(Bagian ke-163 dari seri tulisan Khalid binWalid)
Di kota Chazim, kaum Muslimiin telah merebut beberapa kastil,
termasuk di antaranya kastil Rawandat (الراوندات).
Di tempat lain, perjalanan Abu Ubaidah dan pasukannya menuju
Anthakiyah, hampir sampai Jisrul-Chadid (جسر الحديد) yang artinya jembatan besi.
Ketika berita Kedatangan Pasukan Abu Ubaidah sampai,
Hiraqla gusar dan hatinya berdebar-debar. Dia perintah agar para bathriq mempersiapkan
peperangan. Dan menyuruh agar pagar-pagar penghalang musuh,
dipasang.
Sejumlah Petinggi Militer telah menaiki kuda, mengatur segala persiapan.
Raja Hiraqla membuka gudang, untuk membagi-bagi senjata pada
pasukannya. Lalu berkata pada Yuqana, “Hai orang pilihan, kau saya perintah
memimpin seluruh pasukan saya!.”
Hiraqla menyerahkan Salib keramat dari biara Al-Qisan (القيسان), yang tak pernah dikeluarkan kecuali pada hari-hari besar.
Salib diserahkan pada Yuqana, “Hai sang Panglima! Letakkan Salib keramat ini di
depanmu! Agar menolong kau! Dia akan menolong kau!.”
Yuqana menerima Salib lalu menyerahkan pada putranya, agar
dinaungkan di depannya.
Raja Hiraqla berjalan menuju biara Qisan, diiringi sejumlah Raja
bawahan, dan pasukan pengawalnya. Di dalam biara itu, Hiraqla melakukan shalat,
agar diberi pertolongan besar.
Setelah mereka sama shalat, Hiraqla duduk dan perintah agar 200
Muslimiin sahabat Rasulillah SAW yang ditawan, didatangkan untuk dibunuh, sebagai
kurban.
Yuqana mencium tangan Hiraqla dan berkata, “Pembesar negeri
Romawi yang mulia, Allah memberi wilayah dan rakyat pada yang mulia, karena
tahu bahwa yang mulia berwawasan luas. Orang bijak bernama Disqur pernah
berkata ‘akal adalah Tangga Istimewa, sedangkan yang berakal, orang mulia.
Akal yang membuat manusia mulia dan yang menerangi Ciptaan-Nya’. Ketahuilah
bahwa Kaum Arab berjumlah banyak, telah datang kemari. Mereka telah sampai Jisrul-Chadid,
sehingga kita harus mempersiapkan perlawanan. Kita tidak tahu, siapakah yang
akan menang. Kalau para tawanan ini dibunuh semua, lalu dalam peperangan nanti
kita ada yang ditawan, pasti juga akan dibalas dibunuh. Yang benar, para tawanan
ini kita biarkan hidup, hingga peperangan berjalan. Jika pasukan kita nantinya
ada yang ditawan, mereka ini kita gunakan sebagai tebusan.”
Seorang pejabat tinggi membenarkan Yuqana, “Yang mulia, dia
benar.”
Pada Hiraqla, seorang bathriq berkata, “Yang mulia, sebaiknya
mereka didatangkan pada Gereja terindah ini. Para wanita kita disuruh bersolek
dan mengenakan parfum agar menawan, dan agar datang kemari. Agar para tawanan
itu terpesona. Agar para mau memasuki agama kita. Agar kaum Arab lainnya
terhina.”
Para tawanan Muslimiin dihadirkan di Gereja agung, disambut oleh
Ulama Nashrani dengan pembacaan Injil.
Kaum cantik berdatangan, membuat suasana menjadi indah.
Tawanan Muslimiin memekikkan tahlil dan takbir, dan berkata,
“Orang-orang yang membantah kebenaran telah bohong! Dan tersesat jauh
dan nyata. Allah belum pernah berputra, dan satu-satunya Tuhan yang harus
disembah.”
Di antara tawanan, ada yang bernama Rifaah bin Zuhair (رفاعة بن زهير), yang sangat Alim, dan telah membaca kitab-kitab kuno. Tokoh
dari Chimyar ini juga ahli membuat syair. Ketika melihat Gereja besar itu
dipenuhi oleh kaum Kafir yang mengagung-agungkan Salib, dan bersujud pada
patung, dia bertkbir, “Allahu akbar! Allahu akbar! Laaa Ilaaha illaa
Allah! Kaum yang menyimpang jauh dari Allah ini bohong! Mereka
teman-teman Syaitan! Tuhan yang wajib disembah hanya yang Maha Esa yang Rohman,
yang tak berayah. Yang Maha Segala-galanya, dan tidak diputrakan oleh siapapun.
Yang membentuk semua Makhluq-Nya. Yang mencipta semua yang ada, dan merumat
beberapa langit dan bumi. Belum pernah mengalami tidak ada, yang takkan tua dan
wafat, yang tak berteman dan tak membutuhkan wakil. Yang tak membutuhkan
pertimbangan orang lain. Tidak ada yang menyamai Dia, Maha mendengar Maha
melihat.”
Ketika Rifaah mengucapkan perkataannya, Gereja bergetar keras.
Para Ulama Nashrani sama heran dan mendekat.
Para Pengawal Hiraqla membentak mereka, “Jangan berbicara pada
dia! Tinggalkan dia!.”
Mereka meninggalkan Rifaah.
Pada Rifaah, Hiraqla bertanya, “Siapa namamu?.”
Dia menjawab, “Buat apa kau bertanya nama saya? Padahal saya
bukan bangsamu? Paling kau hanya akan menghina.”
Seorang bathriq memihak Hiraqla, “Benar yang mulia! Dia bukan
dari bangsa kita. Dia bodoh tidak berilmu, buat apa ditanya? Dia orang kampung
yang gersang, dan teman-temannya orang jembel. Di negeri kita kaya ilmu hikmah
(filsafat). Kita memiliki ilmuan-ilmuan hikmah (filsafat) masyhur berasal dari
Yunani. Yang diwariskan pada kita oleh kakek-kakek kita, dengan bahasa Suryani
(السرياني). Kalau kaum Arab,
dari mana mendapatkan ilmu? Semua keutamaan berasal dari Ulama kita, semua
keadilan berasal dari raja-raja kita:
1.
Ptolemeos.
2.
Raja Moriv (Muriq/موريق).
3.
Armuil (أرمويل).
4.
Jirjis (الجِرْجِسُ).
5.
Asitos (اسطوس).
6.
Asitanis (اسطانيس).
7.
Raja Sargors (سارغورس) pembangun negeri
Anthakiyah.
8.
Nabi Raja Arisa pembangun negeri Arraha (الرها).
9.
Paranormal terkenal bernama Asthabus (اسطبس), yang memberitahu pada raja, bahwa ada bayi yang bisa
berbicara dengan Tuhannya. Dan mampu membunuh raja bernama Plato (Aflaton/أفلاطون).
10.
Orang bijak bernama Filasthin.
11.
Raja besar bernama Mantahu (منتهو).
12.
Pembangun negeri Romawi, juga orangkita.
13.
Manastalius penyusun buku besar pertama kali
juga orang kita. Dia pertama kali menjelaskan luasnya bumi, gunung-gunungnya,
bangunan-bangunannya, dan yang melindungi bumi. Yang menjelaskan kaum di
tiap-tiap tempat secara rinci. Yang menjelaskan kandungan bumi berupa emas,
perak, intan di beberapa tempat. Yang menjelaskan sungai-sungai di bumi dan
nama-namanya.
14.
Ilmuan besar bernama Eyudurs (ايودروس) yang berkata ‘semoga Allah tak mengumpulkan saya
bersama Kaum' yang akan dibentak di hari kiamat.
‘Pergilah bersama Iblis ke neraka! Bukankah kau orang miskin? Tidak
berminat membaca kitab saya yang bersih dari kotoran duniawi? Agar rohani dan
nurani bisa meniti derajat tinggi? Pelajarilah hikmah (filsafat) sebagai tangga
menuju Alim Rohani. Barang siapa meninggalkan, maka takkan mampu mendekat
pada Tuhan yang telah mencipta dia.”
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar