Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/10/02

KW 138: Dakwah ke Baitul-Maqdis


 (Bagian ke-138 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Dengan terperangah, Kaeb memperhatikan lelaki Muslim yang membaca surat Annisa ayat 47 itu hingga selesai. Perintah beriman dan Ancaman Allah, membuat Kaeb ketakutan. Dia ingin malam segera pergi dan pagi segera datang.

Di pagi yang menegangkan itu, dia bergegas menanyakan di mana Umar RA berada. Ada yang bilang, “Dia di Baitul-Maqdis.”
Dia segera berkemas-kemas untuk datang menemui Umar.

Di pagi indah bersejarah namun mendebarkan itu dia melihat Umar sedang mengimami shalat subuh di sisi shakhrah (الصخرة) yang artinya batu besar. Umar menjawab ucapan salam, dan bertanya pada Kaeb, “Siapa kau?.”
Kaeb menjawab, “Saya Kaeb Al-Achbar. Saya kemari untuk masuk Islam, karena saya telah membaca sifat Muhammad SAW dan umatnya di dalam kitab suci. Sungguh Allah azza wajalla telah memberi wahyu pada Musa AS:
“Aku belum pernah mencipta makhlq yang lebih mulia daripada umat Muhammad SAW. Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak mencipta surga, neraka, langit, dan bumi. Umat dia sebaik-baik umat, dan agama dia sebaik-baik agama. Aku mengutus dia di akhir zaman. Umat dia diberi Rahmat. Dia nabi ummi (tidak bisa menulis) dari kota Tihamah, dari suku Quraisy, yang sayang pada orang-orang iman, keras atas orang-orang kafir. Yang dia rahasiakan seperti yang dia terangkan. Perkataannya sesuai dengan perbuatannya. Bagi dia jauh sama dengan dekat. Para sahabatnya saling menyayang dan berhubungan erat.”

Umar RA bertanya, “Betulkan penjelasanmu hai Kaeb?.”
Kaeb menjawab, “Demi Allah, Allah tahu yang saya katakan, dan tahu isi beberapa hati.”
Umar berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah menjayakan, memuliakan dan merahmati kita dengan Rahmat-Nya yang memuat segala sesuatu. Dan telah menunjukkan kita melalui Nabi Muhammad SAW. Bukankah kau mau masuk Islam dengan kesadaran sepenuhnya?.”
Kaeb bertanya, “Ya Amirul Mukminiin, apakah di dalam kitab kalian? Dijelaskan mengenai agar manusia masuk agama kalian dan mengenai Ibrahim AS?.”
Umar membaca beberapa ayat (yang artinya):
·         Apakah kalian menyaksikan ketika kematian menghadiri Yaqub AS?. Ketika itu dia berkata pada putra-putranya, “Apa yang akan kalian sembah mulai sejak setelah saya tiada?.” Mereka berkata, “Kami akan menyembah Tuhamu dan Tuhan ayah-ayahmu: Ibrahim, Ismail, dan Ischaq AS, yaitu Tuhan yang satu. Dan kami menyerah (Islam) pada-Nya.”[1]
·         Ibrahim dulu bukan Yahudi dan bukan Nashrani, tetapi dia dulu chanif (condong) lagi Muslim, dan tidak tergolong orang-orang musyrik.[2]
·         Masyak mereka akan mencari selain Agama Allah (Islam) sebagai agama? Padahal yang di beberapa langit dan di bumi, sama Islam dengan taat dan terpaksa pada-Nya? Lagian kalian akan dikembalikan pada-Nya?.[3]
·         Barang siapa mencari selain Islam sebagai agama, maka agama darinya, takkan diterima. Dan di akhirat dia tergolong orang-orang rugi.[4]
·         Katakan, “Sungguh saya, Tuhan saya telah menunjukkan saya pada jalan yang lurus, sebagai agama yang lurus: agama Ibrahim. Dulu dia tidak tergolong orang-orang musyrik.”[5]
·         Dia tidak menjadikan kesempitan atas kalian di dalam agama (Islam ini), inilah agama ayah kalian: Ibrahim. Dia menamakan Muslimiin (orang-orang yang beragama Islam) pada kalian, mulai sejak sebelum ini dan di (waktu) ini. Agar rasul nantinya menjadi saksi atas kalian, dan agar kalian nanti menjadi saksi atas manusia. Maka tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat! Dan berpeganganlah pada Allah! Dialah kekasih kalian, sebaik-baik kekasih dan sebaik-baik penolong.[6]

Kaeb menyimak ayat-ayat yang dibaca oleh Umar, lalu berkata, “Ya Amiral Mukminiin. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad Utusan Allah.”
Sontak Umar berbahagia. Lalu bertanya, “Hai Kaeb, maukah kau ke-Madinah bersama saya, untuk ziarah pada makam nabi SAW?.”
Kaeb menjawab, “Ajakan ini akan saya kabulkan dengan senang hati.”

Di hari kesepuluh, Umar akan meninggalkan Baitul-Maqdis. Sebelumnya dia menulis surat untuk penduduk Baitul-Maqdis: Penduduk Baitul-Maqdis diperbolehkan tinggal di Baitul-Maqdis, dengan syarat membayar pajak pada Muslimiin.

Umar dan pasukannya meninggalkan Baitul-Maqdis menuju kota Jabiyah. Di kota itu Umar menertibkan administrasi yang berhubungan dengan pasukan Muslimiin, dan mengambil 1/5 dari rampasan perang yang untuk Allah, untuk dibagi pada kaum Muslimiin. Dia juga membagi wilayah Syam menjadi dua:
1.     Mulai kota Chauran hingga Chalab dan sekitarnya diserahkan pada Abu Ubaidah. Abu Ubaidah juga diperintah agar memerangi penduduk Chalab yang tidak mau tunduk pada Islam, hingga dia berhasil menaklukkan mereka.  
2.     Kota Palestina, Al-Quds dan Sachil (الساحل) diserahkan pada Yazid bin Abi Sufyan. Walau begitu kedudukan Yazid di bawah Abu Ubaidah. Yazid juga diperintah agar memerangi penduduk Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية) hingga mereka takluk.

Pasukan paling banyak, yang di pimpin oleh Abu Ubaidah dan Khalid.
Umar perintah agar Amer bin Al-Ash menyerang penduduk Mesir, dan mengangkat Amer bin Saed Al-Anshari agar menjadi wali bagi kota Chimsh (Homs). Lalu Umar pulang ke Madinah membawa Kaeb Al-Achbar.

Sebelumnya, Muslimiin Madinah susah karena menyangka Umar akan tinggal di Baitul-Maqdis subur yang banyak buah-buahannya. Selain itu bahan makan di tempat tinggal para nabi itu, harganya juga murah. Di kota itulah sentral manusia di hari kiamat nanti akan dikumpulkan.

Muslimiin di Madinah telah rindu pada Umar. Dari mereka banyak yang tiap hari keluar rumah untuk menunggu-nunggu kedatangan Umar, hingga leher mereka capek. 
Ketika rombongan Umar RA dari jauh telah tampak, Muslimiin Madinah gegap gempita menyambut kedatangannya.

Yang pertama kali menyambut Umar, para sahabat Rasulillah SAW. Mereka mengucapkan salam dan marhaban untuk keberhasilan Umar RA menaklukkan penduduk Baitul-Maqdis. Umar dan rombongannya memasuki Masjid Nabawi dan mengucapkan salam pada Rasulillah SAW dan Abu Bakr RA, yang tertutup di dalam kubur. Lalu shalat dua rakaat, dan memanggil Kaeb, agar bercerita pada Muslimiin mengeni kisah Islamnya.

Umar perintah, “Ceritakanlah lembaran yang disimpan oleh ayahmu pada mereka!.”
Kaeb berdiri, lalu bercerita pada Muslimiin berjumlah banyak sekali; tentang Islamnya.   

Sumpah Al-Waqidi penyusun kitab Futuchussyam (فتوح الشام) yang diterjemahkan menjadi kisah ini:
“Demi Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, yang tahu barang ghoib dan tampak. Tujuan saya menjelaskan kemenangan-kemenangan kaum Muslimiin ini, tidak lain kecuali bertumpu pada kebenaran semata. Kaidah yang saya gunakan juga kebenaran, dengan tujuan menunjukkan pada Muslimiin mengenai kefadholan para sahabat Rasulillah SAW, dan kehebatan mereka di dalam berjihad. Agar dengan itu kaum Rafdh (Syiah): kaum Khawarij, yang menyerang kaum Ahlussunnah (bisa dipatahkan). Karena kalau bukan sebab Kehendak Allah Taala, dengan perantaraan perjuangan mereka, niscaya negeri-negeri Syam tidak dimiliki oleh Muslimiin. Dan ilmu agama ini pun juga tidak tersebar luas.”[7]


[1] أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ [البقرة/133].
[2] مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [آل عمران/67].
[3] أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
[4] أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
[5] قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ  [الأنعام/161].
[6] وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ [الحج/78].
[7] Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 194)
والله الذي لا إله إلا هو عالم الغيب والشهادة ، ماعتمدت في خبر هذه الفتوح إلا على الصدق وما حدثت حديثه إلا على قاعدة الحق لأثبت فضل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وجهادهم حتى أرغم بذلك أهل الرفض الخارجين على أهل السنة، إذ لولاهم بمشيئة الله تعالى لم تكن البلاد للمسلمين وما انتشر علم هذا الدين.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar