(Bagian ke-180 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Khalid memegang panji dan memacu kuda secepat-cepatnya ke arah Maisarah yang sedang ditangkap oleh seorang bathriq. Gema takbir pasukan Muslimiin meledak membuat pasukan Romawi bergetar ketakutan.
Tangan bathriq yang memegangi tangan Maisarah tiba-tiba lemas, karena terkejut dan takut. Bathriq ingin mengangkat Maisarah dari kudanya, namun tak mampu, karena tubuh Maisarah diikat dengan beberapa tali, pada pelana dan kudanya. Bathriq menarik Maisarah sekuat tenaga, namun tak mampu.
Tangan bathriq yang memegangi tangan Maisarah tiba-tiba lemas, karena terkejut dan takut. Bathriq ingin mengangkat Maisarah dari kudanya, namun tak mampu, karena tubuh Maisarah diikat dengan beberapa tali, pada pelana dan kudanya. Bathriq menarik Maisarah sekuat tenaga, namun tak mampu.
Khalid mendekat dengan menebaskan pedang sekuat tenaga, untuk memotong tangan kanan. Tetapi bathriq bergerak menyamping sehingga tangan kirinya tertebas pedang dan putus. Maisarah melepaskan diri dari bathriq.
Bathriq melarikan kudanya menuju pasukan Romawi, dengan mengaduh kesakitan. Sejumlah opsir Romawi berlari cepat untuk menolong dan mengobati tangan bathriq yang putus.
Khalid dan Maisarah bersalaman lalu bebicara mengenai 'serangan pasukan Romawi' yang ganas. Pembicaraan berlanjut hingga mengenai 'Abdullah bin Chudzafah Assahmi ditangkap' untuk dihadapkan pada Hiraqla.
Khalid terkejut dan bersedih, ketika mendengar khabar bahwa Abdullah ditangkap dan dihadapkan pada Hiraqla. Dan bersumpah, “Demi Allah, in syaa Allah saya akan memerangi mereka hingga kapanpun, hingga mereka melepaskan Abdullah.”
Kedatangan Khalid dan 3.000 pasukan Muslimiin membuat tenang pada Maisarah dan pasukannya.
Pasukan Romawi sangat ketakutan pada Khalid yang datang bersama 3.000 pasukan berkuda. Saat itu nama Khalid di negeri Romawi sangat terkenal. Bahkan saking terkenalnya, Addhachak yang wajah dan gayanya mirip Khalid, pernah menjadi tontonan lautan pasukan dan rakyat Romawi, di negeri Anthakiyah. Saat itu Addhachak berperang melawan pengawal Raja Hiraqla, lalu ada yang berteriak, “Kurang ajar! Dialah Khalid yang telah megobrak-abrik tentara kita! Mampuslah kau! Ayo lawanlah jagoan kami yang ini!.”
Ucapan itu membuat orang-orang berlarian ingin memandang Khalid dari jarak dekat. Semakin lama semakin banyak yang menonton, hingga mereka seperti lautan insan. Bahkan tenda utama yang tinggi besar, roboh karena terlalu banyak penonton yang memanjat atap dan tiang-tiangnya. Anehnya banyak yang tak peduli terhadap orang-orang yang tewas tertimpa reruntuhan tenda utama itu, karena terlalu asyik menonton dan berharap orang yang disangka Khalid itu 'tewas' oleh serangan pahlawan mereka.
Pasukan Romawi sangat ketakutan pada Khalid yang datang bersama 3.000 pasukan berkuda. Saat itu nama Khalid di negeri Romawi sangat terkenal. Bahkan saking terkenalnya, Addhachak yang wajah dan gayanya mirip Khalid, pernah menjadi tontonan lautan pasukan dan rakyat Romawi, di negeri Anthakiyah. Saat itu Addhachak berperang melawan pengawal Raja Hiraqla, lalu ada yang berteriak, “Kurang ajar! Dialah Khalid yang telah megobrak-abrik tentara kita! Mampuslah kau! Ayo lawanlah jagoan kami yang ini!.”
Ucapan itu membuat orang-orang berlarian ingin memandang Khalid dari jarak dekat. Semakin lama semakin banyak yang menonton, hingga mereka seperti lautan insan. Bahkan tenda utama yang tinggi besar, roboh karena terlalu banyak penonton yang memanjat atap dan tiang-tiangnya. Anehnya banyak yang tak peduli terhadap orang-orang yang tewas tertimpa reruntuhan tenda utama itu, karena terlalu asyik menonton dan berharap orang yang disangka Khalid itu 'tewas' oleh serangan pahlawan mereka.
Pasukan Muslimiin istirahat dari perang hingga pagi. Di pagi yang indah itu, seorang lelaki tua berpakaian warna hitam sangat sederhana, muncul dari celah pasukan Romawi, menghadap pada Khalid RA. Dengan tubuh bergetar dia bergerak untuk sujud, tetapi Khalid melarang, “Jangan bersujud padaku! Apa ujuanmu datang kemari?.”
Lelaki itu menjawab, “Panglima perang kami mengajukan permohonan damai pada kalian, dan sanggup mengembalikan orang kalian yang ditawan. Beliau juga berjanji akan memberi yang kalian minta.”
Jawaban Khalid RA mengejutkan lelaki yang menghadap: “Kami takkan pulang kecuali peperangan telah berakhir! Kalau kalian tidak mau melepaskan orang kami yang kalian tawan, kalian akan kami perangi agar melepaskan dia!.”
Dengan bergetar lelaki itu bertanya, “Apakah yang mulia pimpinan mereka ini?.”
Khalid menjawab, “Betul!.”
Dengan bergetar, lelaki itu bertanya, “Maukah yang mulia mengundurkan peperangan ini selama sehari-semalam? Agar kami bisa mempersiapkan semuanya? Dan agar Bathriq yang mulia sembuh dari sakitnya? Kami akan berperang setelah itu.”
Khalid menjawab, “Silahkan!.”
Dengan bergetar lelaki itu bertanya, “Apakah yang mulia pimpinan mereka ini?.”
Khalid menjawab, “Betul!.”
Dengan bergetar, lelaki itu bertanya, “Maukah yang mulia mengundurkan peperangan ini selama sehari-semalam? Agar kami bisa mempersiapkan semuanya? Dan agar Bathriq yang mulia sembuh dari sakitnya? Kami akan berperang setelah itu.”
Khalid menjawab, “Silahkan!.”
Lelaki itu kembali menghadap panglima perangnya. Pada seluruh pasukannya, sang panglima berkata, “Mereka telah menyetujui usulan kita bahwa 'peperangan sudah berakhir'. Mari kita pulang!.”
Pasukan Romawi menyalakan obor-obor dan berkemas untuk pulang. Arak-arakan panjang itu berduyun-duyun pulang dengan mematikan obor, agar tidak kelihatan.
Di pagi yang menegangkan itu, arak-arakan pasukan Muslimiin telah bergerak mendekati perkemahan pasukan Romawi. Tetapi mereka terkejut karena tenda-tenda dan penghuninya yang dicari telah tiada, tinggal barang-barang yang tidak bisa dibawa dan sampah berjumlah banyak sekali. Puluhan ribu pasukan Romawi telah kabur semalam.
Khalid marah karena rencana akan menyalamatkan Abdullah menemui jalan buntu, dan merasa tertipu. Dia telah menggerakkan tali kendali agar kudanya berlari, tetapi Maisarah berteriak, “Jangan dikejar! Medannya terlalu sulit! Kita kembali saja.”
Barang-barang bermanfaat yang ditinggalkan oleh pasukan Romawi menjadi jarahan. Arak-arakan panjang pasukan Muslimiin memacu kuda untuk pulang ke Chalab (Aleppo). Derap kaki kuda mereka membahana membuat ayam-ayam berlarian sambil berkokok dan berkotek. Dan orang-orang yang melihat, sama terpukau dan ketakutan.
Khalid dan teman-teman di pertengahan arak-arakan pasukan, pulang dengan perasaan susah. Karena memikirkan nasib Abdullah bin Chudzafah yang ditawan.
Khalid dan teman-teman di pertengahan arak-arakan pasukan, pulang dengan perasaan susah. Karena memikirkan nasib Abdullah bin Chudzafah yang ditawan.
Abu Ubaidah dan pasukan Muslimiin di Chalab menyambut kedangan Khalid, Maisarah, dan pasukan Muslimiin, 'dengan sangat bahagia'. Maisarah dikerumuni oleh orang banyak untuk ditanya, mengenai kejadian di dalam Perang Qabail. Ketika Maisarah berkisah tentang Abdullah bin Chudzafah ditawan oleh lawan, Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin sedih sekali.
Abu Ubaidah berdoa, “Ya Allah, buatkanlah dia jalan keluar dari kesulitannya agar bisa lolos.”
Abu Ubaidah menulis surat untuk Umar RA, memberitakan bahwa pasukannya telah melaksanakan perintah Umar, agar ke Addurub (Gunung-Gunung). Perjalanan dilanjutkan ke Qabail hingga terjadi peperangan dan menang. Sayang, Abdullah ditawan oleh lawan.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar