Cerbung (Cerita Bersambung)
Khalid berteriak, “Jangan dibunuh!.”
Di malam itu, Khalid dan pasukannya tinggal di dalam benteng hingga pagi.
Pada Khalid, penghuni benteng berkata, “Wahai Pemimpin! Kalau kita berdamai sebelum ini, tentu ini semua tidak terjadi. Kami bertanya ‘demi yang telah menolong Tuan! Kenapa Tuan bisa membuka pintu-gerbang benteng kami?.”
Pada Khalid, penghuni benteng berkata, “Wahai Pemimpin! Kalau kita berdamai sebelum ini, tentu ini semua tidak terjadi. Kami bertanya ‘demi yang telah menolong Tuan! Kenapa Tuan bisa membuka pintu-gerbang benteng kami?.”
Khalid merasa bersalah, jika menjawab
tanpa seijin Abdul-Malik.
Abdul-Malik (Rumas) berdiri dan berkata, “Saya lah yang membukakan pintu untuk Beliau! Hai Musuh-Musuh Allah dan RasulNya! Agar saya mendapat Keridhoan-Allah! Dan untuk memerangi kalian!.”
Abdul-Malik (Rumas) berdiri dan berkata, “Saya lah yang membukakan pintu untuk Beliau! Hai Musuh-Musuh Allah dan RasulNya! Agar saya mendapat Keridhoan-Allah! Dan untuk memerangi kalian!.”
Mereka bertanya, “Bukankah Tuan pimpinan
kami sendiri?.”
Abdul-Malik berkata, “Allahumma! Jangan
Kau jadikan saya tergolong mereka! Saya ridho Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Kabah sebagai Qiblat, Al-Qur’an sebagai
Imam! Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali hanya Allah,
Muhamad Utusan-Allah.”
Khalid berbahagia saat mendengar pernyataan Abdul-Malik. Penduduk Bushra marah, dan berencana jahat atas Abdul-Malik.
Abdul-Malik tahu bahwa dirinya terancam. Lalu berkata pada Khalid, “Saya tidak mau tinggal di sini. Saya ingin ikut Tuan ke mana-saja. Jika Allah telah memberikan negeri-negeri Syam pada Tuan, dan segala perkara telah di tangan Tuan, suruhlah saya kembali lagi kemari. Kota ini istimewa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar