Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/10/03

NN 1: Nashrani Najrani




Tulisan ini berkisah mengenai para tokoh agama Nashrani Najran yang datang ke Madinah, untuk melihat Nabi SAW, yang kemunculannya telah mereka tunggu. Mereka yang terdiri dari beberapa sekte itu, ingin membuktikan apakah Muhammad benar-benar Nabi SAW yang namanya tertulis di dalam kitab mereka.
Najran wilayah bagian dari Yaman. Di kota itu pernah ada kerajaan besar bernama Tababiah atau Tubak. Dulu, di tempat itu pula terjadinya Pembakaran 20.000 Kaum Islam (pengikut Isa bin Maryam AS) oleh Raja Yusuf Dzu Nuwas.[1]
Sekitar 120 tahun atau lebih kemudian, Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Sejumlah tokoh Nashrani dari Najrani datang menghadap Nabi SAW, untuk konsultasi mengenai Isa bin Maryam AS.
Ibnul-Qayyim menulis di dalam Zadul-Maad tentang kisah itu: زاد المعاد - (ج 3 / ص 549)

حَدّثَنِي يَزِيدُ بْنُ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ الْبَيْلَمَانِيّ عَنْ كُرْزِ بْنِ عَلْقَمَةَ قَالَ قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَفْدُ نَصَارَى نَجْرَانَ سِتّونَ رَاكِبًا مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ رَجُلًا مِنْ أَشْرَافِهِمْ وَالْأَرْبَعَةُ وَالْعِشْرُونَ مِنْهُمْ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ إلَيْهِمْ يَئُولُ أَمْرُهُمْ الْعَاقِبُ أَمِيرُ الْقَوْمِ وَذُو رَأْيِهِمْ وَصَاحِبُ مَشُورَتِهِمْ وَاَلّذِي لَا يَصْدُرُونَ إلّا عَنْ رَأْيِهِ وَأَمْرِهِ وَاسْمُهُ عَبْدُ الْمَسِيحِ وَالسّيّدُ ثِمَالُهُمْ وَصَاحِبُ رَحْلِهِمْ وَمُجْتَمَعِهِمْ وَاسْمُهُ الْأَيْهَمُ وَأَبُو حَارِثَةَ بْنُ عَلْقَمَةَ أَخُو بَنِي بَكْرِ بْنِ وَائِلٍ أُسْقُفُهُمْ وَحَبْرُهُمْ وَإِمَامُهُمْ وَصَاحِبُ مِدْرَاسِهِمْ . وَكَانَ أَبُو حَارِثَةَ قَدْ شَرُفَ فِيهِمْ وَدَرَسَ كُتُبَهُمْ وَكَانَتْ مُلُوكُ الرّومِ مِنْ أَهْلِ النّصْرَانِيّةِ قَدْ شَرّفُوهُ وَمَوّلُوهُ وَأَخْدَمُوهُ وَبَنَوْا لَهُ الْكَنَائِسَ وَبَسَطُوا عَلَيْهِ الْكَرَامَاتِ لِمَا يَبْلُغُهُمْ عَنْهُ مِنْ عِلْمِهِ وَاجْتِهَادِهِ فِي دِينِهِمْ .
Artinya:
Yazid bin Sufyan murid Ibnul-Bailamani murid Kurzu bin Alqamah bercerita padaku: “Emanpuluh orang tamu utusan Nashrani Najran datang pada Rasulallah SAW. Dari mereka ada 24 tokoh. Dari mereka, ada 3 petinggi paling berkuasa yang mengurusi perkara mereka:
1.   Aqib, pimpinan tertinggi mereka, yang petunjuknya harus diikuti, yang memimpin musyawarah. Mereka tidak boleh menentukan keputusan kecuali telah dia setujui dan dia putuskan. Dialah yang disebut-sebut Abdul-Masih. 
2.   Sayyid, pelindung yang berwenang menentukan berangakat, pulang, dan mengumpulkan rombongan. Dialah yang disebut-sebut sebagai Aiham. 
3.   Abu Charitsah bin Alqamah famili Bani Bakr bin Wail, sebagai Uskup, Alim, dan Imam mereka, yang kekuasaannya sangat tinggi. Dia pula yang berwenang mengurusi pendidikan. Konon Charitsah yang sangat agung di mata mereka, telah mempelajari kitab-kitab Nashrani. Sungguh raja-raja Romawi pemeluk agama Nashrani menghormati dan melayani, bahkan membangunkan sejumlah biara dan memuliakan dia, karena ilmu dan ijtihadnya mengenai agama, mereka nilai hebat.”

Menurut Ibnul-Qayyim, “Sebetulnya pimpinan para tamu yang bernama Abu Charitsah bin Alqamah itu, tahu pasti bahwa nabi terakhir yang pernah disabdakan oleh Isa bin Maryam AS  adalah Nabi Muhammad SAW.” 
Saat itu Abu Charitsah mengendarai kuda bagal didampingi oleh saudaranya bernama Kurzu. Tiba-tiba kuda Abu Charitsah hampir jatuh karena kakinya tersandung.
Kurzu mengumpat, “Kurangajar orang jauh itu!.” Maksudnya Nabi Muhammad SAW. 
Abu Charitsah menjawab, “Justru kamu yang kurangajar!.” 
Kurzu bertanya, “Kenapa?.” 
Abu Charitsah menjawab, “Dialah Nabi Ummi yang kita tunggu-tunggu kedatangannya.” 
Kurzu bertanya, “Kenapa kau tidak menjadi pengikutnya ? Padahal kau tahu dialah yang kita tunggu-tunggu?.” 
Abu Charitsah menjawab, “Kaum Romawi yang sama memuliakan dan mengistimewakan kita dengan beberapa fasilitas, ingin menentang Muhammad SAW. Kalau kita menentang mereka, semua fasilitas yang telah diberikan pada kita pasti ditarik.”
Kurzu diam dan menyimpan rahasia itu hingga akhirnya masuk Islam. 




[1] Silahkan dirujukkan pada Menindak Sadis.
Gambar Raja Dzu Nuwas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar