Mereka terperangah pada ucapan Amer bin Waheb, “Sungguh saya telah
menyaksikan unta-unta Nadhih membawa kematian. Senjata mereka hanya pedang.
Tapi lelaki mereka akan membunuh lelaki kita. Jika mereka telah membunuh
sebagian kita; maka tak ada lagi kebaikan setelahnya. Sekarang pertimbangkanlah
peperangan ini!.”
Setelah mendengarkan, Hakim bin Hizam bergegas mendatangi Utbah
bin Rabiah. Dengan sopan, dia berkata, “Hai Ayah Al-Walid! Kau pembesar dan
pimpinan kaum Quraisy! Apa kau tak ingin namanya harum selama-lamanya?.”
Utbah menjawab, “Maksudmu?.”
Hakim menganjurkan, “Bawalah pulang kaum ini! Tanggunglah darah
sahabat karibmu; Amer bin Al-Hadhrami!.”
Utbah menyetujui, “Saya akan menanggung darah dan harta dia! Tapi
datanglah pada Putra Al-Hanzhaliyah (maksudnya Abu Jahl)! Saya khawatir di
menentang dan didukung oleh orang banyak!.”
Utbah berdiri dan berteriak, “Kalau kalian berhasil membunuh
Muhammad dan para sahabatnya; bukan sebuah prestasi! Demi Allah jika mereka
kalah, justru nantinya orang-orang akan berkata ‘dia yang membunuh’ anak paman
dari ayah atau dari ibunya. Atau berkata ‘dia telah membunuh’ keluarganya. Dengan
dendam.”
Hakim berjalan cepat menuju Abu Jahl. Untuk menyampaikan pesan
Utbah. Pesan disampaikan ketika Abu Jahl sedang mengeluarkan baju perang yang
akan dipakai. Dengan geram dia menjawab, “Demi Allah ketika melihat Muhammad dan
para sahabatnya, leher Utbah membesar (marah). Demi Allah kami takkan pulang
sehingga Allah menentukan qodar antara kita dengan Muhammad. Utbah berkata demikian
karena tahu bahwa anaknya; Aba Hudzaifah, berada di rombongan Muhammad. Dia khawatir
kita membunuh dia!.”
Lalu perintah, “Sahabat karibmu mengajak
pulang ke Makkah! Padahal kau tahu bahwa jalan untuk membalaskan dendam
keluargamu, di sini! Berteriaklah untuk kematian saudaramu!” pada Amir bin Al-Hadhrami.
Amir berdiri untuk berteriak keras, “Wahai Amer! Wahai Amer!.”
Teriakan itu membuat iba dan emosi kaumnya meledak. Dengan gerak
cepat, mereka bersiap menyerang kaum Muslimiin.
Pertempuran sengit akan segera berlangsung. [1]
Pertempuran sengit akan segera berlangsung. [1]
Bersambung
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
يُقْبِلُ رَجُلٌ
مِنْهُمْ إِلَّا يَقْتُلُ رَجُلًا مِنْكُمْ، فَإِذَا أَصَابُوا أَعْدَادَهُمْ، فَمَا
خَيْرُ الْعَيْشِ بَعْدَ ذَلِكَ، فَرَوْا رَأْيَكُمْ.
فَلَمَّا سَمِعَ
حَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ ذَلِكَ مَشَى فِي الْقَوْمِ، فَأَتَى عُتْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ
فَقَالَ: يَا أَبَا الْوَلِيدِ، إِنَّكَ كَبِيرُ قُرَيْشٍ وَسَيِّدُهَا، هَلْ لَكَ
أَنْ لَا تَزَالَ تُذْكَرُ فِيهَا بِخَيْرٍ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ؟ قَالَ: وَمَا ذَاكَ؟
قَالَ: تَرْجِعُ بِالنَّاسِ وَتَحْمِلُ دَمَ حَلِيفِكَ عَمْرِو بْنِ الْحَضْرَمِيِّ.
قَالَ: قَدْ فَعَلْتُ، عَلَيَّ دَمُهُ وَمَا أُصِيبَ مِنْ مَالِهِ، فَأْتِ ابْنَ الْحَنْظَلِيَّةِ
- يَعْنِي أَبَا جَهْلٍ - فَلَا أَخْشَى أَنْ يُفْسِدَ أَمْرَ النَّاسِ غَيْرُهُ. فَقَامَ
عُتْبَةُ فِي النَّاسِ فَقَالَ: إِنَّكُمْ مَا تَصْنَعُونَ بِأَنْ تَلْقَوْا مُحَمَّدًا
وَأَصْحَابَهُ شَيْئًا، وَاللَّهِ لَئِنْ أَصَبْتُمُوهُمْ لَا يَزَالُ رَجُلٌ يَنْظُرُ
فِي وَجْهِ رَجُلٍ يَكْرَهُ النَّظَرَ إِلَيْهِ؛ قَتَلَ ابْنَ عَمِّهِ أَوِ ابْنَ خَالِهِ
أَوْ رَجُلًا مِنْ عَشِيرَتِهِ. قَالَ حَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ: فَانْطَلَقْتُ إِلَى أَبِي
جَهْلٍ فَوَجَدْتُهُ قَدْ نَشَلَ دِرْعًا وَهُوَ يُهَيِّئُهَا، فَأَعْلَمْتُهُ مَا
قَالَ عُتْبَةُ، فَقَالَ: انْتَفَخَ - وَاللَّهِ - سَحْرُهُ حِينَ رَأَى مُحَمَّدًا
وَأَصْحَابَهُ، وَاللَّهِ لَا نَرْجِعُ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
مُحَمَّدٍ، وَمَا بِعُتْبَةَ مَا قَالَ، وَلَكِنْ رَأَى ابْنَهُ أَبَا حُذَيْفَةَ فِيهِمْ،
وَقَدْ خَافَكُمْ عَلَيْهِ ثُمَّ بَعَثَ إِلَى عَامِرِ بْنِ الْحَضْرَمِيِّ فَقَالَ
لَهُ: هَذَا حَلِيفُكَ يُرِيدُ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى مَكَّةَ بِالنَّاسِ، وَقَدْ رَأَيْتَ
ثَأْرَكَ بِعَيْنِكَ، فَانْشُدْ خُفْرَتَكَ وَمَقْتَلَ أَخِيكَ. فَقَامَ عَامِرٌ وَصَرَخَ:
وَاعَمْرَاهْ وَاعَمْرَاهْ! فَحَمِيَتِ الْحَرْبُ وَاسْتَوْسَقَ النَّاسُ عَلَى الشَّرِّ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar