Arti Fathonah
paling tepat ‘cerdas dalam bidang perdamaian’. Oleh karena itu Fathonah sering
dijadikan istilah untuk perbuatan orang yang pandai membawa
diri. Bukhari meriwayatkan Hadits mempergunakan lafal Fathonah, yang
sudah dirubah menjadi fiil madhi, yakni fathintu; صحيح
البخاري (6/ 156)
4910 - وَقَالَ سُلَيْمَانُ
بْنُ حَرْبٍ، وَأَبُو النُّعْمَانِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ،
عَنْ مُحَمَّدٍ، قَالَ: كُنْتُ فِي حَلْقَةٍ فِيهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي
لَيْلَى، وَكَانَ أَصْحَابُهُ يُعَظِّمُونَهُ، فَذَكَرُوا لَهُ فَذَكَرَ آخِرَ الأَجَلَيْنِ،
فَحَدَّثْتُ بِحَدِيثِ سُبَيْعَةَ بِنْتِ الحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ،
قَالَ: فَضَمَّزَ لِي بَعْضُ أَصْحَابِهِ، قَالَ مُحَمَّدٌ: فَفَطِنْتُ لَهُ فَقُلْتُ:
إِنِّي إِذًا لَجَرِيءٌ إِنْ كَذَبْتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ وَهُوَ فِي
نَاحِيَةِ الكُوفَةِ، فَاسْتَحْيَا وَقَالَ: لَكِنْ عَمُّهُ لَمْ يَقُلْ ذَاكَ، فَلَقِيتُ
أَبَا عَطِيَّةَ مَالِكَ بْنَ عَامِرٍ فَسَأَلْتُهُ فَذَهَبَ يُحَدِّثُنِي حَدِيثَ
سُبَيْعَةَ، فَقُلْتُ: هَلْ سَمِعْتَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ فِيهَا شَيْئًا؟ فَقَالَ:
كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ فَقَالَ: أَتَجْعَلُونَ عَلَيْهَا التَّغْلِيظَ، وَلاَ
تَجْعَلُونَ عَلَيْهَا الرُّخْصَةَ، لَنَزَلَتْ سُورَةُ النِّسَاءِ القُصْرَى بَعْدَ
الطُّولَى {وَأُولاَتُ الأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ} [الطلاق:
4]
Arti (selain isnad)nya:
Dari Muhammad, “Saya dulu pernah berada di dalam
pengajian yang di dalamnya ada Abdur Rohman bin Abi Laila (seorang tabik sohor). Saat itu murid-murid beliau
sangat mengagungkan pada beliau. Mereka berbicara pada beliau; beliau berbicara
tentang akhir dua tempo (untuk wanita hamil bersuami wafat).
Maka saya menjelaskan Hadits Subaiah binti Al-Charits,
dari Abdillah bin Utbah.
Sontak sebagian murid-murid beliau mengatubkan bibir pada
saya, (sebagai isarah agar saya diam).
Sontak saya ber-fathonah (melakukan perbuatan agar damai, yakni
agar tidak menimbulkan kemarahan) pada beliau. Saya berkata ‘sungguh jika
begitu, niscaya saya lancang pada Abdullah bin Utbah (guru); jika saya bohong
atas nama beliau, padahal beliau berada di kawasan Kufah!’.
Sontak Abdur Rohman malu (grogi), dan berkata ‘tetapi
paman Abdullah bin Utbah (bernama Abdullah bin Mas’ud) tidak berkata demikian!’.
Saya menjumpai Aba Athiyah Malik bin Amir, untuk
bertanya. Ternyata dia juga menceritakan pada saya Hadits Subaiah (rujukan
hukum tersebut). Saya bertanya ‘apakah kau pernah mendengar sesuatu dari
Abdillah (bin Mas’ud)?’.
Dia menjawab ‘kami dulu pernah di sisi Abdillah bin
Mas’ud’. Beliau berkata ‘masyak kalian memperberat pada wanita tersebut? Tidak
mempermudahkan dia? Niscaya (Ayat) Surat Annisa lebih pendek ({وَأُولاَتُ الأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ
حَمْلَهُنَّ} [الطلاق: 4]), turun setelah yang lebih pajang ({وَالَّذِينَ
يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ
أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا} [البقرة: 234])!’.”
Kesimpulan:
1. Arti Fathonah pandai membawa diri, atau
memperindah ucapan agar tidak membuat orang marah.
2.
Seorang tabik yang sangat hebat, pernah juga melakukan
kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar