(Bagian ke-151 dari
seri tulisan Khalid bin Walid)
Yuqana
menangis dan berkata, “Saya mempersaksikan pada kaum Muslimiin bahwa:
‘Jihad saya dan pembunuhan saya atas kaum Musyrik, pahalanya saya
niati untuk adik saya bernama Yuchana. Saya
akan ikut berperang fi
Sabilillah dan akan menghapus
dosa yang telah saya lakukan’.”
Yuqana
menjawab, “Yang mulia, benteng tinggi bernama Izaz di sana itu sangat kokoh,
dijaga oleh pasukan berjumlah banyak. Bahan
makan yang dipersiapkan di dalamnya banyak sekali. Rajanya
anak paman saya bernama Daris bin Jufanasy yang sangat pandai berperang. Jika
kau menyerang negeri itu, dan mengabaikan negeri Anthaqiyah, Chalab (Aleppo) dan Qinasrin, itu akan baik.”
Abu
Ubaidah berkata, “Hai Hamba Allah, Allah telah membuat lidahmu berbicara benar.
Mengenai siasat ini bagaimana sebaiknya?.”
Yuqana
menjawab, “Saya minta kau menyerahkan 100 pasukan berkuda berbusana Romawi pada
saya. Mereka akan saya bawa ke sana. Perintahlah komandan yang membawahi 1.000
pasukan berkuda! Agar mengikuti saya dari jarak satu farsakh (فَرْسَخُ).[1] Pasukan saya nanti berpurak-purak
kabur dari kejaran 1.000 pasukan berkuda itu. Jika telah sampai benteng Izaz,
kami akan berteriak minta tolong. Kalau Raja Daris sahabat saya telah muncul,
pasti akan segera turun untuk menjumpai kami. Saat itulah saya akan berkata
bahwa saya masuk Islam hanya
bohong, lalu lari untuk minta bantuan. Ini sebagai siasat biar kami diajak
masuk ke dalam bentengnya. Pasukan berkuda berjumlah 1.000 yang saya maksud,
hendaklah berada di pedesaan dekat benteng itu. Kami akan mempersiapkan serbuan
atas mereka di dalam, pada pertengahan malam. Saya minta 1.000 pasukan berkuda
itu datang untuk membantu kami pada waktu fajar menyingsing.”
Abu
Ubaidah mendengarkan penuturan Yuqana dengan berbahagia.
Abu
Ubaidah mengajak Khalid dan Muadz untuk bermusyawarah menentukan siasat.
Mereka
berdua menjawab, “Ya Kepercayaan Umat, ini siasat yang jitu, jika dia tidak
berkhianat dan murtad.”
Abu
Ubaidah membaca Firman, “Inna
Rabbaka labilmirshaad,” yang
artinya: Sungguh Tuhanmu (Muhammad) niscaya di tempat pengawasan.[2]
Yuqana
berkata, “Demi Allah saya telah memasuki agama kalian dan meninggalkan agama
yang menyembah Patung dan Salib. Yang bersarang di dalam hati saya
adalah:
1.
Cinta Rohman dan
Muhammad tuan besar keluarga besar Adnan.
2.
Inging berjihad
memperjuangkan agama paling utama. Kepada Allah lah saya menyerahkan yang saya
katakan, agar dijadikan kenyataan. Demi Kebenaran Allah Tuhan yang Esa
dan Muhammad SAW sebagai Hamba dan Rasul-Nya, yang telah saya lihat di dalam
mimpi dengan jelas sekali. Jika kalian menyangka saya akan berkhianat, silahkan
ucapan saya kalian abaikan.”
Abu
Ubaidah berkata, “Ya Hamba Allah, jika kau berniat baik untuk kaum Muslimiin
dan tidak berkhianat, Allah akan menolongmu dalam segala usahamu. Ikutilah
kebenaran! Kau akan selamat. Agama kami dibangun atas dasar kebenaran. Ikutilah
jalan saudaramu yang sama iman! Ketahuilah bahwa orang iman yang jujur, sangat
kuat. Jangan susah karena terenggutnya kerajaan dan kekuasaanmu! Karena semua
itu fana (tidak kekal). Sedangkan surga yang kau cari, baik dan baka (kekal).
Berbahagialah karena kau telah lepas dari syirik! Dunia penjara orang iman ;
surga orang kafir. Orang iman yakin bahwa kubur akan ditempati sewaktu-waktu.
Tempat duduk orang iman adalah 'ketika sendirian', untuk berbisik-bisik pada
Tuhan. Semua yang ada adalah ibarat yang harus diperhatikan. Bahan pembicaraan
dia adalah Al-Qur’an. Tempat berteduhnya adalah Tuhannya. Kebiasaannya adalah
berdzikir. Zuhud adalah sahabat karibnya. Susah adalah hal yang biasa. Perwira
adalah busananya. Lapar adalah lauk-pauknya. Hikmah (kebenaran) adalah
ucapannya. Tanah adalah tempat tidurnya. Taqwa adalah bekal hidupnya. Diam
adalah kesukaannya. Sabar adalah tongkatnya. Bertawakkal adalah senjata
pamungkasnya. Akal penunjuk jalan hidupnya. Ibadah pekerjaannya. Surga
perumahannya. Ketahuilah ya Yuqana, bahwa Al-Masih AS dulu pernah bersabda:
‘Saya heran pada orang yang melupakan waktu malam, padahal ingatan dia masih waras. Dunia dicari dengan gigih oleh
mereka yang dikejar oleh kematian. Banyak orang membangun rumah mewah, padahal
mereka akan dikubur’.
Nabi
kami SAW juga bersabda ‘barang siapa melakukan empat, maka mendapatkan empat’,
ini dijelaskan di dalam Kitab Allah:
1.
Barang siapa
menyebut Nama Allah, maka Allah menyebut dia. Allah berfirman fadzkuruunii adzkurkum, yang artinya maka menyebutlah padaku! Aku akan menyebut
kalian.[3]
2.
Barang siapa
berdoa, Allah mengabulkan.
Allah berfirman ud’uunii
astajib lakum, artinya
berdoalah! Aku akan mengabukan pada
kalian.[4]
3.
Barang siapa
bersyukur, diberi tambahan. Allah berfirman la’in
syakartum la aziidannakum, artinya niscaya jika kalian bersyukur, niscaya
Aku akan menambahi sungguh pada kalian.[5]
4.
Barang siapa
istighfar maka diampuni. Allah berfirman istaghfiruu
Rabbakum innaHuu kaana Ghaffaara, yang artinya ‘istighfarlah pada Tuhan kalian! Sungguh Dia sejak dulu Maha mengampuni’.”[6]
Bersambung.
Bersambung.
فَرْسَخُ الطَّريق: ثلاثةُ أميالٍ هاشِمِيَّة، أو اثنا عشَرَ ألف ذِرَاعٍ، أو عَشَرَةُ آلافٍ. Artinya: Merujuk keluarga besar Hasyim, Farsakh jarak tempuh ialah tiga mil, atau 12.000 lengan, atau 10.000 lengan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar