Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2013/12/28

Setelah Perang Badar Al-Kubra [17]





Di hari yang indah itu, dari Makkah datang rombongan keluarga besar Amer bin Auf   pada Rasulillah SAW, menuju Madinah. Mereka menyerahkan orang Islam bernama Saed, untuk ditukarkan dengan Amer bin Abi Sufyan, tahanan kaum Muslimiin.
Di antara tawanan; ada menantu nabi SAW, bernama Abul-Ash bin Rabik; suami Zainab. Di Makkah, dia termasuk lelaki paling kaya, dan terpercaya. Ibu dia Halah bintu Khuwailid, saudara perempuan Khadijah istri Rasulillah SAW.

Sebelum mendapat Wahyu, nabi SAW diminta oleh Halah agar menikahkan putranya dengan Zainab. Setelah mendapatkan Wahyu, Zainab beriman pada nabi SAW. Karena sangat sibuk dan didera oleh kesulitan banyak, nabi SAW belum bisa menceraikan mereka berdua.

Ketika kaum Quraisy Perang Badar, Abul-Ash ikut bergabung, hingga tertawan. Ketika kaum Quraisy berdatangan untuk menebus keluarga yang ditawan; Zainab mengutus seorang untuk menebus suami. Kalung mahal pemberian Khadijah RA diserahkan sebagai tebusan.
Ketika menyaksikan kalung gemerlapan yang menghadirkan kenangan indah; saat bersama Khadijah RA, hati nabi SAW sangat tersentuh. Hingga bersabda, “Kalu kalian setuju! Lepaslah suami Zainab dan kembalikan kalungnya!.”

Kaum Muslimiin membebaskan Abul-Ash dan mengembalikan kalung Zainab.
Rasulullah SAW berpesan agar Abul-Ash segera mengirimkan Zainab ke Madinah. Dan mengutus Zaid bin Haritsah bersama seorang, agar menjemput Zainab di Makkah.

Setelah sampai Makkah, Abul-Ash perintah agar Zainab segera pergi ke Madinah. Dengan diam-diam Zainab berkemas untuk pergi ke Makkah. Kinanah bin Rabik saudara Abul-Ash memberi kendaraan unta pada Zainab.
Siang itu, setelah mengambil busur dan anak panah, dia mengantar Zainab.
Dalam waktu cepat kaum Quraisy tahu bahwa Zainab pergi meninggalkan Makkah. Mereka menyusul dan menjumpai dia di daerah Dzi Thowa. Karena ketakutan, kandungan Zainab gugur. Untuk melindungi Zainab, Kinanah meluncurkan sejumlah anak-panah, bertubi-tubi. Dan bersumpah, “Demi Allah! Yang berani mendekat! Pasti saya panah!.”

Abu Sufyan yang bisa meredakan kemarahannya. Dengan lembut dia berkata, “Kau berani terang-terangan ‘menemani’ dia! Ini akan berakibat orang-orang menilai rendah ‘martabat’ kita! Demi Allah tidak ada untungnya, jika kami menghalang-halangi kepergian dia ke Madinah! Namun sementara kau harus memaksa dia pulang! Nanti malam lepaslah dia agar pergi ke Madinah! Agar ditemani oleh Zaid bin Haritsah dan kawannya!.”

Zaid dan kawannya mengantar Zainab, menghadap Rasulillah SAW. Agar Zainab bermukim di Madinah.  

Sekitar tujuh tahun setelahnya; sebelum Fathu Makkah, Abul-Ash membawa dagangan berjumlah banyak, ke kota Syam. Setelah pulang, sejumlah pasukan Rasulillah SAW menghalang-halangi dia. Dia kabur dan hartanya dirampas.
Di malam yang gelap, dia datang ke Madinah, memasuki rumah Zainab. Nabi SAW keluar menuju Masjid, untuk mengimami shalat shubuh.

Rasulullah SAW memekikkan takbir; para sahabat bertakbir dengan serempak. Dengan ketakutan, Zainab berteriak, “Saudara semuanya! Saya telah menjamin selamat pada Abul-Ash!.”
Nabi SAW bersabda, “Demi Allah saya tidak tahu ini. Dan memang lebih rendahnya kaum Muslimiin, berhak menjamin selamat pada seorang, tanpa sepengetahuan kaum Muslimiin!.” [1]
Pada Zainab, nabi SAW bersabda, “Lelaki itu tidak boleh bertemu kau! Dia tidak halal untukmu!.”
Karena kasihan pada menantu yang ditawan, nabi SAW bersabda, “Kalau kalian ingin saya senang, kembalikan milik dia! Tapi kalau kalian menolak, memang itu pemberian Allah untuk kalian. Kalian lebih berhak mengambil.”
Para sahabat menjawab, “Justru kami akan mengembalikan harta miliknya.”
Semua harta yang dirampas dari Abul-Ash, dikembalikan. Hingga kayu pengait dua unta bernama Syadzadz pun dikembalikan.
Abul-Ash pulang ke Makkah. Dan mengembalikan semua harta milik teman-temannya. Pada mereka, dia berkata, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Dan bahwa Muhammad Utusan Allah SAW. Demi Allah! Di sana saya tidak menyatakan Islam, karena khawatir kalian menyangka saya ‘akan memiliki harta’ kalian.”
Abul-Ash keluar menuju Madinah, untuk datang pada nabi SAW. Nabi SAW memperbolehkan pernikahan Abul-Ash dan Zainab ‘dilanjutkan’. 
Ada yang menjelaskan, “Pernikahannya diperbarui lagi.” [2]



Bersambung   



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia




[1]  الكامل في التاريخ (2/ 27)
فَمَشَى بَنُو عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ إِلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَطَلَبُوا مِنْهُ عَمْرَو بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، فَفَادَوْا بِهِ سَعْدًا.
«وَكَانَ فِي الْأُسَارَى أَبُو الْعَاصِ بْنُ الرَّبِيعِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ زَوْجُ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَكَانَ مِنْ أَكْثَرِ رِجَالِ مَكَّةَ مَالًا وَأَمَانَةً وَتِجَارَةً، وَكَانَتْ أُمُّهُ هَالَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ أُخْتُ خَدِيجَةَ زَوْجَةِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَسَأَلَتْهُ أَنْ يُزَوِّجَهُ زَيْنَبَ، فَفَعَلَ قَبْلَ أَنْ يُوحَى إِلَيْهِ، فَلَمَّا أُوحِيَ إِلَيْهِ آمَنَتْ بِهِ زَيْنَبُ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مَغْلُوبًا بِمَكَّةَ لَمْ يَقْدِرْ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا، فَلَمَّا خَرَجَتْ قُرَيْشٌ إِلَى بَدْرٍ خَرَجَ مَعَهُمْ فَأُسِرَ، فَلَمَّا بَعَثَتْ قُرَيْشٌ فِي فِدَاءِ الْأُسَارَى بَعَثَتْ زَيْنَبُ فِي فِدَاءِ أَبِي الْعَاصِ زَوْجِهَا بِقِلَادَةٍ لَهَا كَانَتْ خَدِيجَةُ أَدْخَلَتْهَا مَعَهَا، فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - رَقَّ لَهَا رِقَّةً شَدِيدَةً وَقَالَ: إِنْ رَأَيْتُمْ أَنْ تُطْلِقُوا لَهَا أَسِيرَهَا وَتَرُدُّوا عَلَيْهَا الَّذِي لَهَا، فَافْعَلُوا. فَأَطْلَقُوا لَهَا أَسِيرَهَا، وَرَدُّوا الْقِلَادَةَ وَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَلَيْهِ أَنْ يُرْسِلَ زَيْنَبَ إِلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ، وَسَارَ إِلَى مَكَّةَ، وَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ مَوْلَاهُ وَرَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ؛ لِيَصْحَبَا زَيْنَبَ مِنْ مَكَّةَ، فَلَمَّا قَدِمَ أَبُو الْعَاصِ أَمَرَهَا بِاللَّحَاقِ بِالنَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَتَجَهَّزَتْ سِرًّا، وَأَرْكَبَهَا كِنَانَةُ بْنُ الرَّبِيعِ - أَخُو أَبِي الْعَاصِ - بَعِيرًا، وَأَخَذَ قَوْسَهُ وَخَرَجَ بِهَا نَهَارًا. فَسَمِعَتْ بِهَا قُرَيْشٌ، فَخَرَجُوا فِي طَلَبِهَا فَلَحِقُوهَا بِذِي طَوًى، وَكَانَتْ حَامِلًا فَطَرَحَتْ حَمْلَهَا لَمَّا رَجَعَتْ لِخَوْفِهَا، وَنَثَرَ كِنَانَةُ أَسْهُمَهُ ثُمَّ قَالَ: وَاللَّهِ لَا يَدْنُو مِنِّي أَحَدٌ إِلَّا وَضَعْتُ فِيهِ سَهْمًا! فَأَتَاهُ أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ وَقَالَ: خَرَجْتَ بِهَا عَلَانِيَةً، فَيَظُنُّ النَّاسُ أَنَّ ذَلِكَ عَنْ ذُلٍّ وَضَعْفٍ مِنَّا، وَلَعَمْرِي مَا لَنَا فِي حَبْسِهَا حَاجَةٌ، فَارْجِعْ بِالْمَرْأَةِ لِيَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنَّا رَدَدْنَاهَا. ثُمَّ أَخْرِجْهَا لَيْلًا وَسَلِّمْهَا إِلَى زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ وَصَاحِبِهِ، فَقَدِمَا بِهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَقَامَتْ عِنْدَهُ فَلَمَّا كَانَ قُبَيْلَ الْفَتْحِ خَرَجَ أَبُو الْعَاصِ تَاجِرًا إِلَى الشَّامِ بِأَمْوَالِهِ وَأَمْوَالِ رِجَالٍ مِنْ قُرَيْشٍ، فَلَمَّا عَادَ لَقِيَتْهُ سَرِيَّةٌ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَخَذُوا مَا مَعَهُ وَهَرَبَ مِنْهُمْ، فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ أَتَى الْمَدِينَةَ فَدَخَلَ عَلَى زَيْنَبَ، فَلَمَّا كَانَ الصُّبْحُ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - إِلَى الصَّلَاةِ، فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ، فَنَادَتْ زَيْنَبُ مِنْ صُفَّةِ النِّسَاءِ: أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ أَجَرْتُ أَبَا الْعَاصِ. فَقَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا عَلِمْتُ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ، وَإِنَّهُ لَيُجِيرُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ أَدْنَاهُمْ.

[2] الكامل في التاريخ (2/ 28)
وَقَالَ لِزَيْنَبَ: لَا يَخْلُصُ إِلَيْكِ، فَلَا يَحِلُّ لَكِ. وَقَالَ لِلسَّرِيَّةِ الَّذِينَ أَصَابُوهُ: إِنْ رَأَيْتُمْ أَنْ تَرُدُّوا عَلَيْهِ الَّذِي لَهُ فَإِنَّا نُحِبُّ ذَلِكَ، وَإِنْ أَبَيْتُمْ فَهُوَ فَيْءُ اللَّهِ الَّذِي أَفَاءَهُ عَلَيْكُمْ، وَأَنْتُمْ أَحَقُّ بِهِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَلْ نَرُدُّهُ عَلَيْهِ. فَرَدُّوا عَلَيْهِ مَالَهُ كُلَّهُ حَتَّى الشِّظَاظَ، ثُمَّ عَادَ إِلَى مَكَّةَ فَرَدَّ عَلَى النَّاسِ مَا لَهُمْ وَقَالَ لَهُمْ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَاللَّهِ مَا مَنَعَنِي مِنَ الْإِسْلَامِ عِنْدَهُ إِلَّا تَخَوُّفُ أَنْ تَظُنُّوا أَنِّي إِنَّمَا أَرَدْتُ أَكْلَ أَمْوَالِكُمْ. ثُمَّ خَرَجَ فَقَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَرَدَّ عَلَيْهِ أَهْلَهُ بِالنِّكَاحِ الْأَوَّلِ، وَقِيلَ: بِنِكَاحٍ جَدِيدٍ» .

2013/12/26

Perang Badar Al-Kubra [16]



Setelah sampai Madinah, istri Rasulillah SAW bernama Saudah bintu Zamah berkata, “Kenapa kalian menyerah? Seperti wanita?! Mestinya lebih baik mati terhormat!” pada Suhail (tawanan perang).
Setelah mendengar ucapannya, Ralullah SAW menegur, “Hai Saudah? Kenapa kau menghasud atas Rasulallah?.”
Saudah menjawab, “Saya berkata demikian karena tak mampu menahan kekesalan.”
Ada seorang Muslim yang memberi makanan istimewa pada tawanan.

Al-Haisaman bin Abdillah Al-Khuzai awal orang yang datang ke Makkah untuk memberitakan Kekalahan.
Kaumnya terperangah dan bertanya, “Ada apa tergesa-gesa?.”
Mereka terkejut ketika dijawab, “Utbah, Syaibah, Abul-Hakam, Nubaih, Munabbih, (dan sejumlah orang) 'terbunuh' di dalam perang!.”
Shafwan bin Umayah bersumpah, “Demi Allah! Kalau dia (Al-Haisaman) waras, tanyalah tentang saya!.”
Pada Al-Haisaman, mereka bertanya, “Shafwan sedang apa?.”
Dia menjawab, “Sedang duduk di atas batu! Saya tidak menipu! Ayah dan saudara laki-laki dia juga tewas! Saya melihat!.”
Shafwan dan mereka syok dan merasa seakan-akan langit menjadi gelap.

Sembilan hari setelah berita kekalahan sampai, Abu Lahab wafat. Hari-hari berikutnya, kesedihan yang diiringi tangisan, untuk keluarga yang tewas dalam perang.
Beberapa orang berkata, “Jangan menangis! Agar Muhammad dan para sahabatnya tidak bahagia! Dan keluarga kalian yang ditawan, jangan ditebus! Agar Muhammad tidak besar kepala!.”

Al-Aswad bin Abdi Yaghutsa tergolong mereka yang syok. Dengan sedih, ia menangisi tiga putranya yang tewas; Zamah, Aqil, dan Al-Harits.
Al-Aswad terkejut oleh tangisan keras seorang wanita. Dia yang buta perintah pelayannya, “Ceklah! Apa saya masih pantas menangisi Zamah? Hati saya terasa terbakar atas wafatnya!.”

Pelayan datang untuk melaporkan, “Yang ditangisi oleh wanita itu, untanya yang hilang.”
Al-Aswad berkata, “Masyak hanya menangisi unta hilang? Begitu saja sudah tidak bisa tidur? Kenapa tidak menangis untuk keluarga besar Bakr yang sedang berkabung?.” [1]




Bersambung   


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ قَدِمَ مَكَّةَ بِمُصَابِ قُرَيْشٍ الْحَيْسَمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ، فَقَالُوا: مَا وَرَاءَكَ؟ قَالَ: قُتِلَ عُتْبَةُ وَشَيْبَةُ وَأَبُو الْحَكَمِ وَنُبَيْهٌ وَمُنَبِّهٌ ابْنَا الْحَجَّاجِ - وَعَدَّدَ أَشْرَافَ قُرَيْشٍ - فَقَالَ صَفْوَانُ بْنُ أُمَيَّةَ: وَاللَّهِ إِنْ يَعْقِلْ فَاسْأَلُوهُ عَنِّي. فَقَالُوا: مَا فَعَلَ صَفْوَانُ؟ قَالَ: هُوَ ذَاكَ جَالِسٌ فِي الْحِجْرِ، وَقَدْ رَأَيْتُ أَبَاهُ وَأَخَاهُ حِينَ قُتِلَا وَمَاتَ أَبُو لَهَبٍ بِمَكَّةَ بَعْدَ وُصُولِ خَبَرِ مَقْتَلِ قُرَيْشٍ بِتِسْعَةِ أَيَّامٍ، وَنَاحَتْ قُرَيْشٌ عَلَى قَتْلَاهُمْ، ثُمَّ قَالُوا: لَا تَفْعَلُوا فَيَشْمَتَ مُحَمَّدٌ وَأَصْحَابُهُ، وَلَا تَبْعَثُوا فِي فِدَاءِ أَسْرَاكُمْ، لَا يَشْتَطُّ عَلَيْكُمْ مُحَمَّدٌ. وَكَانَ الْأَسْوَدُ بْنُ عَبْدِ يَغُوثَ قَدْ أُصِيبَ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ وَلَدِهِ: زَمْعَةُ، وَعَقِيلٌ، وَالْحَارِثُ، وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يَبْكِيَ عَلَى بَنِيهِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ سَمِعَ نَائِحَةً، فَقَالَ لِغُلَامِهِ، وَقَدْ ذَهَبَ بَصَرُهُ: انْظُرْ هَلْ أُحِلَّ الْبُكَاءُ لَعَلِّي أَبْكِي عَلَى زَمْعَةَ، فَإِنَّ جَوْفِي قَدِ احْتَرَقَ. فَرَجَعَ إِلَيْهِ وَقَالَ لَهُ: إِنَّمَا هِيَ امْرَأَةٌ تَبْكِي عَلَى بَعِيرٍ لَهَا أَضَلَّتْهُ، فَقَالَ
 أَتَبْكِي أَنْ يَضِلَّ لَهَا بَعِيرٌ ... وَيَمْنَعَهَا مِنَ النَّوْمِ السُّهُودُ.
وَلَا تَبْكِي عَلَى بَكْرٍ وَلَكِنْ
عَلَى بَدْرٍ تَقَاصَرَتِ الْجُدُودُ ... عَلَى بَدْرٍ سَرَاةِ بَنِي هُصَيْصٍ
وَمَخْزُومٍ وَرَهْطِ أَبِي الْوَلِيدِ ... وَبَكِّي إِنْ بَكَيْتِ عَلَى عَقِيلٍ
وَبَكِّي حَارِثًا أَسَدَ الْأُسُودِ ... وَبَكِّيهِمْ وَلَا تَسَمِّي جَمِيعًا
فَمَا لِأَبِي حَكِيمَةَ مِنْ نَدِيدِ ... أَلَا قَدْ سَادَ بَعْدَهُمْ أُنَاسٌ
وَلَوْلَا يَوْمُ بَدْرٍ لَمْ يَسُودُوا
يَعْنِي أَبَا سُفْيَانَ.

2013/12/25

Imam Hanafi Mengaji




Hampir semua orang tahu Imam Hanafi yang nama sebenarnya, Nukman. Dia pernah datang pada Jafar bin Muhammad; cucu nabi SAW, bersama Amer bin Jumaik dan seorang tabik sohor, bernama Ibnu Abi Laila, untuk berguru. Dia juga pernah berguru pada cucu nabi SAW tersebut, bersama Abdullah bin Syubrumah yang namanya juga masyhur.
Inilah riwayatnya:
Abdullah bin Syubrumah bersama Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Ibnu Abi Laila, masuk kerumah Jafar bin Muhammad.
Ibnu Abi Laila ditanya, “Siapa yang bersama kau ini?” oleh Jafar.
Ibnu Abi Laila menjawab, “Dia orang pandai bahkan jenius dalam urusan agama.”
Jafar berkata, “Barangkali dia sering mengkiaskan agama dengan rokyu (pandangan)nya?.”
Dia menjawab, “Betul.”
Jafar bertanya, “Siapa namamu?” pada Abu Hanifah.
Abu Hanifah menjawab, “Nukman.”
Jafar bertanya, “Apa kau akan mempergunakan rokyu (pandangan) lagi setelah ini?.”
Dia menjawab, “Bagaimana mungkin saya mempergunakan rokyu (pandangan) saya?.”
Jafar berkata, “Saya berpandangan rokyu (pandangan)mu baik. Tahukah kau kenapa:
·        Rasa cairan dari dua mata ‘asin?’
·        Cairan dari dua telinga ‘pait?’
·        Cairan dari lobang hidung ‘panas?’
·        Ludah dari celah dua bibir ‘segar?’.”
Dia menjawab, “Saya tidak tahu.”
Jafar berkata, “Ternyata rokyu (pandangan)mu tidak sampai di situ? Tahukah kau ‘kalimat awal’ yang menjadikan kafir, ‘akhir kalimat’ yang menjadikan iman?’.”
Ibnu Abi Laila menyela, “Ya cucu Rasulillah! Jelaskan jawaban pertanyaan ini pada kami.”
Jafar menjawab, “Ayah saya menyampaikan ajaran kakek saya;
Rasulllah SAW benar-benar pernah bersabda ‘sungguh karena anugrah dan keutamaanNya, Allah telah membuat rasa cairan mata Anak Adam, asin. Karena mata adalah lemak. Kalau cairan mata tidak dibuat asin, niscaya mata mencair. Dan sungguh karena anugrah, keutamaan dan RahmatNya, Allah telah menjadikan rasa cairan dari telinga Anak Adam, pait; sebagai penghalang binatang yang akan masuk menuju otak. Jika merasakan pait, maka binatang akan keluar lagi. Dan sungguh karena anugrah, keutamaan dan RahmatNya, Allah telah membuat cairan di dalam hidung, panas; untuk melawan udara masuk yang bisa mengakibatkan otak membusuk. Kalau tidak dibuat demikian, niscaya otak membusuk. Dan sungguh karena anugrah, kefadholan dan RahmatNya Taala, Allah telah membuat rasa air liur dalam dua bibir Anak Adam, tawar; agar bisa digunakan merasakan rasa segala sesuatu. Air liur juga berguna memperindah suara yang dilontarkan dari mulut.”

Jafar perintah, “Beri tahu saya! Apa kalimat awal yang membuat kafir? Kalimat akhir yang membuat iman? Ketika seorang hamba berkata ‘laa Ilaaha illaa’ berarti kafir. Namun jika dia meneruskan dengan lafal ‘Allah’ berarti beriman.”
Abu Hanifah didekati oleh Jafar, dan diberi tahu, “Hai Nukman! Ayah saya menyampaikan ajaran kakek; Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda ‘awal makhluq yang mengkias urusan agama, Iblis’. Allah perintah ‘sujud pada Adam!’. Dia menjawab ‘saya lebih baik daripada dia. Kau mencipta saya dari api; sedangkan dia Kau cipta dari tanah’. [QS Al-A’raf 12].
Barangsiapa mengkias agama dengan rokyu (pandangan), maka di hari Kiamat nanti, Allah akan menggandengkan dia dengan Iblis. Karena dia telah menirukan Iblis di dalam mengkiaskan agama.”
Jafar bertanya, “Membunuh orang atau berzina? Yang dosanya lebih besar?.”
Abu Hanifah menjawab, “Membunuh orang.”
Jafar menjelaskan, “Allah menerima saksi pembunuhan, cukup dua orang saksi. Sedangkan persaksian berzina tidak diterima, kecuali berjumlah empat orang.”
Jafar bertanya, “Besar shalat atau puasa?.”
Abu Hanifah menjawab, “Shalat.”
Jafar menjelaskan, “Kenapa wanita haidh harus menyaur puasa? Namun tidak perlu menyaur shalat? Kasihan kau ini jika masih mempertahankan rokyu (pandangan)! Takutlah Allah! Dan agama jangan dikias (dilogika) dengan rokyu (pandangan)mu!.” [1]

Hadits ini mengandung hikmah bahwa yang dijadikan rujukan utama adalah Al-Qur’an dan Assunnah. Setelah itu baru kias. Jangan langsung mengkias seperti Iblis.


[1] حلية الأولياء وطبقات الأصفياء (3/ 196)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَنْبَسَةَ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ جُمَيْعٍ قَالَ: " دَخَلْتُ عَلَى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ أَنَا وَابْنُ أَبِي لَيْلَى، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُبَيْشٍ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْقُرَشِيُّ بِمِصْرَ , ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ شُبْرُمَةَ قَالَ: " دَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو حَنِيفَةَ عَلَى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ لِابْنِ أَبِي لَيْلَى: مَنْ هَذَا مَعَكَ؟ قَالَ: [ص:197] هَذَا رَجُلٌ لَهُ بَصَرٌ وَنَفَاذٌ فِي أَمْرِ الدِّينِ، قَالَ: لَعَلَّهُ يَقِيسُ أَمْرَ الدِّينِ بِرَأْيِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَقَالَ جَعْفَرٌ لِأَبِي حَنِيفَةَ: مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: نُعْمَانُ قَالَ: يَا نُعْمَانُ هَلْ قِسْتَ رَأْسَكَ بَعْدُ؟ قَالَ: كَيْفَ أَقِيسُ رَأْسِي؟ قَالَ: مَا أُرَاكَ تُحْسِنُ شَيْئًا، هَلْ عَلِمْتَ مَا الْمُلُوحَةُ فِي الْعَيْنَيْنِ، وَالْمَرَارَةُ فِي الْأُذُنَيْنِ، وَالْحَرَارَةُ فِي الْمِنْخَرَيْنِ، وَالْعُذُوبَةُ فِي الشَّفَتَيْنِ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: مَا أُرَاكَ تُحْسِنُ شَيْئًا، قَالَ: فَهَلْ عَلِمْتَ كَلِمَةً أَوَّلُهَا كُفْرٌ وَآخِرُهَا إِيمَانٌ؟ فَقَالَ ابْنُ أَبِي لَيْلَى: يَا ابْنَ رَسُولِ اللهِ أَخْبِرْنَا بِهَذِهِ الْأَشْيَاءِ الَّتِي سَأَلْتَهُ عَنْهَا، فَقَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ جَعَلَ لِابْنِ آدَمَ الْمُلُوحَةَ فِي الْعَيْنَيْنِ؛ لِأَنَّهُمَا شَحْمَتَانِ وَلَوْلَا ذَلِكَ لَذَابَتَا، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ عَلَى ابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْمَرَارَةَ فِي الْأُذُنَيْنِ حِجَابًا مِنَ الدَّوَابِّ، فَإِنْ دَخَلَتِ الرَّأْسَ دَابَّةٌ وَالْتَمَسَتْ إِلَى الدِّمَاغِ فَإِذَا ذَاقَتِ الْمَرَارَةَ الْتَمَسَتِ الْخُرُوجَ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ عَلَى ابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْحَرَارَةَ فِي الْمِنْخَرَيْنِ يَسْتَنْشِقُ بِهِمَا الرِّيحَ، وَلَوْلَا ذَلِكَ لَأَنْتَنَ الدِّمَاغُ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ وَرَحْمَتِهِ لِابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْعُذُوبَةَ فِي الشَّفَتَيْنِ يَجِدُ بِهِمَا اسْتِطْعَامَ كُلِّ شَيْءٍ وَيَسْمَعُ النَّاسُ بِهَا حَلَاوَةَ مَنْطِقِهِ» ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْكَلِمَةِ الَّتِي أَوَّلُهَا كُفْرٌ وَآخِرُهَا إِيمَانٌ، فَقَالَ: إِذَا قَالَ الْعَبْدُ لَا إِلَهَ فَقَدْ كَفَرَ، فَإِذَا قَالَ: إِلَّا اللهُ فَهُوَ إِيمَانٌ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى أَبِي حَنِيفَةَ فَقَالَ: يَا نُعْمَانُ حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " أَوَّلُ مَنْ قَاسَ أَمْرَ الدِّينِ بِرَأْيِهِ إِبْلِيسُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى لَهُ: اسْجُدْ لِآدَمَ، فَقَالَ {أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ} [الأعراف: 12] فَمَنْ قَاسَ الدِّينَ بِرَأْيِهِ قَرَنَهُ اللهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِبْلِيسَ؛ لِأَنَّهُ اتَّبَعَهُ بِالْقِيَاسِ "، زَادَ ابْنُ شُبْرُمَةَ فِي حَدِيثِهِ: ثُمَّ قَالَ جَعْفَرٌ: أَيُّهُمَا أَعْظَمُ: قَتْلُ النَّفْسِ أَوِ الزِّنَا؟ قَالَ: قَتْلُ النَّفْسِ، قَالَ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَبِلَ فِي قَتْلِ النَّفْسِ شَاهِدَيْنِ، وَلَمْ يَقْبَلْ فِي الزِّنَا إِلَّا أَرْبَعَةً، ثُمَّ قَالَ: أَيُّهُمَا أَعْظَمُ: الصَّلَاةُ أَمِ الصَّوْمُ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ، قَالَ: فَمَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ، فَكَيْفَ؟ وَيْحَكَ يَقُومُ لَكَ قِيَاسُكَ ‍ اتَّقِ اللهَ وَلَا تَقِسِ الدِّينَ بِرَأْيِكَ.