Di atas bukit yang subur itu, Damis mengikat mulut untanya agar tidak bersuara. Lalu membuka kantong untuk mengeluarkan kain-kain yang akan dijadikan tipuan. Kayu-kayu yang telah didirikan dibalut kain dibuat seolah-olah lelaki bersurban. Orang-orangan berjumlah 40 di atas bukit itu telah diberi sarung dan kain penutup berwarna merah.
Damis turun dari bukit menuju perkampungan yang akan diserang. Sebelumnya dia telah berkeliling kampung untuk melihat keadaan.
Ketika malam akan berakhir, dia berjalan menyusuri pantai, lalu mendekati penduduk untuk berteriak, “Bersiaplah untuk mati! Akulah Abul-Haul! Pagi ini kalian harus mati! Kalian akan diserang dari darat dan laut!.” Lalu berteriak ke arah lain, “Hai kaumku balaslah dendam orang kalian! Hai kaum Tharif! Hai kaum Kindah!.”
Ketika malam akan berakhir, dia berjalan menyusuri pantai, lalu mendekati penduduk untuk berteriak, “Bersiaplah untuk mati! Akulah Abul-Haul! Pagi ini kalian harus mati! Kalian akan diserang dari darat dan laut!.” Lalu berteriak ke arah lain, “Hai kaumku balaslah dendam orang kalian! Hai kaum Tharif! Hai kaum Kindah!.”
Penduduk sama ketakutan dan kebingungan. Perempuan-perempun berteriak-teriak histeris. Beberapa orang berlari ke pantai; beberapa yang lain lari ke bukit. Setelah beberapa orang tahu bahwa Damis hanya sendirian, mereka mendekat untuk menyerang Damis.
Damis berlari sambil melawan dan membunuh mereka satu demi satu. Beberapa orang berlari keatas untuk menghalang-halangi, namun Damis menerjang dan menyerang lalu berlari mendekati boneka-bonekanya.
Dia berkata pada boneka-bonekanya, “Hai penduduk Kindah dan Tharif, awasilah mereka! Sayalah yang akan menyerbu mereka. Tugas kalian menyerbu jika mereka curang!.”
Di pagi buta itu, musuh-musuh Damis terkejut saat menyaksikan boneka-boneka yang dikira orang-orang bersurban. Mereka surut ke belakang untuk pulang ke kampung halaman. Mereka makin terkejut oleh bentakan Damis, “Hai jangan pergi! Yang akan menghadapi kalian hanya saya sendirian!.”
Mereka berlari cepat dengan ketakutan. Ada yang meboncengkan istrinya, ada yang memboncengkan anak-anaknya, ada yang memboncengkan budak perempuannya, ada yang membawa hartanya.
Damis berlari sambil melawan dan membunuh mereka satu demi satu. Beberapa orang berlari keatas untuk menghalang-halangi, namun Damis menerjang dan menyerang lalu berlari mendekati boneka-bonekanya.
Dia berkata pada boneka-bonekanya, “Hai penduduk Kindah dan Tharif, awasilah mereka! Sayalah yang akan menyerbu mereka. Tugas kalian menyerbu jika mereka curang!.”
Di pagi buta itu, musuh-musuh Damis terkejut saat menyaksikan boneka-boneka yang dikira orang-orang bersurban. Mereka surut ke belakang untuk pulang ke kampung halaman. Mereka makin terkejut oleh bentakan Damis, “Hai jangan pergi! Yang akan menghadapi kalian hanya saya sendirian!.”
Mereka berlari cepat dengan ketakutan. Ada yang meboncengkan istrinya, ada yang memboncengkan anak-anaknya, ada yang memboncengkan budak perempuannya, ada yang membawa hartanya.
Damis memasuki kampung musuh, ternyata yang ada di sana hanya para budak, anak-anak, para lelaki dan perempuan tua. Damis perintah agar mereka mengumpulkan harta kekayaan untuk dinaikkan unta. Damis membawa pulang unta yang penuh muatan itu ke kampungnya. Kaumnya takjub dengan keberanian dan kecerdasan Damis.
Kisah ini disampaikan oleh Khalid bin Al-Walid pada Abu Ubaidah.
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar