Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/11/05

Bedah Al-Qur’an




وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (101) وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (102) وَلَوْ أَنَّهُمْ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (103) [البقرة


Artinya:
Dan ketika Rasul dari sisi Allah mencocoki (Kitab) yang menyertai mereka, ‘telah datang’, sebagian dari orang-orang yang telah diberi Kitab, justru membuang Kitab Allah di belakang punggung mereka. Mereka mirip sekali tidak tahu (101).

Mereka justru mengikuti yang dibaca oleh para Syaitan di kerajaan Sulaiman AS. Sulaiman belum pernah kafir, tetapi para Syaitan kafir mengajarkan sihir pada manusia. (Mereka juga mengikuti) yang diturunkan (oleh Allah) pada dua Malaikat: Harut dan Marut, di Babilon. Padahal mereka berdua tak mengajar seorang pun sehingga berkata, “Sungguh kami ini Fitnah, maka jangan kafir!.” 
Namun mereka mempelajari yang membahayakan, tidak bermanfaat pada mereka. Padahal niscaya sungguh mereka telah tahu bahwa orang yang benar-benar telah membeli (ilmu sihir), di akhirat tiada bagian sedikitpun untuknya. Dan niscaya jelek yang telah mereka tukarkan pada diri mereka, kalau mereka tahu (102).

Sungguh kalau mereka telah beriman dan bertaqwa, niscaya Pahala dari sisi Allah lebih baik, kalau mereka telah tahu (103). 

Tiga Ayat di atas, diturunkan pada awal Nabi SAW memasuki kota Madinah yang sebagian penghuninya, kaum Yahudi atau kaum yang sering berhubungan dengan kaum Yahudi. Secara garis besar Ayat-Ayat itu sebagai Pernyataan Allah Ingkar pada:
1.     Kaum Yahudi yang mengkufuri nabi terakhir Muhammad SAW, sesuai dengan yang tertulis dalam Kitab mereka.
2.     Sebagian Yahudi (ahli kitab) justru membuang Kitab Allah di belakang punggung mereka dan berbuat seakan-akan tidak tahu.
3.     Mereka justru menyenangi kitab kesaktian yang pernah dibacakan oleh para syaitan di kerajaan Sulaiman.
4.     Mereka menuduh Sulaiman telah kafir.

Ilmu kesaktian yang menjadikan manusia kafir, memang pernah dimiliki oleh dua malaikat bernama Harut dan Marut. Tuduhan kaum Yahudi, “Yang mengajarkan sihir pada Sulaiman Bin Dawud adalah Jibril dan Mikail AS” Salah.
Setiap dimintai ilmu oleh kaum, pasti Harut dan Marut AS membantah, “Sungguh kami berdua fitnah! Jangan kufur!.”
Tetapi mereka bersikeras minta diajar ilmu kesaktian untuk memisahkan suami istri, agar seorang benci pasangan hidupnya, dan agar tergila-gila pada mereka.
Ibnu Katsir menukil Hadits marfu dari Ibnu Umar: تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 353)

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh ketika Allah telah menurunkan Adam AS ke bumi, para malaikat AS berkata ‘ya Rabbi, masyak Kau akan membuat orang yang akan membuat kerusakan dan mengalirkan darah di dalamnya? Padahal kami akan selalu bertasbih dengan memuji dan mengkuduskan Kau?’.
Allah berfirman ‘sungguh Aku tahu yang tidak kalian ketahui’.
Mereka berkata ‘Rabbanaa, kami lebih taat daripada anak-cucu Adam (nanti)’.
Allah berfirman ‘bawalah kemari dua malaikat! Akan Kami turunkan ke bumi, agar Kami lihat bagaimana mereka berdua beramal!’.
Mereka berdoa ‘ya Tuhan, inilah Harut dan Marut’.
Setelah diturunkan ke bumi, Harut dan Marut didekati oleh wanita cantik jelita. Harut dan Marut merayu agar wanita itu melayani.
‘Saya takkan melayani, kecuali jika kalian mau mengucapkan kalimat syirik’ katanya.
Mereka berdua menjawab ‘kami takkan mensyirikkan pada Allah’.
Wanita itu datang membawa bayi, dirayu agar mau melayani mereka berdua.
‘Demi Allah saya takkan mau, kecuali jika kalian mau membunuh bayi ini’ jawabnya.
Mereka berdua menjawab ‘demi Allah kami takkan membunuh dia hingga kapanpun’.
Wanita jelita itu datang membawa arak, dirayu agar mau melayani mereka berdua.
‘Demi Allah saya takkan mau, kecuali jika kalian mau minum arak ini’  jawabnya.
Mereka berdua minum arak hingga mabuk, dan mencoitus wanita jelita, lalu membunuh bayi itu. Setelah sadar, mereka berdua terkejut.
‘Demi Allah permintaan saya telah kalian lakukan semuanya, ketika kalian mabuk’ kata wanita itu.
Mereka berdua disuruh memilih siksaan dunia atau akhirat. Namun mereka memilih disiksa di dunia.”
Ibnu Abi Chatim menjelaskan kisah ini di dalam Kitab Al-Jarchu wa At-Tadil (كتاب الجرح والتعديل) dengan tidak ragu-ragu.


Kesimpulan:
1.     Mempelajari Kesaktian justru membahayakan dirinya sendiri.
2.     Nabi SAW juga pernah disihir hingga sakit keras, oleh Labid.
3.     Ketika Asma mengandung Abdullah bin Azzubair, juga disihir oleh kaum Yahudi, agar tidak bisa melahirkan. Allah menghilangkan penyakit Rasulillah dan membuat Asma melahirkan bayinya, dan menurunkan Ayat-Ayat di atas, sebagai Pelajaran bahwa ‘Mempelajari Kitab Allah’ jauh lebih utama daripada mempelajari Kitab Kesaktian.


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar