Sekitar tahun 15 Hijriah, ada seorang pangeran tampan yang tinggal di negeri Izaz, dekat Aleppo (Chalab). Pangeran bernama Lawan ini, putra satu-satunya dari istri Raja Daris penguasa negeri Izaz. Lawan yang telah jatuh cinta pada putri Raja Yuqana yang cantik jelita, 'punya kakak dari lain ibu', bernama Pangeran Luqa. Lawan melihat putri itu, ketika bermain ke kerajaan Aleppo beberapa bulan. Ketika memasuki istana Yuqana, Lawan terpana oleh putri yang kecantikannya sempurna, dikelilingi para pelayan dan kasimnya.
Lawan pulang ke rumah untuk melaporkan isi hatinya pada ibunya. Ibunya berkata, “Akan saya laporkan pada ayahmu, agar dia segera dilamar untuk dinikahkan dengan kau. Berapa maskawin yang diminta akan kami kabulkan.”
Hati Lawan berbunga-bunga karena jawaban ibunya. Ketika hatinya sedang dilanda oleh rindu yang menggila, Lawan terkejut oleh berita, "Burung ayahnya pulang membawa surat dari tentara yang menjelaskan bahwa, 'Raja Yuqana calon mertua akan datang' untuk menyerang kerajaan ayahnya dengan membawa 100 pasukan berkuda."
Hati Lawan berbunga-bunga karena jawaban ibunya. Ketika hatinya sedang dilanda oleh rindu yang menggila, Lawan terkejut oleh berita, "Burung ayahnya pulang membawa surat dari tentara yang menjelaskan bahwa, 'Raja Yuqana calon mertua akan datang' untuk menyerang kerajaan ayahnya dengan membawa 100 pasukan berkuda."
Lawan yang Nashrani, telah mulai senang pada agama Islam, karena Pelajaran dari guru Injilnya bernama Abul-Mundzir. Lawan semakin benci ayahnya yang terlambat menikahkan dirinya dengan putri Yuqana. Selain itu ayahnya suka kasar dan suka menyakiti perasaan Lawan, ibu, dan para kakaknya.
Lawan dan kakaknya benci ketika ayah mereka mempersiapkan 4.000 pasukan lebih, untuk meringkus Yuqana dan 100 pasukannya, yang akan segera datang. Tetapi mereka berdua tidak bisa berkutik. Dalam waktu cepat Yuqana dan pasukannya telah ditahan di dalam penjara. Yuqana akan segera diserahkan pada Raja Hiraqla, agar disalib. Dan pasukannya akan segera dibunuh.
Di waktu mabuk berat dan tidur pulas, leher ayah Lawan ditebas oleh Luqa dan para saudaranya, dengan pedang. Lawan terkejut melihat kakak-kakaknya mengerumuni ayahnya yang tewas bersimbah darah.
Lawan bertanya, “Siapa yang membunuh ayah saya?.”
Para saudaranya menjawab, “Kami.”
Lawan bertanya, “Kenapa?.”
Mereka menjawab, “Mencari perhatian Allah. Kami mendengar kau bercakap-cakap dengan Yuqana dan pasukannya. Kami takut ayah tahu rencana kau akan membunuh dia, dan kau akan dikalahkan oleh pasukan ayah. Mumpung kau belum dibunuh, beliau kami bunuh.”
Lawan bertanya, “Siapa yang membunuh ayah saya?.”
Para saudaranya menjawab, “Kami.”
Lawan bertanya, “Kenapa?.”
Mereka menjawab, “Mencari perhatian Allah. Kami mendengar kau bercakap-cakap dengan Yuqana dan pasukannya. Kami takut ayah tahu rencana kau akan membunuh dia, dan kau akan dikalahkan oleh pasukan ayah. Mumpung kau belum dibunuh, beliau kami bunuh.”
Kesimpulan dari kisah ini bahwa cinta, benci, rindu, marah, dendam, iri, selalu mewarnai perasaan dan menentukan langkah seorang. Orang paling hebat adalah yang bisa menaklukkan cinta, benci, marah, rindu, cinta, marah, dendam, iri. Akal yang dapat mengendalikan itu semua. Imam Achmad meriwayatkan di dalam: مسند أحمد - (ج 14 / ص 462)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya:
Dari Nabi SAW, “Kekuatan hakiki bukanlah kemampuan merobohkan lawan. Tetapi kekuatan sejati adalah yang mampu mengendalikan diri, ketika marah.”[1]
Dila berkata, “Makanya jangan takut melangkah, karena penentu segala-galanya adalah yang Maha Kuasa.”
Lana menukas, “Kalau saya dengan kisah ini, justru teringat Firman ‘Wallaahu Ghaalibun alaa amri-Hii walaakinna aktsarannasi laa ya’lamuun’ yang artinya: Sementara Allah mengalahkan Perkara-Nya tetapi sungguh lebih banyaknya manusia tidak tahu.”[2]
[1] Lafal Haditsnya memang begitu, namun sebetulnya yang dimaksud dia mampu mengendalikan cinta, benci, rindu, cinta, marah, dendam, iri. Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak akan dipahami secara sempurna dengan tanpa menggunakan akal.
[2] وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [يوسف/21].
Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar