mungkin berperang di atas kuda. Dengan waspada penuh Khalid turun dari kudanya. Pedang dan perisainya dipegang dengan dua tangannya. Serangan dari beberapa bathriq luput karena Khalid menghindar dan menangkis dengan gesit.
“Crang!.” Khalid terkejut dan kesakitan. Helm perangnya pecah, surbannya robek, oleh tebasan pedang dari belakang. 
Pedang Harbis bengkok dan jatuh, setelah membentur helm perang Khalid yang sangat keras.
Khalid bergerak cepat menangkap Harbis, yang segera memekikkan tahlil, takbir, dan sholawat, untuk Nabi Muhammad SAW. Agar tidak dibunuh.

Tiba-tiba suara derap kaki kuda dan hiruk-pikuk muncul, bersama datangnya pasukan Muslimiin. Di antara mereka ada yang berkata, “Laa Ilaaha illaa Allah Muhammad Rasul Allah! Perolongan dari Tuhan seluruh alam telah datang padamu! Sayalah Abdur Rohman bin Abi Bakr As-Siddiq.”

Pedang Khalid terayun-ayun ke kanan dan ke kiri, menebang sejumlah bathriq yang mengepung.
Harbis bergerak cepat untuk berlari, namun pedang Khalid bergerak lebih cepat, menusuk, merobohkan. Allah memasukkan ruh Harbis ke neraka.

Di bawah, para sahabat Rasulillah SAW sibuk berperang dengan sengit, menghajar semua pasukan Harbis, hingga tewas berserakan. Yang paling ganas, serangan Dhirar bin Al-Azwar. Dia yang paling banyak membunuh pasukan Romawi.
Sungguh sangat mengerikan. Mayat-mayat bersimbah darah, berserakan di mana-mana.

Pengeroyok Khalid telah tewas berserakan semuanya.
Khalid turun dan melihat Dhirar menyelesaikan pembunuhan terakhir.
Khalid berkata, “Semoga kau berbahagia, hai putra Al-Azwar. Kau selalu mendapat barokah di manapun berada. Semoga Allah memberi keberuntungan pada amalanmu, dan semoga Tuhanku memperindah keadaanmu.”
Khalid mengucapkan salam pada Abdur Rohman dan pasukan Muslimiin lainnya. Dengan bahagia, dia bertanya, “Kok kalian tahu, saya berada di sini?.”
Abdur Rohman menjawab, “Wahai pimpinan. Telah terjadi keajaiban. Ketika kami telah mengalahkan mereka, atas Pertolongan Allah di bawah sana, kami menjarah rampasan perang dengan girang. Tiba-tiba dari udara tinggi, ada suara ‘Kok kalian justru mementingkan rampasan perang?! Padahal Khalid sedang dikepung oleh pasukan Romawi?’.
Ketika itu kami belum tahu, di mana kau berada. Yang menunjukkan kau di sini, lelaki tawanan yang dijaga oleh seorang pasukan Muslim (Ibnu Jabir). Dia berkata ‘pimpinan kalian’ yang kalian cari-cari, telah saya beri tahu ‘di mana Harbis’ berada. Dia pergi ke atas untuk ‘menangkap Harbis’. Atas dasar petunjuk dia, kami pergi kemari.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar