Giat Amalkan Akhlaq Mulia
Watilkal-ayyamu Nudawiluhaa bainannaas (وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ [آل عمران/140]). Artinya: Dan itu hari-hari, Kami putarkan di antara manusia. Maksudnya hari, bulan dan tahun, bergulir terus mengikuti kehendak yang Maha Kuasa, hingga titik waktu yang disebut Kiamat.
Sekitar
tahun 12 Hijriah, bangsa terkuat sejagad, bangsa Romawi Timur yang
rajanya bernama Kaisar Hiraqla atau Hiraklius atau Hirekles. Karena musuh
besarnya yaitu bangsa Persia yang rajanya bernama Abarwiz bin Hurmuz bin Anusyurwan
(أَبَرْوِيز
بْن هُرْمُز بْن أَنُوشُرْوَان), telah dikalahkan dalam perang akbar selama sekitar 8 sampai 9
tahun.
Tetapi sekitar
4 atau 5 tahun, setelah berpesta-pora merayakan kemenangan akbar
tersebut, bangsa Romawi terkejut oleh datangnya pasukan Arab di bawah pimpinan Khalid bin
Al-Walid yang mengamuk, karena ajakan mereka untuk menyembah Allah yang Maha
Esa ditolak, bahkan dilawan. Dalam waktu singkat negeri Arakah wilayah bagian
Romawi Timur tersebut direbut oleh pasukan Khalid.
Pasukan Khalid
mengajak penduduk lima kota-besar tetangga Arakah, agar menyembah Allah yang
Maha Esa. Karena ajakannya ditolak bahkan dilawan, Khalid dan pasukanya
mengamuk lagi hingga lima kota-besar itu dipenuhi mayat yang tewas, dan
kotanya direbut. Pejabat-pejabat kerajaan enam kota besar tersebut lebih
daripada tercengang. Dengan sedih mereka memohon melalui surat, agar Raja
Hiraqla mengirim pasukan dari kerajaan yang terlatih di dalam perang.
Perang gila-gilaan
digelar lagi di dekat kota Damaskus (Dimasyqa). Hiraqla mengirim pasukan
kerajaan berjumlah 5.000 orang, dengan berkuda. Raja bawahan Hiraqla untuk
Damaskus juga turun-tangan mengerahkan pasukannya, membantu pasukan kerajaan. Peperangan
yang tidak seimbang berkecamuk lagi dengan sengit dan menggila. Panglima kerajaan
bernama Bathriq Kalus diringkus oleh Khalid, setelah dikalahkan dalam perang
tanding dengan garang. Azazir raja bawahan Hiraqla untuk Damaskus lari
ketakutan, setelah melihat ketangkasan Khalid di dalam main pedang.
Jika kisah
ini dilanjutkan untuk menulis kejadian yang berlangsung selama 30 tahun, maka
kita akan tahu bahwa akhirnya wilayah kerajaan Romawi Timur yang sangat luas, wilayah
kerajaan Persia, dan wilayah kerajaan Turki, dikuasai sepenuhnya oleh kaum
Arab. Singkat cerita bahwa Kalimat Allah melambung Maha Tinggi, dan Panji Islam
berkibar di langit kejayaan.
Karena saat itu
Sekularisasi dan Capitalism belum dikibarkan, maka orang menjadi dokter yang
dulu bernama Thabib, tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Ingin menjadi
insinyur bangunan, juga tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Hanya dulu, namanya belum Insinyur. Tetapi kehandalan ilmu orang zaman dahulu tidak kalah
dengan orang zaman sekarang. Karena sudah menjadi rumusan abadi bahwa: “Innamal-ilmu
bittaallum (إِنَّمَا الْعِلْم بِالتَّعَلُّمِ). Artinya: Sungguh ilmu bisa didapatkan karena belajar. Kalau seorang
sudah mendapatkan suatu ilmu, maka ilmu itu akan matang dan berkembang jika dia
mau belajar terus.
Kita sebagai
kaum Muslimiin dilahirkan ke dunia, bukan untuk mengikuti arus zaman atau arus
kodar.[1]
Tetapi diperintah agar menjadi kaum yang berakhlaq mulia dan giat melakukan
amalan-amalan yang bisa mendekatkan diri pada Allah, keluarga, dan manusia. Tetapi
harus mengikuti petunjuk Allah dan Rasulullah SAW. Di dalam Al-Quran, Allah
berkali-kali memaparkan Petunjuk Ajaib atau Indah. Intinya agar kita
cerdas dan teliti. Karena sepandai apapun manusia, masih bisa dijebak atau
ditipu oleh syaitan dan pasukanya.
[1] Arus kodar
harus dilawan dengan cara berusaha pada yang lebih baik dan bermanfaat. Jika tidak
mampu melakukannya karena sesuatu, berarti kodar tersebut, “Kehendak yang Maha
Kuasa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar