Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/11/16

KW 148: Dakwah ke Negeri Aleppo (Chalab/حلب)




 (Bagian ke-148 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Damis berkata, “Tanyalah dia! Kenapa terjun bebas dari atas benteng?.” 
Yang berkening bonyok menjawab, “Raja Yuqana murka pada penduduk Rabadh yang telah berdamai dengan kalian. Saya tergolong tokoh masyarakat yang dipaksa oleh raja, agar memasuki kerajaannya bersama sejumlah tokoh lainnya. Kami dipaksa menyerahkan harta kekayaan berjumlah sangat banyak. Ketika saudara kami sama disiksa, saya lari dan terjun dari atas. Ternyata di bawah, saya kau tangkap. Saya tergolong penduduk yang telah berdamai dengan kalian kaum Arab. Kalau kalian bukan kaum Arab silahkan menjelaskan apa tujuannya? Akan menarik pajak atau denda? Saya merasa beruntung bisa lolos dari siksaan di atas sana.” 
Damis memahami perkataan dia melaui lelaki Nashrani tawanan. 
Lelaki Nashrani diperintah, “Katakan padanya! 'Kami kaum Arab. Dia tidak perlu khawatir karena kami tidak akan menyerang dia’.” 
 
Setelah lelaki berkening bonyok tenang, di depan dia Damis membunuh para tawanan. 
Lelaki itu dilepas dari ikatannya. 
Damis mengeluarkan kulit kambing dari kantongnya, lalu menyelimutkan pada punggunya, sambil merangkak. Di malam yang gelap itu dia perintah pada pasukannya, “Dengan Nama Allah, mintalah pertolongan pada Allah! Bertawakkallah pada-Nya! Mari kita melaksanakan tugas! Semoga Allah menolong kita merebut kerajaan itu.” 
Pasukannya menjawab, “Ayo, semoga Allah memberi Barakah,” dan berdiri. 

Dua lelaki diperintah oleh Damis, agar meminta Abu Ubaidah mengerahkan pasukan ke kerajaan, ketika fajar menyingsing. Dua lelaki telah pergi untuk menghubungi Abu Ubaidah. 

Damis bersama pasukannya menembus gelap malam kelam dan dingin. 
Di malam sangat gelap itu, Damis bagai anjing, karena berjalan merangkak dan badannya tertutup kulit kambing. Jika ada orang mencurigakan; Damis berhenti bergaya seperti anjing sedang makan tulang. Pasukan Damis mengikuti di belakangnya dengan mengendap-endap pada bebatuan. 
Dari bawah benteng terdengar suara para penjaga dan kericuhan serius. Penjagaan bagain bawah sangat ketat. Damis dan pasukannya berkeliling dengan hati-hati, mencari tempat dekat benteng yang aman.
Para penjaga paling dekat benteng, telah tidur di belakang penghalang. 
Di dalam persembunyian, Damis berkata pada pasukannya, “Kalian tahu bahwa benteng ini tinggi sekali. Pantesan pasukan Muslimiin tidak mampu menerobos masuk, karena penjagaannya sangat ketat. Sebaiknya apa yang harus kita lakukan agar kita bisa memasuki benteng?.” 
Mereka menjawab, “Yang mulia telah mengangkat kau sebagai pemimpin kami. Dan kau memang lebih pemberani bahkan lebih ahli bersiasat. Apapun yang kau perintahkan, kami akan melakukan selama bertujuan demi baiknya Muslimiin. Kami takkan mundur meskipun harus mati oleh tebasan pedang. Kami lebih mementingkan Taat Allah, untuk kebaikan kaum Muslimiin.” 
Damis berdoa, “Semoga Allah membalas Perjuangan, memberi Kefadholan, dan memberi Kemenangan kita, untuk penaklukan lawan. Kalau tekat kalian telah bulat! Mari kita segera bergerak ke sana.” 
Damis berduapuluh-delapan, bergerak pelan-pelan menuju titik paling menguntungkan, sambil menunggu kaum Muslimiin lainnya yang telah dihubungi oleh dua orang, agar datang di waktu subuh.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar