Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2014/02/26

Kearifan Nabi SAW


Image result for adzan
TernyataNabi SAW tidak demikian. Saat mendengar suara Adzan dihina, dengan lapang dada, Nabi memanggil lelaki bernama Abu Machdzurah tersebut. Oleh nabi SAW, dia dan 9 temannya, disuruh adzan. Setelah mendengar suara dia bagus, nabi mengusap ubun-ubunnya, dan mendoakan barakah. Dan mengangkat dia sebagai Muadzin. [1]

Berbuat baik pada orang yang dibenci, adalah amalan utama. Dan ini hanya sepenggal kisah Kearifan Rasulillah SAW. Yang lebih mengagumkan dari ini banyak. Yang paling menonjol adalah Kearifan Baginda, pada kaum Makkah, dalam perang yang disebut Fathu Makkah. Kaum Makkah tidak hanya terkesima, bahkan terharu hingga menangis. Oleh Kearifan Beliau SAW pada mereka yang sempurna.



[1] سنن النسائي (2/ 7)
633 - أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي وَأُمُّ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ، عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ قَالَ: لَمَّا خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُنَيْنٍ خَرَجْتُ عَاشِرَ عَشْرَةٍ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ نَطْلُبُهُمْ، فَسَمِعْنَاهُمْ يُؤَذِّنُونَ بِالصَّلَاةِ فَقُمْنَا نُؤَذِّنُ نَسْتَهْزِئُ بِهِمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ سَمِعْتُ فِي هَؤُلَاءِ تَأْذِينَ إِنْسَانٍ حَسَنِ الصَّوْتِ» . فَأَرْسَلَ إِلَيْنَا، فَأَذَّنَّا رَجُلٌ رَجُلٌ وَكُنْتُ آخِرَهُمْ، فَقَالَ حِينَ أَذَّنْتُ: «تَعَالَ» . فَأَجْلَسَنِي بَيْنَ يَدَيْهِ، فَمَسَحَ عَلَى نَاصِيَتِي وَبَرَّكَ عَلَيَّ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قَالَ: «اذْهَبْ فَأَذِّنْ عِنْدَ الْبَيْتِ الْحَرَامِ» . قُلْتُ كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَعَلَّمَنِي كَمَا تُؤَذِّنُونَ الْآنَ بِهَا: «اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ. حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ. حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ. الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ فِي الْأُولَى مِنَ الصُّبْحِ» . قَالَ: وَعَلَّمَنِي الْإِقَامَةَ مَرَّتَيْنِ: «اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ» قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عُثْمَانُ هَذَا الْخَبَرَ كُلَّهُ، عَنْ أَبِيهِ، وَعَنْ أُمِّ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ أَنَّهُمَا سَمِعَا ذَلِكَ مِنْ أَبِي مَحْذُورَةَ
__________

[حكم الألباني] صحيح.   



Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

2014/02/25

Yang Memenuhi Timbangan Amal



Nabi SAW bersabda, “(Pahala) bertasbih, setengah timbangan. (Pahala membaca) ‘Al-Hamdu lillah’ memenuhi timbangan. (Ucapan) laa Ilaaha illaa Allah, menembus hijab di bawah Allah, hingga sampai pada Allah.” [1]


[1] سنن الترمذي (5/ 536)
3518 - حَدَّثَنَا الحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «التَّسْبِيحُ نِصْفُ المِيزَانِ، وَالحَمْدُ لِلَّهِ يَمْلَؤُهُ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَيْسَ لَهَا دُونَ اللَّهِ حِجَابٌ حَتَّى تَخْلُصَ إِلَيْهِ» .: هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الوَجْهِ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِالقَوِيِّ
__________

[حكم الألباني] : ضعيف.

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ




Nabi SAW pernah bersabda, “Barangsiapa diberi nikmat oleh Allah. Lalu ingin kenikmatan tersebut diabadikan oleh Allah. Hendaklah sering mengucapkan ‘laa Chaula walaa quwwata illaa billaah’.” Artinya; mutlak tiada upaya dan kekuawatan, kecauli karena Allah.
Lalu nabi membaca rujukan dalilnya, “{وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ} [الكهف: 39].”
Artinya; Hendaklah ketika memasuki kebunmu, kau berkata, “Maa syaa Allahu laa quwwata illaa billah. (Inilah yang dikehendaki oleh Allah. Mutlak tiada kekuatan kecuali karena Allah).” [1]

Ada yang bertanya, “Kok dalilnya itu?.”
Saya menjawab, “Bacalah sebelum dan sesudah ayat 39, dari surat Al-Kahfi, niscaya kalian tahu maksudnya. Memang Hadits sering begitu; keterangannya dipotong. Mungkin para ahli Hadits menganggap kita hafal Al-Qur’an, karena pada zaman dulu, Al-Qur’an dihafalkan oleh kaum Muslimiin. Di sana dijelaskan, karena orang kaya yang kebunnya luas, tidak ingat Allah, maka kebunnya dirusak oleh Allah. Dan Allah menyetujui yakni mengabadikan pernyataan lelaki yang petunjuknya dijadikan rujukan oleh nabi SAW, dalam sabdanya, di atas.”


[1] المعجم الكبير للطبراني (17/ 310)
859 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَالِدِ بْنِ حَيَّانَ الرَّقِّيُّ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدِ بْنِ نَجِيحٍ، أَخْبَرَنِي أَبِي، ثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ مِشْرَحِ بْنِ هَاعَانَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ بِنِعْمَةٍ فَأَرَادَ بَقَاءَهَا فَلْيُكْثِرْ مِنْ قَوْلِ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ "، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ} [الكهف: 39].

Doa Pengendalian Diri



Doa ini sebaiknya dibaca ketika pagi, sore, dan akan tidur:

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ.

Allaahumma Faathiras samaawaati wal-ardhi ‘Aalimal ghaibi was syahadah, Rabbi kulli syaiin wamaliikah. Asyhadu an laa Ilaaha illaa Anta. Aa’uudzu biKa min syarri nafsii, wasyarris syaithaani wasyirkih. [1]

Artinya:
Ya Allah Pencipta beberapa langit dan bumi, yang Maha Tahu barang-barang ghaib dan barang-barang tampak, Tuhan dan Penguasa segala sesuatu. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau. padaMu saya berlindung dari jeleknya diri saya, dari jelek dan syiriknya syaitan.



[1] سنن أبي داود (4/ 316)
5067 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي [ص:317] بِكَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ إِذَا أَصْبَحْتُ، وَإِذَا أَمْسَيْتُ، قَالَ: " قُلْ: اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ «قَالَ» قُلْهَا إِذَا أَصْبَحْتَ، وَإِذَا أَمْسَيْتَ، وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ "
__________

[حكم الألباني] : صحيح.

2014/02/24

Doa dengan Ikhlas


Orang hebat, yang bisa dengan ikhlas, mendoakan rahmat pada orang yang dianggap salah. Contoh; ketika ‘Aisyah RA menilai salah pada Ibnu Umar RA, yang kuniah atau panggilan kehormatannya ‘Abu Abdir Rohman’:
‘Aisyah mendapat laporan tentang Pelajaran Ibnu Umar; “Mayat diadzab karena tangisan keluarganya padanya.”
‘Aisyah berdoa, “Semoga Allah memberi Rahmat pada Aba Abdir Rohman. Dia telah menerima Pelajaran ini, namun dia tidak menjaga dengan baik. Mestinya Pelajaran itu, yang benar;
Jenazah Yahudi dilewatkan di depan Rasulillah SAW. Saat itu, mereka menangisi jenazah tersebut. Maka nabi SAW bersabda ‘kalian menangis; sungguh dia sedang diadzab’.[1]



[1] صحيح مسلم (2/ 642)
25 - (931) وحَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ هِشَامٍ، وَأَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، جَمِيعًا عَنْ حَمَّادٍ، قَالَ خَلَفٌ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: ذُكِرَ عِنْدَ عَائِشَةَ قَوْلُ ابْنِ عُمَرَ: الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ، فَقَالَتْ: رَحِمَ اللهُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، سَمِعَ شَيْئًا فَلَمْ يَحْفَظْهُ، إِنَّمَا مَرَّتْ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَنَازَةُ يَهُودِيٍّ، وَهُمْ يَبْكُونَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: «أَنْتُمْ تَبْكُونَ، وَإِنَّهُ لَيُعَذَّبُ».   



Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

2014/02/22

Setelah Perang Badar Al-Kubra [18]



Setelah Perang Badar, penjahat atas Islam yang sering disebut ‘si syetan’, yakni Umair bin Waheb Al-Jumahi, mengobrol dengan tokoh kaum Musrik bernama Shafwan bin Umayah. Tadinya Umair suka mengolok-olok nabi SAW dan para sahabatnya. Dia bersedih karena ayahnya bernama Waheb, ditawan oleh umat Islam.

Shafwan berkata, “Setelah orang-orang kita gugur di Badar, tiada lagi kebaikan yang berarti.”
Umair membenarkan, “Kau benar! Kalau bukan karena hutang saya yang belum lunas; dan mengkhawatirkan keluaga yang menjadi tanggungan saya; niscaya Muhammad telah saya datangi dengan kendaraan saya ini, untuk saya bunuh.”
Shafwan berkata, “Hutangmu akan saya lunasi. Dan kehidupan keluargamu saya tanggung, bersama keluarga saya.”

Umair datang ke Madinah untuk menghadap nabi SAW
Nabi perintah agar Umar ‘membebaskan’ dia menghadap. Namun Umar RA, memegang tali pedang Umair. Dan berkata, “Masuklah ke kamar untuk mengamankan nabi! Jagalah penjahat ini!,” pada kaum Anshar.
Ketika menyaksikan Umair terikat dan dipegang, nabi SAW bersabda, “Tinggalkan!,” pada Umar.
Lalu bersabda, “Mendekatlah hai Umair! Keperluanmu apa?.”
Dia menjawab, “Saya datang untuk mengurus tawanan ini.”
Nabi perintah, “Jujurlah!.”
Dia menjawab, “Betul. Tujuan saya hanya itu.”
Lalu terkejut, karena nabi SAW bersabda, “Yang benar, kau telah duduk besama Shafwan. Dan telah bersepakat ‘bergini dan begini’ antara kalian.”
Tak lama kemudian, Umair berkata, “Saya bersaksi bahwa engkau sungguh-sungguh Utusan Allah. Kesepakatan ini hanya saya dan Shafwan yang tahu. Segala Puji bagi Allah yang telah membimbing saya pada Islam.”
Pada para sahabat, nabi perintah, “Ajarkan agama padanya! Ajari dia bacaan Al-Qur’an! Dan ayahnya yang menjadi tawanan, lepaslah untuknya!.”
Para sahabat bergerak, untuk melepaskan Umair.
Umair berkata, “Ya Rasulallah, saya dulu sangat jahat pada kaum Muslimiin. Betapa bahagia, jika saya diberi ijin ‘datang ke Makkah’, untuk mengajak menyembah Allah. Dan untuk mengolok-olok agama kaum Kafir; seperti dulu saya mengolok-olok para sahabat kau.”
Nabi SAW memberi ijin padanya.

Dengan bahagia, Shafwan berkata, “Berbahagialah! Tak lama lagi akan ada kejadian besar yang akan segera mengobati sakit hati, atas kekalahan kita di Badar.”
Ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh Shafwan; Umair pulang ke Makkah, untuk mengajak kaumnya, agar menyembah Allah. Kaum yang mengikuti ajakannya, banyak sekali. Yang menentang dia, diolok-olok dengan pedas. [1]

Bersambung

Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta


وَجَلَسَ عُمَيْرُ بْنُ وَهْبٍ الْجُمَحِيُّ مَعَ صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ بَعْدَ بَدْرٍ، وَكَانَ شَيْطَانًا مِمَّنْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ وَأَصْحَابَهُ، وَكَانَ ابْنُ وَهْبٍ فِي الْأُسَارَى، فَقَالَ صَفْوَانُ: لَا خَيْرَ فِي الْعَيْشِ بَعْدَ مَنْ أُصِيبَ بِبَدْرٍ. فَقَالَ عُمَيْرٌ: صَدَقْتَ، وَلَوْلَا دَيْنٌ عَلَيَّ، وَعِيَالٌ أَخْشَى ضَيْعَتَهُمْ لَرَكِبْتُ إِلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى أَقْتُلَهُ. فَقَالَ صَفْوَانُ: دَيْنُكَ عَلَيَّ، وَعِيَالُكَ مَعَ عِيَالِي أُسْوَتُهُمْ. فَسَارَ إِلَى الْمَدِينَةِ فَقَدِمَهَا، فَأَمَرَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ بِإِدْخَالِهِ عَلَيْهِ، فَأَخَذَ عُمَرُ بِحَمَّالَةِ سَيْفِهِ وَقَالَ لِرِجَالٍ مَعَهُ مِنَ الْأَنْصَارِ: ادْخُلُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَاحْذَرُوا هَذَا الْخَبِيثَ. فَلَمَّا رَآهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ لِعُمَرَ: اتْرُكْهُ، ثُمَّ قَالَ: ادْنُ يَا عُمَيْرُ، مَا جَاءَ بِكَ؟ قَالَ: جِئْتُ لِهَذَا الْأَسِيرِ. قَالَ: اصْدُقْنِي. قَالَ: مَا جِئْتُ إِلَّا لِذَلِكَ. قَالَ: بَلْ قَعَدْتَ أَنْتَ وَصَفْوَانُ، وَجَرَى بَيْنَكُمَا كَذَا وَكَذَا. فَقَالَ عُمَيْرٌ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ، هَذَا الْأَمْرُ لَمْ يَحْضُرْهُ إِلَّا أَنَا وَصَفْوَانُ، فَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانِي لِلْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَقِّهُوا أَخَاكُمْ فِي دِينِهِ، وَعَلِّمُوهُ الْقُرْآنَ، وَأَطْلِقُوا لَهُ أَسِيرَهُ. فَفَعَلُوا. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَنْتُ شَدِيدَ الْأَذَى لِلْمُسْلِمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ تَأْذَنَ لِي، فَأَقْدَمَ مَكَّةَ فَأَدْعُوَ إِلَى اللَّهِ وَأُوذِيَ الْكُفَّارَ فِي دِينِهِمْ كَمَا كُنْتُ أُوذِي أَصْحَابَكَ. فَأَذِنَ لَهُ، فَكَانَ صَفْوَانُ يَقُولُ: أَبْشِرُوا الْآنَ بِوَقْعَةٍ تَأْتِيكُمْ تُنْسِيكُمْ وَقْعَةَ بَدْرٍ فَلَمَّا قَدِمَ عُمَيْرٌ أَقَامَ بِهَا يَدْعُو إِلَى اللَّهِ، فَأَسْلَمَ مَعَهُ نَاسٌ كَثِيرٌ، وَكَانَ يُؤْذِي مَنْ خَالَفَهُ..

Ibnu Majah


Image result for ‫ابن ماجة‬‎

 (Th 209 273 H; 824887 M)

Nama lengkap dia Abu Muhammad bin Yazid Al-Qazwini. Majah nama ayahnya, yakni Yazid. Beliau Hafidz besar dan Muhaddits (ahli Hadits) sangat mashur. Para ulama sepakat menyatakan ‘dia sangat agung dan sangat teliti. Dia telah mondok ke Basrah, Kufah, Makkah, Syam, Mesir, Hijaz, dan Arriy, untuk mempelajari Hadits. Guru-guru besarnya:
1.     Ali bin Muhammad Atthanafisi.
2.     Mush’ab bin Ubaidillah Azzubairi.
3.     Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami.
4.     Ibnu Abi Syaibah.
5.     Ibnu Dzakwan Al-Qari’i.
Sedangkan murid yang jika manqul pada dia, membaca sendiri:
3.     Dan lainnya.
Kitab yang dia tulis:
1.     Tafsir Al-Qur’an.
2.     Tarikh Qazwin.
3.     Sunan Ibnu Majah. Termasuk Kutubus Sittah. Termasuk Usul Enam yang telah diterima oleh umat Islam. Jumlah Haditsnya lebih dari 4.000 Hadits. [1]



[1] ابن ماجة (209 - 273هـ، 824 - 887 م).
أبو عبد الله محمد بن يزيد القزويني، وماجة اسم أبيه يزيد. حافظ كبير ومحدث شهير، متَّفَق على جلالته وإتقانه. ارتحل إلى البصرة والكوفة ومكة والشام ومصر والحجاز والري في طلب الحديث. من شيوخه علي بن محمد الطنافسي ومصعب بن عبد الله الزبيري وإبراهيم بن المنذر الحزامي وابن أبي شيبة وابن ذكوان القارئ. وقرأ عليه محمد بن عيسى الأبهري وأبو الحسن القطان وغيرهما. وصنف مصنفات نافعة منها: تفسير القرآن؛ تاريخ قزوين؛ سنن ابن ماجة، وهو أحد كتب الحديث السِّتة المعتمدة، وسادس الأصول الستة التي تلقتها الأمة بالقبول. وجملة أحاديثه تزيد على أربعة آلاف حديث.
 Rujukan: http://www.mawsoah.net

Ini Doa




Kalau keluar dari Masjid, kawan
Pasukan Iblis berkumpul mengerumuni kalian
Mirip kawanan lebah mengerumuni ratu mereka
Oleh karena itu jika
Akan masuk Masjid, amalkan ini doa
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ إِبْلِيسَ وَجُنُودِهِ
‘Ya Allah sungguh hamba
Berlindung pada Anta (1)
Dari Iblis dan pasukanya’
Maka mereka takkan membahayakan


(1) Anta artinya Engkau

Rujukan:
آكام المرجان في أحكام الجان (ص: 255)
وروى ابْن السّني فِي كتاب عمل الْيَوْم وَاللَّيْلَة بِسَنَدِهِ عَن أبي امامة عَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ إِن أحدكُم إِذا أَرَادَ أَن يخرج من الْمَسْجِد تداعت جنود إِبْلِيس واجتلبت كَمَا يجْتَمع النَّحْل على بعسوبها فَإِذا قَامَ أحدكُم على بَاب الْمَسْجِد فَلْيقل اللَّهُمَّ إِنِّي أعوذ بك من إِبْلِيس وَجُنُوده فَإِنَّهَا لن تضره.

Artinya:
Dalam kitab ‘Amalul Yaumi wal-Lailah, Ibnu Assunni meriwayatkan, dari Umamah dari nabi SAW, “Sungguh jika seorang kalian akan keluar dari Masjid, maka pasukan Iblis saling manggil, dan berkumpul. Seperti kawanan lebah mengerumuni ratu mereka. Maka jika seorang kalian berdiri di pintu Masjid, hendaklah berdoa ‘اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ إِبْلِيسَ وَجُنُودِهِ’. Maka mereka takkan membahayakan dia.

عمل اليوم والليلة لابن السني (ص: 133)

155 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ زُفَرَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَمْزَةَ، ثنا أَبِي، عَنْ أَبِيهِ، أَخْبَرَنِي هِشَامُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ الْخَبَائِرِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ، تَدَاعَتْ جُنُودُ إِبْلِيسَ، وَأَجْلَبَتْ وَاجْتَمَعَتْ، كَمَا تَجْتَمِعُ النَّحْلُ عَلَى يَعْسُوبِهَا، فَإِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ، فَلْيَقُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ إِبْلِيسَ وَجُنُودِهِ، فَإِنَّهُ إِذَا قَالَهَا لَمْ يَضُرَّهُ "

2014/02/20

Hadits-Hadits Maudhu’


Banyak kitab yang menjelaskan Mushthalach, dan mengkaji Kanzul-Ummal yang besar, juga samadengan mengkaji Mushthalach:
Ali RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda ‘sungguh:
1.     Fatihatul-Kitab.
2.     Dua Ayat Ali Imran ({شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ} [آل عمران: 18، 19]).
3.     Qulillahumma Maalikal-Mulki hingga bighairi hisab ({ قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} [آل عمران: 26، 27]), digantungkan di Arasy. Tidak ada hijab antara Surat dan Ayat-Ayat tersebut, dengan Allah.
Jika dibaca, Surat dan Ayat-Ayat tersebut berdoa ‘(ya Allah, Kau turunkan kami ke BumiMu? Dan pada orang yang maksiat padaMu?.
Allah azza wajalla berfirman ‘Aku bersumpah, tak seorangpun HambaKu, membaca kalian, setelah shalat, kecuali:
1.     Aku memberi Tempat Surga padanya, sesuai yang telah diamalkan.
2.     Dia Aku tempatkan di Hadziratul-Quds (Kawasan Suci yang terjaga di surga).
3.     Setiap hari, Aku memandang dia dengan MataKu Al-Maknunah (yang istimewa), 70 x.
4.     Setiap hari, keperluannya Aku wujudkan, lebih pastinya ampunan.
5.     Aku lindungi dan Aku tolong mengalahkan musuhnya’.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, di dalam Addhu’afa’. 
Dalam kitab Amalu Yaumin Walailah, juga diriwayatkan oleh Ibnus-Sunni. 
Dalam kitab Arbaiin, juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Assahabi. 
Di dalam kitab Al-Maudhu’aat karya Ibnul-Jauzi, hadits ini juga dihadirkan.

Ibnul-Jauzi menjelaskan, “Perowi Hadits ini, bernama Al-Harits bin Umair, memufrodkan Hadits ini. Dia sering meriwayatkan Hadits-Hadits Dhaif, jauh dari Hadit-Hadits shahih.”

Ketika Al-Hafidz Abul-Fadhli Al-‘Iraqi, ditanya tentang Hadits ini. Menjawab, “Tokoh-tokoh isnadnya dinilai shahih oleh ahli Hadits zaman dulu. Dan tidak ada yang perlu diteliti, kecuali :
1.     Muhammad bin Zanbur Al-Makki.
2.     Al-Harits bin ‘Umair.
Dua tokoh ini dinilai shahih oleh sekelompok Imam Muhadditsiin. Orang pertama dinilai dha’if oleh Ibnu Khuzaimah. Hadits orang kedua dihadirkan oleh Ibnu Hajar, di dalam kitab Amali.

Ibnu Hajar menjelaskan, “Kami tidak menyaksikan para ahli Hadits awal, mencela Al-Harits (bin ‘Umair). Bahkan dia disanjung oleh alim yang lebih senior daripada dia, bernama Hammad bin Zaid. Bahkan dia dinilai shahih oleh Annaqad bin Muin dan Abu Hatim. Bahkan secara ta’liq (tidak ditulis isnadnya), Nasai dan para penulis kitab Assunnan, menulis Hadits dia. Di dalam kitab Addhu’afa’, Ibnu Hibban juga memuat Hadits dia, namun dengan nada merendahkan. Adapun perowi yang di atas dia, tidak perlu ditanyakan lagi. Karena sudah sangat agung.

Ibnu Hibban menjelaskan, “Dalam kitab Al-Maudhu’at, Ibnul-Jauzi menulis Hadits dia, dengan mengkritik. Mungkin karena Ibnul-Jauzi menganggap pahala amalan tersebut terlalu besar. Atau karena para perowinya cacat, seperti penjelasan di atas.” [1]



[1] كنز العمال (2/ 679)
5056- عن علي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " إن فاتحة الكتاب وآية الكرسي والآيتين من آل عمران {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ} و {قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ} إلى {وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} معلقات بالعرش ما بينهن وبين الله حجاب، قلن تهبطنا إلى أرضك؟ وإلى من يعصيك؟ فقال الله عز وجل: حلفت لا يقرأكن أحد من عبادي دبر كل صلاة إلا جعلت الجنة مثواه على ما كان منه، وإلا أسكنته حظيرة القدس، وإلا نظرت إليه بعيني المكنونة كل يوم سبعين نظرة وإلا قضيت له كل يوم سبعين حاجة، أدناها المغفرة، وإلا عذته من كل عدو، ونصرته منه". "حب في الضعفاء وابن السني في عمل يوم وليلة وأبو منصور السحابي في الأربعين وأورده ابن الجوزي في الموضوعات وقال: تفرد به الحارث ابن عمير وكان يروي الموضوعات عن الأثبات، وسئل الحافظ أبو الفضل العراقي عن هذا الحديث؟ فقال رجال إسناده وثقهم المتقدمون، وتكلم في بعضهم المتأخرون، وليس فيه محل نظر إلا محمد بن زنبور المكي والحارث بن عمير، وكل منهما وثقه جماعة من الأئمة وضعف الأول ابن خزيمة، والثاني "حب ك" وأورده ابن حجر في أماليه، وقال: الحارث لم نر للمتقدمين فيه طعنا بل أثنى عليه حماد بن زيد وهو أكبر منه، ووثقه النقاد ابن معين، وأبو حاتم والنسائي وأخرج له "خ حب" تعليقا وأصحاب السنن، وذكره "حب" في الضعفاء فأفرط في توهينه، أما من فوقه فلا يسأل عن حالهم لجلالتهم، قال: وقد أفرط ابن الجوزي فذكر هذا الحديث في الموضوعات، ولعله استعظم ما فيه من الثواب وإلا فحال رواته كما ترى انتهى.

Nabi Ilyas AS

Sejak dulu nabi-nabi Bani Irsail setelah Musa bin ‘Imran AS, diutus agar mengamalkan Taurat. Nabi Ilyas AS hidup bersama seorang raja bernama Akhab yang mau mendengarkan dan mempercayai dia. Raja ridho, jika diluruskan oleh Nabi Ilyas AS. Konon berhala yang disembah oleh masarakat luas, bernama Bael. Kaum Bani Israil menolak ajakan Ilyas, menyembah Allah. Mereka lebih taat pada raja mereka.
Saat itu, raja-raja Bani Israil telah berpecah. Tiap raja menguasai suatu wilayah. 

Tiba-tiba Raja Akhab berkata, “Demi Allah agama yang kau bawa adalah batil. Raja-raja Bani Israil di mana-mana, menyembah berhala. Ternyata tidak berdosa, mereka tetap bisa makan dan minum, bahkan mereka bersenang-senang. Urusan duniawi mereka tidak kekurangan, bahkan justru mengalahkan  kita.  [1]

Akhir kisah, kaum Bani Israil diserbu oleh musuh, hingga sama tewas. Saat berada di dalam kebun, raja dan permaisurnya dibunuh, dan terbengkelai hingga membusuk. 




لَمَّا تُوُفِّيَ حِزْقِيلُ كَثُرَتِ الْأَحْدَاثُ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ، وَتَرَكُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَبَدُوا الْأَوْثَانَ، فَبَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِمْ إِلْيَاسَ بْنَ يَاسِينَ بْنِ فَنْحَاصَ بْنِ الْعِزَازِ بْنِ هَارُونَ بْنِ عِمْرَانَ نَبِيًّا، وَكَانَ الْأَنْبِيَاءُ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ بَعْدَ مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ يُبْعَثُونَ بِتَجْدِيدِ مَا نَسُوا مِنَ التَّوْرَاةِ وكَانَ إِلْيَاسُ مَعَ مَلِكٍ مِنْ مُلُوكِهِمْ يُقَالُ لَهُ أَخَابُ، وَكَانَ يَسْمَعُ مِنْهُ وَيُصَدِّقُهُ، وَكَانَ إِلْيَاسُ يُقِيمُ لَهُ أَمْرَهُ وَكَانَ بَنُو إِسْرَائِيلَ قَدِ اتَّخَذُوا صَنَمًا يَعْبُدُونَهُ يُقَالُ لَهُ بَعْلُ، فَجَعَلَ إِلْيَاسُ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ إِلَّا مِنْ ذَلِكَ الْمَلِكِ، وَكَانَ مُلُوكُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَفَرِّقَةً كُلُّ مَلِكٍ قَدْ تَغَلَّبَ عَلَى نَاحِيَةٍ يَأْكُلُهَا، فَقَالَ ذَلِكَ الْمَلِكُ الَّذِي كَانَ إِلْيَاسُ مَعَهُ: وَاللَّهِ مَا أَرَى الَّذِي تَدْعُو إِلَيْهِ بَاطِلًا لِأَنِّي أَرَى فُلَانًا وَفُلَانًا - يَعُدُّ مُلُوكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ - قَدْ عَبَدُوا الْأَوْثَانَ فَلَمْ يَضُرَّهُمْ ذَلِكَ شَيْئًا، يَأْكُلُونَ، وَيَشْرَبُونَ، وَيَتَمَتَّعُونَ مَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ دُنْيَاهُمْ وَمَا نَرَى لَنَا عَلَيْهِمْ مِنْ فَضْلٍ.