Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/11/24

KW 151: Dakwah ke Negeri Izaz




 (Bagian ke-151 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Yuqana menangis dan berkata, “Saya mempersaksikan pada kaum Muslimiin bahwa:
Jihad saya dan pembunuhan saya atas kaum Musyrik, pahalanya saya niati untuk adik saya bernama Yuchana. Saya akan ikut berperang fi Sabilillah dan akan menghapus dosa yang telah saya lakukan.” 
Pada Yuqana, Abu Ubaidah berkata, “Tunjukkan kami, melalui jalan mana? Yang nyaman, menuju Izaz.”
Yuqana menjawab, “Yang mulia, benteng tinggi bernama Izaz di sana itu sangat kokoh, dijaga oleh pasukan berjumlah banyak. Bahan makan yang dipersiapkan di dalamnya banyak sekali. Rajanya anak paman saya bernama Daris bin Jufanasy yang sangat pandai berperang. Jika kau menyerang negeri itu, dan mengabaikan negeri Anthaqiyah, Chalab (Aleppo) dan Qinasrin, itu akan baik.” 
Abu Ubaidah berkata, “Hai Hamba Allah, Allah telah membuat lidahmu berbicara benar. Mengenai siasat ini bagaimana sebaiknya?.” 
Yuqana menjawab, “Saya minta kau menyerahkan 100 pasukan berkuda berbusana Romawi pada saya. Mereka akan saya bawa ke sana. Perintahlah komandan yang membawahi 1.000 pasukan berkuda! Agar mengikuti saya dari jarak satu farsakh (فَرْسَخُ).[1] Pasukan saya nanti berpurak-purak kabur dari kejaran 1.000 pasukan berkuda itu. Jika telah sampai benteng Izaz, kami akan berteriak minta tolong. Kalau Raja Daris sahabat saya telah muncul, pasti akan segera turun untuk menjumpai kami. Saat itulah saya akan berkata bahwa saya masuk Islam hanya bohong, lalu lari untuk minta bantuan. Ini sebagai siasat biar kami diajak masuk ke dalam bentengnya. Pasukan berkuda berjumlah 1.000 yang saya maksud, hendaklah berada di pedesaan dekat benteng itu. Kami akan mempersiapkan serbuan atas mereka di dalam, pada pertengahan malam. Saya minta 1.000 pasukan berkuda itu datang untuk membantu kami pada waktu fajar menyingsing.” 

Abu Ubaidah mendengarkan penuturan Yuqana dengan berbahagia. 
Abu Ubaidah mengajak Khalid dan Muadz untuk bermusyawarah menentukan siasat. 
Mereka berdua menjawab, “Ya Kepercayaan Umat, ini siasat yang jitu, jika dia tidak berkhianat dan murtad.” 
Abu Ubaidah membaca Firman, “Inna Rabbaka labilmirshaad,” yang artinya: Sungguh Tuhanmu (Muhammad) niscaya di tempat pengawasan.[2] 
Yuqana berkata, “Demi Allah saya telah memasuki agama kalian dan meninggalkan agama yang menyembah Patung dan Salib. Yang bersarang di dalam hati saya adalah: 
1.     Cinta Rohman dan Muhammad tuan besar keluarga besar Adnan. 
2.     Inging berjihad memperjuangkan agama paling utama. Kepada Allah lah saya menyerahkan yang saya katakan, agar dijadikan kenyataan. Demi Kebenaran Allah Tuhan yang Esa dan Muhammad SAW sebagai Hamba dan Rasul-Nya, yang telah saya lihat di dalam mimpi dengan jelas sekali. Jika kalian menyangka saya akan berkhianat, silahkan ucapan saya kalian abaikan.” 
Abu Ubaidah berkata, “Ya Hamba Allah, jika kau berniat baik untuk kaum Muslimiin dan tidak berkhianat, Allah akan menolongmu dalam segala usahamu. Ikutilah kebenaran! Kau akan selamat. Agama kami dibangun atas dasar kebenaran. Ikutilah jalan saudaramu yang sama iman! Ketahuilah bahwa orang iman yang jujur, sangat kuat. Jangan susah karena terenggutnya kerajaan dan kekuasaanmu! Karena semua itu fana (tidak kekal). Sedangkan surga yang kau cari, baik dan baka (kekal). Berbahagialah karena kau telah lepas dari syirik! Dunia penjara orang iman ; surga orang kafir. Orang iman yakin bahwa kubur akan ditempati sewaktu-waktu. Tempat duduk orang iman adalah 'ketika sendirian', untuk berbisik-bisik pada Tuhan. Semua yang ada adalah ibarat yang harus diperhatikan. Bahan pembicaraan dia adalah Al-Qur’an. Tempat berteduhnya adalah Tuhannya. Kebiasaannya adalah berdzikir. Zuhud adalah sahabat karibnya. Susah adalah hal yang biasa. Perwira adalah busananya. Lapar adalah lauk-pauknya. Hikmah (kebenaran) adalah ucapannya. Tanah adalah tempat tidurnya. Taqwa adalah bekal hidupnya. Diam adalah kesukaannya. Sabar adalah tongkatnya. Bertawakkal adalah senjata pamungkasnya. Akal penunjuk jalan hidupnya. Ibadah pekerjaannya. Surga perumahannya. Ketahuilah ya Yuqana, bahwa Al-Masih AS dulu pernah bersabda:
Saya heran pada orang yang melupakan waktu malam, padahal ingatan dia masih waras. Dunia dicari dengan gigih oleh mereka yang dikejar oleh kematian. Banyak orang membangun rumah mewah, padahal mereka akan dikubur’.
Nabi kami SAW juga bersabda ‘barang siapa melakukan empat, maka mendapatkan empat’, ini dijelaskan di dalam Kitab Allah:
1.     Barang siapa menyebut Nama Allah, maka Allah menyebut dia. Allah berfirman fadzkuruunii adzkurkum, yang artinya maka menyebutlah padaku! Aku akan menyebut kalian.[3]
2.     Barang siapa berdoa, Allah mengabulkan. Allah berfirman ud’uunii astajib lakum, artinya berdoalah! Aku akan mengabukan pada kalian.[4]
3.     Barang siapa bersyukur, diberi tambahan. Allah berfirman la’in syakartum la aziidannakum, artinya niscaya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambahi sungguh pada kalian.[5]

4.     Barang siapa istighfar maka diampuni. Allah berfirman istaghfiruu Rabbakum innaHuu kaana Ghaffaara, yang artinya istighfarlah pada Tuhan kalian! Sungguh Dia sejak dulu Maha mengampuni.”[6]

Bersambung.


[1] Dalam kamus dijelaskan: القاموس المحيط - (ج 1 / ص 251)
فَرْسَخُ الطَّريق: ثلاثةُ أميالٍ هاشِمِيَّة، أو اثنا عشَرَ ألف ذِرَاعٍ، أو عَشَرَةُ آلافٍ. Artinya: Merujuk keluarga besar Hasyim, Farsakh jarak tempuh ialah tiga mil, atau 12.000 lengan, atau 10.000 lengan.
[2] إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ [الفجر/14].
[3] فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ [البقرة/152].
[4] ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ  [غافر/60].
[5] لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  [إبراهيم/7].
[6] اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا  [نوح/10].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar