SuratAbasa diturunkan ketika nabi SAW masih di Makkah. Menurut Azzamakhsyari, “Saat
itu beliau SAW sedang serius menghadapi orang-orang penting; Utbah, Syaibah
(dua putra Rabiah), Abu Jahl bin Hisyam, Abbas bin Abdil-Muthalib, Umayah bin
Al-Khalaf, dan Al-Walid bin Al-Mughirah. Agar mereka masuk Islam. Tiba-tiba
Ibnu Ummi Maktum datang untuk berkata
‘ya Rasulallah! Bacakan dan ajarkan pada saya, sebagian yang telah diajarkan
oleh Allah pada Baginda’.” [1]
Ibnu
Ummi Maktum mengulang-ulang permohonannya, karena tidak tahu bahwa nabi SAW
sedang sibuk menghadapi kaum penting. Nabi SAW tidak mau menghentikan pembicaraan
karena sungkan pada mereka. Beliau SAW bemuka masam dan berpaling. Allah
menurunkan surat tersebut, sebagai pelajaran tatakerama untuk nabi SAW dan
kaumnya. Firman berkembang pada pelajaran ‘Seharusnya Manusia Melaksanakan
Perintah Allah’. Dan ‘Asal Mereka dari Apa?’. Lalu tentang Kiamat, dan
seterusnya:
بسم الله الرحمن الرحيم
عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2)
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى
(4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا
يَزَّكَّى (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8) وَهُوَ يَخْشَى (9) فَأَنْتَ
عَنْهُ تَلَهَّى (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (12)
فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ
(15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16) قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (17) مِنْ أَيِّ
شَيْءٍ خَلَقَهُ (18) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (19) ثُمَّ السَّبِيلَ
يَسَّرَهُ (20) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (21) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ
(22) كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (23) فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى
طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ
شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28)
وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31)
مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ (32) فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (33) يَوْمَ
يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ
وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37)
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (38) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (39) وَوُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (40) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (41) أُولَئِكَ هُمُ
الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (42).
Artinya:
Dia
bermuka masam dan berpaling. (1) [2]
Lantaran orang
buta datang pada dia. (2)
Maksud lafal
‘orang buta’ adalah Ibnu Ummi Maktum. [3]
Apa yang memberi
tahu kau barangkali dia bersuci?. (3) Maksud lafal ‘kau’ adalah nabi SAW. [4]
Atau dia mengambil
peringatan hingga peringatan bermanfaat pada dia?. (4)
Adapun orang
sombong. (5)
Maka kau serius
pada dia? (6)
Apa beratmu jika
dia tidak bersuci? (7)
Adapun orang yang
datang pada kau dengan bergegas. (8)
Padahal dia
khawatir. (9)
Maka kau
meremehkan pada dia?. (10)
Ingat! Sungguh itu
peringatan!. (11)
Barangsiapa mau; maka ingat
padanya. (12)
Di dalam lembaran
diistimewakan. (13)
Diunggulkan, disucikan. (14)
Di tangan para utusan. (15)
Yang sama mulia, sama baik.
(16)
Manusia dilaknat! Apa yang
membuat dia kafir?. (17)
(Berasal) dari mana sesuatu
(Allah) mencipta dia?. (18)
Berasal dari sperma. (Allah) telah
mencipta dan menqadar dia. (19)
Lalu pada jalan (kelahiran),
(Allah) mempermudahkan pada dia. (20)
Lalu (Allah) mematikan dan
membuat terkubur pada dia. (21)
Lalu ketika (Allah) telah
menghendaki; maka membangkitkan pada dia. (22)
Ingat! Dia belum melaksanakan
yang diperintahkan pada dia. (23)
Hendaklah manusia mengamati
pada (asal) makanan dia. (24)
Sungguh Kami (yang) telah
menuangkan air dengan benar-benar menuangkan. (25)
Lau Kami (juga yang) membelah
bumi dengan benar-benar membelah. (26)
Lalu Kami menumbuhkan
biji-bijian di dalamnya. (27)
Anggur dan sayuran. (28)
Zaitun dan kurma. (29)
Kebun-kebun yang lebat. (30)
Buah-buahan dan rerumputan.
(31)
Sebagai bekal untuk kalian dan
binatang ternak kalian. (32)
Ketika pekikan telah datang.
(33) [5]
Di hari itu orang lari dari
saudaranya. (34)
(Dari) ibu dan ayahnya. (35)
(Dari) istri dan anaknya. (36)
Di hari itu, ada kelakuan yang
mengalahkan pada tiap orang dari mereka. (37)
Di hari itu wajah-wajah,
cerah. (38)
Tertawa bebahagia. (39)
Di hari itu ada debu di atas
wajah-wajah. (40)
Kotor menutup wajah-wajah
tersebut. (41)
Mereka kaum kafir yang
durhaka. (42)
Dalam surat ini juga
terkandung ajaran:
1.
Jangan hanya
mementingkan orang besar.
2.
Jangan
meremehkan orang kecil.
3.
Ramahlah pada
orang yang di depan kita.
4.
Orang-orang
yang mempertahankan kekafiran, di hari kiamat akan lari dari saudara; ibu;
bapak; istri; dan anak mereka.
5.
Di hari
kiamat, wajah orang-orang kafir ‘hitam’.
6.
Di hari
kiamat, wajah orang-orang iman ‘berseri-seri’.
[1] Nama
panjang Ibnu Ummi Maktum yang artinya ‘Putra Ummi Maktum’; Abdullah bin
Syuraich bin Malik bin Rabiah Al-Fihri (عبد الله بن شريح ابن مالك بن ربيعة الفهري). Ibnu Ummi Maktum sebetulnya cucu ‘Ummi Maktum’ dari jalur
ayah.
[2] Maksud lafal ‘dia’ adalah Nabi Muhammad SAW.
[3] Ibnu
Katsir menulis keterangan seperti berbeda, padahal sama. Hanya nama-nama orang
yang ditulis ‘yang dianggap’ penting: تفسير ابن
كثير (8/ 319)
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ-هُوَ ابْنُ
مَهْدِيٍّ-حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ
[عَنْ أَنَسٍ] فِي قَوْلِهِ: (عَبَسَ وَتَوَلَّى) جَاءَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُكَلِّمُ أُبَيَّ
بْنَ خَلَفٍ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: (عَبَسَ وَتَوَلَّى * أَنْ
جَاءَهُ الأعْمَى) فَكَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ
ذَلِكَ يُكْرِمُهُ قَالَ قَتَادَةُ: وَأَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ:
رَأَيْتُهُ يَوْمَ الْقَادِسِيَّةِ وَعَلَيْهِ دِرْعٌ ومعه راية سوداء يَعْنِي ابْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ-
Arti (selain
isnad)nya:
Dari Anas,
tentang FirmanNya, “(Dia bermuka masam dan berpaling).” Ibnu Ummi Maktum datang
pada nabi SAW yang saat itu sedang berdialog dengan Ubai bin Khalaf. Nabi SAW
berpaling dari Ibnu Ummi Maktum. Allah menurunkan untaian Firman, “Dia
berpaling dan bermuka masam. Lantaran orang buta
datang pada dia.” Konon setelah itu nabi SAW memuliakan pada Ibnu Ummi Maktum.
Anas bin Malik memberi kabar pada saya; “Saya pernah melihat melihat dia di
Hari Perang Qadisiyah. Dia berbaju perang membawa panji hitam.” Yakni Ibnu Ummi
Maktum.
[4] Bersuci, maksudnya ‘masuk Islam’ agar suci dari dosa.
[5] Maksud lafal ‘pekikan’ adalah kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar