Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2014/11/28

Gelap Malam Tanda Kebesaran Allah




Firman Allah, “Wa aayatun lahumullailu naslakhu minhu nnahaaro faidzaa hum mudzlimuun.” (Qs Yaasiin 37).
Arabiknya:
{وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ } [يس: 37].
Artinya:

Jika ada pertanyaan, “Kenapa pengartian Ayat dibalik:Dan malam, Tanda (Kuasa Allah) untuk mereka?' 
Jawabannya, karena’wa aayatun lahumullailu' adalah jumlah khobar muqoddam dan mubtada muakhhor.” [2]

Jika ada yang bertanya, “Kenapa lafal ‘naslakhu minhu nnahaaro’ diartikan ‘untuk malam tersebut, Kami melepaskan siang?’
Jawabannya ‘karena min di sini sababiyyah’. Artinya ‘kejadian alami’ tersebut, Tindakan Kami, yang merupakan Ayat (Tanda Kuasa Kami). Kami yang 'menggeser dan menyingkirkan' siang dari tempatnya.

Lafal naslakhu (Kami mengambil) adalah istiaroh (kiasan). Asal lafal tersebut ‘assalkhu (السَّلخ / kelupas)’. Istilah ini biasa dipergunakan ‘menyatakan mengelupaskan’ kulit hewan.

Contoh lafal ‘naslakhu’ yang dirubah bentuk (wazan)nya, karena yang mengucapkan orang pertama tunggal:
Salakhtul-ihaaba minassyaati (سلختُ الإهابَ من الشَّاةِ). Aku telah mengelupas kulit dari kambing.” Terkadang kalimatnya dibalik, “Assyaatul-Masluukhoh (الشَّاةُ المسلوخةُ). Kambing itu dikelupas (kulitnya).”

Jika ada yang bertanya, “Kenapa ‘idzaa hum mudzlimuun’ diartikan ‘tiba-tiba mereka masuk di dalam gelap?’
Jawabnya:
1). Karena idzaa di sini (mufajaah / مفاجأةً) untuk menyatakan tiba-tiba. 2). Lafal ‘mudzlimuun’ memang asal (fi’il madhi)nya ‘azhlama’  yang artinya masuk di dalam gelap. Lalu dirubah sebagai isim fail dalam bentuk jamak (marfuk) sehingga menjadi ‘mudzlimuun’. Dalam bahasan ini terkandung pengerian, “Gelap dan terang ‘bisa didatangkan’.” [3]

Ayat ini melukiskan ‘bumi’ sebagai kambing atau binatang. Sinar matahari yang menerangi, dilukiskan ‘sebagai kulitnya’. Jika kulit (sinar) telah dikelupas (diambil), maka menjadi gelap.

Secara tidak langsung, Ayat ini menjelaskan, “Bumi berputar keliling mengikuti matahari yang berlayar di langit. Sinar terang matahari akan datang di waktu pagi, dan hilang di waktu malam, karena bumi bergerak memutar.”




[1] Wa (وَ) tidak diartikan, karena istiknaf (pernyataan kalimat sebelumnya telah berakhir).
[2] Maksudnya, kalimatnya memang dibalik, yang awal dibelakangkan.
[3] تفسير أبي السعود = إرشاد العقل السليم إلى مزايا الكتاب الكريم (7/ 167)
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ (37)

{وآية لهم الليل} جملةٌ من خبرٍ مقدمٍ ومبتدأٍ مؤخَّرٍ كما مرَّ وقوله تعالى {نَسْلَخُ مِنْهُ النهار} جملةٌ مبيِّنة لكيفيَّةِ كونِه آيةً أي نُزيله ونكشفُه عن مكانِه مستعارٌ من السَّلخِ وهو إزالةُ ما بين الحيوانِ وجلدِه من الاتِّصالِ والأغلبُ في الاستعمالِ تعليقُه بالجلدِ يقال سلختُ الإهابَ من الشَّاةِ وقد يُعكس ومنه الشَّاةُ المسلوخةُ {فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ} أي داخلونَ في الظَّلامِ مفاجأةً وفيه رمزٌ إلى أنَّ الأصلَ هو الظَّلامُ والنُّورُ عارضٌ.   



Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar