Karena takut, Jirjis lari kencang menghindari serangan Khalid. Jirjis datang pada kawan-kawannya dengan bergetar ketakutan.
Mereka bertanya, “Siapa yang mengejar kau?.”
Jirjis menjawab, “Saya dikejar oleh maut yang tak mungkin bisa
dilawan! Singa-jantan yang tak mungkin ditaklukan! Yaitu pimpinan pasukan Arab!
Yang telah bersumpah akan mengejar, 'di manapun kita berada! Kalau tidak berlari kencang, niscaya saya telah dibunuh. Sekarang ajukan permohonan damai padanya! Mumpung dia dan pasukannya
belum mengamuk atas kita! Kita semua bisa dibunuh!'.”
Beberapa orang berkata, “Jika kau telah
menjauh, dia takkan mampu
membunuh!.”
Beberapa orang marah, akan membunuh Jirjis.
Arak-arakan pasukan Kalus datang, untuk menghina Azazir, “Di sisi raja, Tuan tidak lebih hebat daripada pimpinan kami. Kami menuntut agar Tuan ‘menetapi janji’ yang telah kita sepakati! Serang Khalid! Secepat-cepatnya! Bunuh! Atau ringkuslah! Sebagai upaya melepaskan pimpinan kami! Jika tidak mau! Demi kebenaran Al-Masih! Tempat Penyembelihan! Dan yang disembelih! Tuan akan kami perangi!.”
Azazir berkata, “Kalian bodoh! Jangan
mengira saya takut menghadapi orang kampung ini! Saya tenang, karena
ingin menyaksikan, sampai di mana ‘kehebatan kalian’ dalam menghadapi
mereka. Sebentar lagi kalian akan menyaksikan, mana kita ‘yang lebih ahli’ berkuda, dan lebih pemberani, serta lebih tabah
dalam berperang!.”
Azazir yang pandai bahasa Arab itu dibentak, “Hai Musuh Allah! Kamu yang
harus datang, untuk mendekatkan
kepalamu kemari!” oleh Khalid.
Pedang Khalid telah diayunkan ke arah Azazir yang segera berkata,
“Sebentar! Saya akan segera datang!.”
Setelah tahu bahwa lawannya grogi,
Khalid membiarkan dia mendekat dan berkata, “Hai saudara dari Arab! Apa yang
mendorong kau datang kemari? Apa kau tak takut tewas? Kalau saya telah membunuh
kau, maka pasukanmu tak
ada yang memimpin lagi!.”
Khalid menjawab, “Hai Musuh Allah! Kau telah
menyaksikan dua pasukan saya berperang dengan dahsyat?! Kalau saya gugur,
justru pasukan saya akan mengamuk untuk menghabisi pasukanmu! Karna Pertolongan
Allah! Mereka jusrtu senang ‘jika gugur’ sebagai Syuhada!
Jika masih hidup, justru mereka bertanya-tanya ‘akan Husnul-Khotimah kah
kami?’.”
Azazir terkejut ketika Khalid berkata,
“Siapa kau?.”
Dengan sombong Azazir menjawab, “Masyak
kau belum tahu saya? Saya pahlawan berkuda negeri Syam! Saya Pahlawan Romawi! Saya yang
telah mengobrak-abrik pasukan Turki!.”
Khalid bertanya, “Namamu siapa?.”
Azazir menjawab, “Nama saya seperti nama
malaikat pencabut-nyawa! Nama saya Izrail.”
Khalid tertawa. Lalu berkata, “Hai Musuh Allah! Kamu menakut-nakuti saya, dengan nama malaikat
yang sedang mencari kau! Beliau ingin menangkap untuk
memasukkan kamu, ke dalam neraka
Hawiyah!.”
Azazir bertanya, “Kenapa kau tidak
menghukum tawanamu bernama Kalus?.”
Khalid menjawab, “Tangan dia telah
diikat dan lehernya dibelenggu.”
Azazir bertanya, “Kenapa tidak kau
bunuh? Dia termasuk tokoh Romawi yang sangat membahayakan!.”
Jawaban Khalid, “Saya ingin
membunuh kalian semuanya!” Mengejutkan.
Dengan suara rendah, Azazir berkata,
“Maukah kau menerima emas seberat 1.000 mitsqal? [1] 10 busana mewah berbahan sutra Dibaj? Dan 5 kuda? Dengan syarat
kau membunuh dia? Dan menyerahkan kepalanya pada saya?.”
Khalid berkata, “Ini hukuman dia!
Hukumanmu apa?.”
Azazir marah, dan berkata, “Saya sudah
mengalah pada kalian,
namuan kalian justru semakin menghina kami! Bersiaplah untuk tewas! Saya
akan segera membunuh kau! Saya takkan peduli apa yang akan terjadi!.”
Khalid melancarkan serangan ganas bertubi-tubi. Azazir menangkis dengan cepat.
Khalid tersenyum karena musuhnya benar-benar mengamuk seperti kerasukan setan.
Azazir berkata, “Demi kebenaran
Al-Masih! Sebetulnya saya bisa melukai kau! Tetapi saya ingin meringkus dan
menawan kau! Agar orang-orang tahu; saya berhasil meringkus kau! Kau akan saya lepaskan dengan syarat,
harus meninggalkan negeri
ini! Dan semua kota Syam yang telah kau kuasai, harus kau kembalikan!.”
Khalid menjawab, “Keinginanmu terlalu
tinggi! Kau sendiri telah tahu bahwa pasukan saya telah berhasil merebut kota
Tadmur, Chauran, dan Bushra! Mereka kaum yang menjual diri dengan Surga!
Mereka lebih mementingkan kehidupan abadi, daripada kehiduan fana! Kau akan
segera tahu, siapa pemenang pertempuran ini!.”
Pedang Khalid menyambar-nyambar ke arah Azazir yang menangkis dengan cekatan. Serangannya terlalu dahsyat, membuat hati Azazir berdebar-debar ketakutan.
Penyesalan atas perkataan yang telah
terucap, oleh Azazair, dihapus
dari hati. Keringatnya bercucuran
dan
bertanya, “Hai saudara dari Arab! Kau bisa bermain-main?.”
Khalid menjawab, “Permainan saya ‘berperang
mentaati Tuhan!’.”
Azazir melancarkan serangan dengan ganas
sekali. Khalid menangkis
dengan cekatan. Azazir bingung karena serangannya bertubi-tubi dipatahkan.
Akhirnya menyadari bahwa dirinya takkan mampu melawan Khalid. Kudanya dipacu
sekencang-kencangnya.
Khalid mengejar dengan kuda yang larinya lebih pelan.
Khalid mengejar dengan kuda yang larinya lebih pelan.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1]
Ashmai ahli bahasa Arab, berkata, “Satu mitsqal ialah, satu dinar yang
belum berkurang.”
Dalam kamus
dijelaskan: لسان العرب (11/ 87)
قَالَ الأَصمعي:
دِينَارٌ ثَاقِل إِذا كَانَ لَا يَنْقُصُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar