Ibnu
Laila termasuk Tabiin yang sangat
sohor. Cukup banyak, Guru beliau dari para sahabat
Nabi SAW. [1] Melalui isnad muttashil, Abu Dawud
menyampaikan Kajian yang pernah disampaikan, oleh Ibnu Laila: سنن
أبي داود (1/ 138)
506 - حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، قَالَ:
سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى، ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، سَمِعْتُ
ابْنَ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: أُحِيلَتِ الصَّلَاةُ ثَلَاثَةَ أَحْوَالٍ، قَالَ:
وَحَدَّثَنَا أَصْحَابُنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: «لَقَدْ أَعْجَبَنِي أَنْ تَكُونَ صَلَاةُ الْمُسْلِمِينَ - أَوْ قَالَ -
الْمُؤْمِنِينَ، وَاحِدَةً، حَتَّى لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَبُثَّ رِجَالًا فِي
الدُّورِ يُنَادُونَ النَّاسَ بِحِينِ الصَّلَاةِ، وَحَتَّى هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ
رِجَالًا يَقُومُونَ عَلَى الْآطَامِ يُنَادُونَ الْمُسْلِمِينَ بِحِينِ
الصَّلَاةِ حَتَّى نَقَسُوا أَوْ كَادُوا أَنْ يَنْقُسُوا» ، قَالَ: فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَمَّا رَجَعْتُ
لِمَا رَأَيْتُ مِنَ اهْتِمَامِكَ رَأَيْتُ رَجُلًا كَأَنَّ عَلَيْهِ ثَوْبَيْنِ
أَخْضَرَيْنِ، فَقَامَ عَلَى الْمَسْجِدِ فَأَذَّنَ، ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً، ثُمَّ
قَامَ فَقَالَ مِثْلَهَا، إِلَّا أَنَّهُ يَقُولُ: قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ
وَلَوْلَا أَنْ يَقُولَ النَّاسُ - قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى: أَنْ تَقُولُوا -
لَقُلْتُ إِنِّي كُنْتُ يَقْظَانَ غَيْرَ نَائِمٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: - وَقَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى - «لَقَدْ أَرَاكَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا» ، - وَلَمْ يَقُلْ عَمْرٌو: «لَقَدْ أَرَاكَ اللَّهُ
خَيْرًا» - فَمُر بِلَالًا فَلْيُؤَذِّنْ، قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: أَمَا إِنِّي
قَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ الَّذِي رَأَى، وَلَكِنِّي لَمَّا سُبِقْتُ اسْتَحْيَيْتُ،
قَالَ: وَحَدَّثَنَا أَصْحَابُنَا، قَالَ: وَكَانَ الرَّجُلُ إِذَا جَاءَ يَسْأَلُ
فَيُخْبَرُ بِمَا سُبِقَ مِنْ صَلَاتِهِ وَإِنَّهُمْ قَامُوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَيْنِ قَائِمٍ وَرَاكِعٍ وَقَاعِدٍ
وَمُصَلٍّ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ ابْنُ
الْمُثَنَّى: قَالَ عَمْرٌو: وَحَدَّثَنِي بِهَا حُصَيْنٌ، عَنِ ابْنِ أَبِي
لَيْلَى حَتَّى جَاءَ مُعَاذٌ، قَالَ شُعْبَةُ: وَقَدْ سَمِعْتُهَا مِنْ حُصَيْنٍ،
فَقَالَ: لَا أَرَاهُ عَلَى حَالٍ إِلَى قَوْلِهِ كَذَلِكَ فَافْعَلُوا، قَالَ
أَبُو دَاوُدَ: " ثُمَّ رَجَعْتُ إِلَى حَدِيثِ عَمْرِو بْنِ مَرْزُوقٍ،
قَالَ: فَجَاءَ مُعَاذٌ، فَأَشَارُوا إِلَيْهِ، قَالَ شُعْبَةُ: وَهَذِهِ
سَمِعْتُهَا مِن حُصَيْنٍ، قَالَ: فَقَالَ مُعَاذٌ: لَا أَرَاهُ عَلَى حَالٍ
إِلَّا كُنْتُ عَلَيْهَا، قَالَ: فَقَالَ: إِنَّ مُعَاذًا، قَدْ سَنَّ لَكُمْ
سُنَّةً، كَذَلِكَ فَافْعَلُوا " قَالَ: وَحَدَّثَنَا أَصْحَابُنَا، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ
" أَمَرَهُمْ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ أُنْزِلَ رَمَضَانُ،
وَكَانُوا قَوْمًا لَمْ يَتَعَوَّدُوا الصِّيَامَ، وَكَانَ الصِّيَامُ عَلَيْهِمْ
شَدِيدًا فَكَانَ مَنْ لَمْ يَصُمْ أَطْعَمَ مِسْكِينًا، فَنَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ: {فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ} [البقرة: 185]
فَكَانَتِ الرُّخْصَةُ لِلْمَرِيضِ، وَالْمُسَافِرِ فَأُمِرُوا بِالصِّيَامِ
" قَالَ: وَحَدَّثَنَا أَصْحَابُنَا، قَالَ: وَكَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَفْطَرَ
فَنَامَ قَبْلَ أَنْ يَأْكُلَ لَمْ يَأْكُلْ حَتَّى يُصْبِحَ، قَالَ: "
فَجَاءَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، فَأَرَادَ امْرَأَتَهُ، فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ
نِمْتُ فَظَنَّ أَنَّهَا تَعْتَلُّ فَأَتَاهَا، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ
فَأَرَادَ الطَّعَامَ فَقَالُوا: حَتَّى نُسَخِّنَ لَكَ شَيْئًا، فَنَامَ "
فَلَمَّا أَصْبَحُوا أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ هَذِهِ الْآيَةُ {أُحِلَّ لَكُمْ
لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ} [البقرة: 187]
__________
[حكم الألباني] : صحيح
Arti (selain isnad)nya:
Amer bin Murrah
berkata, “Saya pernah mendengar Ibna Laila berkata ‘shalat telah dirubah tiga kali'.
Guru-guru kami (para sahabat Nabi SAW) pernah bercerita pada kami:
1. ‘Sungguh Rasulullah SAW’ pernah bersabda ‘niscaya jika shalat kaum
Islam, bersama-sama, sungguh menakjubkan saya’. Hingga niscaya saya benar-benar
ingin menyebar sejumlah pria, agar berpencar ke beberapa perkampungan. Untuk
menyeru manusia mengenai waktu shalat (berjamaah). Hingga saya ingin perintah
sejumlah lelaki, agar berdiri di rumah-rumah panggung. Untuk menyerukan waktu
shalat, kaum Muslimiin. Hingga mereka (hampir) memukul kentong-kentong
(pertanda shalat akan dimulai).
2. Hingga seorang lelaki dari Anshar datang untuk berkata ‘ya Rasulallah!
Sungguh ketika saya pulang, karena menyaksikan kesedihan baginda; sepertinya
saya telah menyaksikan lelaki berpakaian dua kain berwarna hijau. [2] Dia berdiri di Masjid, untuk Adzan.
Setelah duduk sejenak, lalu mengucapkan lagi perkataan yang sama. Hanya sungguh
(perkataan yang kedua) dia berkata ‘qad
qaamatis shalah’. Kalau orang-orang (kalin) takkan mengatakan (‘kamu
bohong’), niscaya saya berkata ‘sungguh saat itu saya terjaga; tidak tidur’).
Rasulullah SAW bersabda ‘niscaya Allah azza
wajalla benar-benar telah
menunjukkan Kebaikan padamu! Perintahlah agar Bilal Adzan!’ Umar berkata
‘sungguh saya juga telah (mengalami seperti bermimpi) menyaksikan yang
disaksikan oleh dia! Tetap saya malu ketika telah didahului laporan’. (Akhirnya ada Adzan shalat).
3. Guru-guru kami juga pernah bercerita ‘dulu, apabila seorang pria
datang (dalam shalat berjamaah), untuk bertanya (shalat ini, telah berapa rakaat) ? Dia dikabari jumlah
rakaat yang ketinggalan. Dan sungguh mereka berdiri (shalat) bersama
Rasulillah, ada yang berdiri; ada yang rukuk; ada yang duduk, mereka shalat
bersama Rasulillah SAW. (Amalan shalat seperti itu, dilakukan) hingga Muadz datang untuk berkata ‘saya tidak melihat Nabi
SAW dalam suatu keadaan’ (shalat, dan seterusnya). Hingga SAW bersabda ‘lakukan
demikian!’.”
Abu Dawud berkata,
“Lalu saya kembali pada Hadits Amer bin Marzuq:
Muadz datang (ke Masjid);
mereka isarah (mengenai jumlah rakaat yang dia ketinggalan).”
Syukbah berkata, “Bahasan
(Perkataan Muadz ‘saya tidak melihat Nabi SAW dalam suatu keadaan, kecuali saya
juga melakukan demikian’. Nabi SAW bersabda:
‘Sungguh Muadz
telah melakukan Sunnah untuk kalian! Lakukan demikian itu!’)
ini!.’
Pernah saya
dengar dari Chushain (murid Ibnu Laila).”
Ibnu Laila
berkata, “Pada kami, guru-guru kami (para sahabat Nabi SAW) pernah berkata:
1.
‘Sungguh
ketika datang ke Madinah, Rasulullah SAW perintah agar mereka puasa tiga hari
(dalam sebulan). Lalu (Kewajiban puasa) Ramadhan diturunkan. Dulu mereka
kaum yang tidak membudayakan puasa; puasa berat atas mereka. Hingga seorang
yang tidak berpuasa (Ramadhan), cukup memberi makan seorang miskin.
2.
Lalu
turun Ayat ini; {فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ} [البقرة: 185]. Maka barangsiapa dari kalian menyaksikan bulan tersebut!
Hendaklah berpuasa padanya! Saat itu boleh tidak berpuasa, untuk orang sakit
dan musafir. Selain mereka diperintah agar berpuasa’.”
3.
Ibnu
Laila berkata, “Guru-guru kami pernah bercerita pada kami ‘dulu apabila seorang
lelaki telah memasuki waktu berbuka, namun telah tidur sebelum berbuka; dia
mutlak tidak boleh makan hingga subuh (tidak boleh makan sahur). Umar bin Al-Khatthab RA datang untuk menghendaki istrinya. Namun istri berkata ‘sungguh
saya telah tidur’. Karena menyangka istrinya bergurau, Umar RA mendatangi
(mencoitus) dia. Seorang
lelaki dari Anshar (yang ingin berbuka) datang, menginginkan makanan.
Keluarganya menjawab ‘(tunggu) hingga kami memanaskan sesuatu untuk kau’. Namun dia
tidur. Ketika mereka pagi-pagian; Ayat ini diturunkan: {أُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ} [البقرة: 187]. Artinya: Di malam puasa, Rafats
(coitus) pada istri-istri
kalian, telah dihalalkan untuk kalian (dan seterusnya).”
Albani menghukumi
Hadits ini Shahih.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
[1] Ali bin Abi Thalib RA termasuk guru Hadits beliau, mengenai Fathimah RA Minta Pelayan
pada Nabi SAW.
[2]
Lelaki Anshar ini bernama Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih (عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ).
قَالَ
الْحَالَ الثَّالِثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَصَلَّى يَعْنِي نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ثَلَاثَةَ عَشَرَ
شَهْرًا.
Artinya:
Hal ketiga,
“Sungguh Rasulullah SAW datang ke Madinah, maka shalat ke arah Baital-Maqdis,
selama 13 bulan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar