Seorang pria dari keluarga besar Ghifar berkata, “Ketika masih
musyrik dulu, saya bersama anak paman saya dari jalur ayah, mendaki gunung. Menyaksikan jalannya Pertempuran Badar. Kami menonton sambil menunggu
siapa yang akan menjadi pemenang. Untuk bergabung mengambil rampasan perang. Tiba-tibaada mendung bergeser ke atas kami. Ternyata ada ringkikan kuda dari dalam
mendung. Bahkan ada suara orang berteriak ‘majulah Haizum!’.
Anak paman pingsan hingga meninggal dunia. Saya juga terkejut hingga hampir pingsan. Tetapi saya berpegangan erat.”
Abu Dawud Al-Mazini veteran Perang Badar, berkisah, “Sungguh saat
itu, saya mengejar lelaki musyrik, untuk saya tebas dengan pedang. Ternyata kepalanya jatuh ke tanah, sebelum pedang saya menyentuh lehernya. Maka saya yakin bahwa yang
membunuh bukan saya.”
Sahel bin Hunaif berkata, “Seorang kami mengayunkan pedang atas orang musyrik. Ternyata kepalanya jatuh ke tanah, sebelum pedang menyentuh lehernya.”
Setelah kaum Musyrikin pulang ke Makkah, yang tinggal di Badar,
para tawanan dan yang sama tewas. Rasulullah SAW perintah agar mayat-mayat
lawan dimasukkan ke dalam lobang. Semua mayat dimasukkan kesana, kecuali Umayah
bin Khalaf. Tubuhnya membengkak hingga sulit dikeluarkan dari baju perang. Ketika
dikeluarkan dengan paksa, anggota badannya sama lepas. Akhirnya hanya ditimbun
tanah dan bebatuan.
Setelah semua mayat dimasukkan ke dalam lobang, Rasulullah SAW diam
di situ, untuk bersabda, “Hai yang berada di dalam lobang! Sejelek-jelek
keluarga pada nabi SAW adalah kalian! Kalian telah mendustakan saya; padahal kaum lain percaya pada saya!” Lalu menyeru, “Hai Utbah! Syaibah! Umayah bin
Khalaf! Aba Jahl bin Hisyam! Bukankah kalian telah merasakan janji Tuhan kalian
dengan hak? Saya juga telah menikmati janji Tuhan saya dengan hak!.”
Para sahabat bertanya, “Masyak Baginda bertanya pada kaum yang
telah meninggal dunia?.”
Nabi SAW bersabda, “Yang lebih mendengar ucapan saya daripada
mereka bukan kalian! Hanya sungguh mereka tidak mampu menjawab saya!.”
Nabi SAW terkejut saat melihat wajah Abi Hudzaifah bersedih. Lalu bertanya,
“Apakah kau tersinggung karena ucapan saya pada ayahmu barusan?.”
Dia menjawab, “Demi Allah tidak! Ya Rasulallah SAW. Hanya memang
saya berpikir; ayah saya memiliki akal dan kepandaian. Saya susah karena dia
wafat dalam keadaan kafir.”
Nabi SAW berdoa baik untuk Abi Hudzaifah. [1]
Bersambung
Ponpes Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta
فَلَمَّا هَزَمَ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ، وَقَتَلَ مِنْهُمْ
مَنْ قَتَلَ، وَأَسَرَ مَنْ أَسَرَ، أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ - أَنْ تُطْرَحَ الْقَتْلَى فِي الْقَلِيبِ، فَطُرِحُوا فِيهِ إِلَّا أُمَيَّةُ
بْنُ خَلَفٍ؛ فَإِنَّهُ انْتَفَخَ فِي دِرْعِهِ فَمَلَأَهَا، فَذَهَبُوا بِهِ لِيُخْرِجُوهُ
فَتَقَطَّعَ، وَطَرَحُوا عَلَيْهِ مِنَ التُّرَابِ وَالْحِجَارَةِ مَا غَيَّبَهُ، وَلَمَّا
أُلْقُوا فِي الْقَلِيبِ وَقَفَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ - وَقَالَ: «يَا أَهْلَ الْقَلِيبِ، بِئْسَ عَشِيرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ
لِنَبِيِّكُمْ! كَذَّبْتُمُونِي وَصَدَّقَنِي النَّاسُ! ثُمَّ قَالَ: يَا عُتْبَةُ،
يَا شَيْبَةُ، يَا أُمَيَّةُ بْنَ خَلَفٍ، يَا أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ - وَعَدَّدَ
مَنْ كَانَ فِي الْقَلِيبِ - هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَإِنِّي
وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقًّا. فَقَالَ لَهُ أَصْحَابُهُ: أَتُكَلِّمُ قَوْمًا
مَوْتَى؟ فَقَالَ: مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا
أَقُولُ مِنْهُمْ، وَلَكِنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ أَنْ يُجِيبُونِي» . «وَلَمَّا
قَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لِأَهْلِ الْقَلِيبِ مَا قَالَ رَأَى
فِي وَجْهِ أَبِي حُذَيْفَةَ بْنِ عُتْبَةَ الْكَرَاهِيَةَ وَقَدْ تَغَيَّرَ،
فَقَالَ: لَعَلَّكَ قَدْ دَخْلَكَ مِنْ شَأْنِ أَبِيكَ شَيْءٌ؟ قَالَ: لَا
وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا شَكَكْتُ فِي أَبِي وَفِي مَصْرَعِهِ،
وَلَكِنَّهُ كَانَ لَهُ عَقْلٌ وَحِلْمٌ وَفَضْلٌ، فَكُنْتُ أَرْجُو لَهُ
الْإِسْلَامَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ مَا مَاتَ عَلَيْهِ مِنَ الْكُفْرِ أَحْزَنَنِي
ذَلِكَ، فَدَعَا لَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -
بِخَيْرٍ» .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar