Tulisan ini berkisah mengenai para
tokoh agama Nashrani Najran yang
datang ke Madinah, untuk melihat Nabi SAW, yang kemunculannya telah mereka
tunggu. Mereka yang terdiri dari beberapa sekte itu, ingin membuktikan apakah
Muhammad benar-benar Nabi SAW yang namanya tertulis di dalam kitab mereka.
Najran wilayah
bagian dari Yaman. Di kota itu pernah ada kerajaan besar bernama Tababiah atau
Tubak. Dulu, di tempat itu pula terjadinya Pembakaran 20.000 Kaum Islam
(pengikut Isa bin Maryam AS) oleh Raja Yusuf Dzu Nuwas.[1]
Sekitar
120 tahun atau lebih kemudian, Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Sejumlah
tokoh Nashrani dari Najrani datang
menghadap Nabi SAW, untuk konsultasi mengenai Isa bin Maryam AS.
Ibnul-Qayyim
menulis di dalam Zadul-Maad tentang
kisah itu: زاد المعاد - (ج 3 / ص 549)
حَدّثَنِي يَزِيدُ بْنُ سُفْيَانَ عَنْ
ابْنِ الْبَيْلَمَانِيّ عَنْ كُرْزِ بْنِ عَلْقَمَةَ قَالَ قَدِمَ عَلَى رَسُولِ
اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَفْدُ نَصَارَى نَجْرَانَ سِتّونَ
رَاكِبًا مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ رَجُلًا مِنْ أَشْرَافِهِمْ
وَالْأَرْبَعَةُ وَالْعِشْرُونَ مِنْهُمْ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ إلَيْهِمْ يَئُولُ أَمْرُهُمْ
الْعَاقِبُ أَمِيرُ الْقَوْمِ وَذُو رَأْيِهِمْ وَصَاحِبُ مَشُورَتِهِمْ وَاَلّذِي
لَا يَصْدُرُونَ إلّا عَنْ رَأْيِهِ وَأَمْرِهِ وَاسْمُهُ عَبْدُ الْمَسِيحِ
وَالسّيّدُ ثِمَالُهُمْ وَصَاحِبُ رَحْلِهِمْ وَمُجْتَمَعِهِمْ وَاسْمُهُ
الْأَيْهَمُ وَأَبُو حَارِثَةَ بْنُ عَلْقَمَةَ أَخُو بَنِي بَكْرِ بْنِ وَائِلٍ
أُسْقُفُهُمْ وَحَبْرُهُمْ وَإِمَامُهُمْ وَصَاحِبُ مِدْرَاسِهِمْ . وَكَانَ أَبُو
حَارِثَةَ قَدْ شَرُفَ فِيهِمْ وَدَرَسَ كُتُبَهُمْ وَكَانَتْ مُلُوكُ الرّومِ
مِنْ أَهْلِ النّصْرَانِيّةِ قَدْ شَرّفُوهُ وَمَوّلُوهُ وَأَخْدَمُوهُ وَبَنَوْا
لَهُ الْكَنَائِسَ وَبَسَطُوا عَلَيْهِ الْكَرَامَاتِ لِمَا يَبْلُغُهُمْ عَنْهُ
مِنْ عِلْمِهِ وَاجْتِهَادِهِ فِي دِينِهِمْ .
Artinya:
Yazid
bin Sufyan murid Ibnul-Bailamani murid Kurzu bin Alqamah bercerita padaku: “Emanpuluh
orang tamu utusan Nashrani Najran datang pada Rasulallah SAW. Dari mereka ada
24 tokoh. Dari mereka, ada 3 petinggi paling berkuasa yang mengurusi perkara
mereka:
1.
Aqib,
pimpinan tertinggi mereka, yang petunjuknya harus diikuti, yang memimpin
musyawarah. Mereka tidak boleh menentukan keputusan kecuali telah dia setujui
dan dia putuskan. Dialah yang disebut-sebut Abdul-Masih.
2.
Sayyid,
pelindung yang berwenang menentukan berangakat, pulang, dan mengumpulkan
rombongan. Dialah yang disebut-sebut sebagai Aiham.
3. Abu Charitsah bin Alqamah
famili Bani Bakr bin Wail, sebagai Uskup, Alim, dan Imam mereka, yang
kekuasaannya sangat tinggi. Dia pula yang berwenang mengurusi pendidikan. Konon
Charitsah yang sangat agung di mata mereka, telah mempelajari kitab-kitab
Nashrani. Sungguh raja-raja Romawi pemeluk agama Nashrani menghormati dan
melayani, bahkan membangunkan sejumlah biara dan memuliakan dia, karena ilmu
dan ijtihadnya mengenai agama, mereka nilai hebat.”
Menurut Ibnul-Qayyim, “Sebetulnya
pimpinan para tamu yang bernama Abu Charitsah bin Alqamah itu, tahu pasti bahwa
nabi terakhir yang pernah disabdakan oleh Isa bin Maryam AS adalah Nabi
Muhammad SAW.”
Saat itu Abu Charitsah mengendarai
kuda bagal didampingi oleh saudaranya bernama Kurzu. Tiba-tiba kuda Abu
Charitsah hampir jatuh karena kakinya tersandung.
Kurzu mengumpat, “Kurangajar orang
jauh itu!.” Maksudnya Nabi Muhammad SAW.
Abu Charitsah menjawab, “Justru kamu
yang kurangajar!.”
Kurzu bertanya, “Kenapa?.”
Abu Charitsah menjawab, “Dialah Nabi
Ummi yang kita tunggu-tunggu kedatangannya.”
Kurzu bertanya, “Kenapa kau tidak
menjadi pengikutnya ? Padahal kau tahu dialah yang kita tunggu-tunggu?.”
Abu Charitsah menjawab, “Kaum Romawi
yang sama memuliakan dan mengistimewakan kita dengan beberapa fasilitas, ingin
menentang Muhammad SAW. Kalau kita menentang mereka, semua fasilitas yang telah
diberikan pada kita pasti ditarik.”
Kurzu diam dan menyimpan rahasia itu
hingga akhirnya masuk Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar