(Bagian
ke-139 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Umar
mengangkat Abu Ubaidah sebagai penguasa kota Syam, dan perintah agar dia
menyerbu kota Chalab (حلب), Anthakiyah, Mafriq, dan sekitarnya, dengan 20.000 pasukan
berkuda. Dan perintah agar Amer bin Al-Ash menyerbu kota Mesir, dan agar
Yazid menyerbu penduduk pesisir Syam.
Yazid dan
pasukannya pergi ke negeri Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية). Negeri yang penguasanya Raja Qushthanthin putra Raja Hiraqla
ini, memiliki pasukan berjumlah 80.000 orang yang terdiri dari orang-orang Arab
Nashrani dan Rusia (الروسية). Qusthanthin terkejut ketika mendengar laporan bahwa Yazid dan
pasukannya datang untuk menyerang.
Qusthanthin
minta bala bantuan pada ayahnya.
Ayah Qusthanthin mengutus penguasa kota Marasy (مَرْعَشٍ) dan mengirim 20.000 pasukan dari Rusia. Ayah Qusthanthin mengeluarkan dana banyak, untuk melengkapi persenjataan, perbekalan, dan pakan binatang kendaraan.
Ayah Qusthanthin mengutus penguasa kota Marasy (مَرْعَشٍ) dan mengirim 20.000 pasukan dari Rusia. Ayah Qusthanthin mengeluarkan dana banyak, untuk melengkapi persenjataan, perbekalan, dan pakan binatang kendaraan.
Yazid
terkejut setelah tahu bahwa musuh yang akan dihadapi terlalu banyak. Setelah berpikir takkan mampu mengimbangi kekuatan lawan, dia mengirimkan surat pada
Umar:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari
Yazid bin Abi Sufyan pegawai yang menguasai wilayah bagian dari Syam, untuk
Umar bin Al-Khatthab RA
Sungguh
saya telah memasuki wilayah Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية) yang pasukannya banyak sekali. Jalan yang kami tempuh selanjutnya
sulit, selain itu Raja Qusthanthin telah minta bala bantuan pada ayahnya.
Ayahnya telah mengirim bala bantuan dengan mengutus penguasa kota Mrasy, dan
mengirim 20.000 pasukan. Dalam perhelatan perang akbar ini pasukan dan rakyat
Caesarea sibuk sekali, mempersiapkan perlawanan. Saya mohon agar dikirimi
bala bantuan.
والسلام
Yang
menghantar surat bernama Amer bin Salim bin Chumaid. Dia bergegas pergi ke
Madinah untuk memberikan surat pada Umar RA.
Umar bertanya, “Ini surat dari siapa?.”
Umar bertanya, “Ini surat dari siapa?.”
Amer mejawab,
“Dari Yazid pegawai baginda.”
Umar membuka
dan membaca surat, lalu berpikir.
Umar menunjukkan surat pada Ali yang tiba-tiba muncul dan mendekat.
Ali menghibur, “Jangan merisaukan Yazid. Allah pasti akan menolong dia in syaa Allah.”
Umar menunjukkan surat pada Ali yang tiba-tiba muncul dan mendekat.
Ali menghibur, “Jangan merisaukan Yazid. Allah pasti akan menolong dia in syaa Allah.”
Walau begitu
Umar menyurati Abu Ubaidah tentang itu.
Abu Ubaidah mengurangi 3.000 pasukannya untuk dikirimkan pada Yazid. Pasukan kiriman berjumlah 3.000 itu dipimpin oleh Charbu bin Adi (حرب بن عدي), sehingga pasukan Abu Ubaidah tinggal 17.000 orang yang kebanyakan dari Yaman.
Abu Ubaidah mengurangi 3.000 pasukannya untuk dikirimkan pada Yazid. Pasukan kiriman berjumlah 3.000 itu dipimpin oleh Charbu bin Adi (حرب بن عدي), sehingga pasukan Abu Ubaidah tinggal 17.000 orang yang kebanyakan dari Yaman.
Abu Ubaidah
telah mengabulkan permohonan damai penduduk Qinasrin dan Awashim, dengan syarat
mereka membayar pajak 15.000 mitsqal emas, dan 15.000 mitsqal perak.[1]
Dan 1.000 pakaian dari bahan sutra dibaj, 500 wasaq buah tin, dan minyak.
Setelah tempo
perjanjian itu selesai, para tokoh Qinasrin dan Awashim datang menghadap Abu
Ubaidah, untuk memperbarui perjanjian damai.
Abu Ubaidah bersama Khalid dan sejumlah Muslimiin memasuki kota itu untuk membangun Masjid.
Abu Ubaidah bersama Khalid dan sejumlah Muslimiin memasuki kota itu untuk membangun Masjid.
Penduduk
Chalab tahu bahwa penduduk Qinasrin telah berdamai dengan Muslimiin yang yang
akan segera menyerang kota mereka. Kaum yang dipimpin oleh dua orang kakak
beradik itu ketakutan. Tempat tinggal dua pimpinan itu di castle (qalah/القَلْعَةُ) yang terpisah dari kota. Pimpinan mereka bernama Bathriq
Yuchana (يوحنا) dan Bathriq Yuqana (يوقنا).
Dulu ayah dua
bathriq itu seorang raja yang wilahnya sangat luas, meliputi sungai
Furat. Bahkan sebagian wilayah Chalab yang telah direbut oleh Muslimiin itu, dulunya dikuasai ayah mereka berdua beberapa tahun.
Selama dia memegang wilayah itu, tak ada musuh yang berani mendekat, dan tak ada yang berani menentang. Bahkan karena kehebatannya, maka Raja Hiraqla pun sungkan, dan belum pernah menyerang dia.
Selama dia memegang wilayah itu, tak ada musuh yang berani mendekat, dan tak ada yang berani menentang. Bahkan karena kehebatannya, maka Raja Hiraqla pun sungkan, dan belum pernah menyerang dia.
Raja yang
kompak dengan kerabatnya ini pasukannya banyak dan serangannya ganas, dan dia
bukan raja bawahan Hiraqla. Asalnya Castle (qalah) mewah di atas gunung itu, dibangun oleh ayah mereka berdua untuk tempat istirahat, sedangkan tempat
tinggalnya di Bilad. Ketika dia telah wafat; yang menggantikan sebagai raja
adalah Bathriq Yuqana putra tertua yang sangat pemberani dan kaya-raya. Belum
pernah ada seorang pun berani melawan dia. Adik dia Bathriq Yuchana melepaskan
kerajaan Rusia yang dikuasai, untuk menjadi rahib.
Rahib yang
sangat pandai ini, tahu kalau Abu Ubaidah dan pasukanya akan segera datang ke
wilayahnya. Dia berkata pada kakaknya, “Kok sibuk sekali ada apa?.”
Bathriq
Yuqana menjawab, “Akan memerangi kaum Arab. Agar mereka sadar bahwa saya lebih
hebat daripada raja-raja yang telah mereka taklukkan.”
Kesibukan
Bathriq Yuchana membaca Injil dan kitab-kitab Mazmur, dan mengurusi biara-biara
di negerinya, untuk memperbanyak tokoh agama: ulama Nashrani dan para rahib.
Tiga berita:
1), Kota Awashim telah direbut oleh pasukan Muslimiin. 2), Penduduk Qinasrin
telah tunduk pada Muslimiin. 3), Pasukan Muslimiin akan segera datang
ke wilayah mereka berdua. Telah dipikirkan masak-masak oleh Raja Yuqana.
Yuchana
berkata pada Yuqana, “Kak! Saya ingin nanti malam berembuk mengenai yang sangat
rahasia dan penting sekali.”
Yuqana
menjawab, “Ya.”
Dalam
pertemuan terbatas di dalam kerajaan yang berada di atas gunung itu, Yuqana
bertanya, “Dik! Kenapa pasukan Arab yang kekurangan makanan dan pakaian itu, setiap menyerang kerajaan pasti menang? Banyak sekali orang yang mereka
bunuh dan harta mereka, mereka rampas? Kini pasukan yang berbahaya itu telah
hampir datang kemari.”
Yuchana
menjawab, “Saya menganjurkan dengan jujur dan tulus. Meskipun saya sebagai adik
yang lebih muda, namun mengenai ini saya lebih tahu. Demi kebenaran Al-Masih
kalau Kakak mau menerima anjuran saya, akan berjaya, dan harta Kakak akan
selamat.”
Yuqana
bertanya, “Bagaimana sebaiknya? Setahu saya kau adik yang baik?.”
Dia menjawab,
“Utuslah seorang agar menyerahkan harta yang mereka minta dengan minta imbalan
damai. Sanggupilah permintaan pajak tiap tahun pada mereka.”
Yuqana
terkejut tersinggung dan marah, “Kau akan dihinakan oleh Al-Masih! Betapa
pendapatmu keliru! Pantesan kau hanya menjadi rahib! Tidak menjadi raja atau
pahlawan! Rahib takkan punya keberanian berperang, karena makanannya hanya
sayuran! Tidak pernah makan daging, tidak pernah menikmati kehidupan bebas! Sehingga
tidak tahu cara berperang! Saya raja putra raja yang senang berperang!
Tidak ada raja yang gampang ditundukkan oleh lawan! Saya tidak mungkin
menyerahkan kerajaan dan harta, pada mereka tanpa berperang dulu.”
Yuchana
tersenyum dan heran pada kakaknya yang keras kepala. Dengan tegas dia berkata,
“Kakak! Demi kebenaran Al-Masih hidupmu hampir berakhir! Kau melampau batas dan
suka membunuh! Jumlah pasukanmu dibanding dengan pasukan Raja Hiraqla yang
diterjunkan dalam Perang Yarmuk sangat sedikit. Dengan pasukan Raja Hiraqla
yang diterjunkan dalam Perang Ajnadin saja, pasukanmu kalah banyak. Kaum Arab
ini memang diberi Pertolongan oleh Allah, jangan coba-coba melawan mereka! Takutlah pada Allah!.”
Yuqana makin
marah, “Kau banyak bicara yang justru memuji kehebatan kaum Arab. Saya ini tidak seperti raja-raja yang telah mereka taklukkan seperti yang kau
terangkan. Mereka mudah menyerah dan menyerahkan harta pada kaum Arab, padahal
belum berjuang maksimal. Adanya saya menumpuk harta banyak sekali, karena agar
saya selalu menang. Saya bertekat akan memerangi mereka. Jika Salib dan
Al-Masih menolong saya menaklukkan mereka, mereka yang lari akan saya kejar dan
saya bunuh semuanya. Bahkan saya ingin bersama raja-raja memasuki dan
menggempur kota Chijaz (Arab). Jika telah menang, negeri Syam akan segera menjadi
milikku sepenuhnya, dan Hiraqla pun takkan mampu melawan saya. Jika kalah, saya akan lari ke qalah (castle)ku. Di sana saya telah menimbun bahan makan
yang sangat banyak, yang takkan habis saya makan sepanjang hidupku. Saya tidak
sudi menyerah pada mereka. Kalau kau menakut-nakuti saya terus menerus, akan
saya bunuh sebelum mereka.”
Yuqana telah
bertekat akan memerangi kaum Arab demi meraih ambisinya yang besar. Dia
terkejut mendengar adiknya bekata, “Saya tak mau berbicara denganmu hingga kau
menerima pendapat saya!.” Lalu berdiri dan pergi.
Pagi itu
Yuqana mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya. Banyak juga pasukan dari
Armenia yang datang memenuhi panggilannya. Mereka diberi pedang dan perbekalan
yang memadai.
Di hadapan mereka Yuqana berkata, “Jumlah mereka hanya sedikit, jumlah kita banyak sekali. Pasukan mereka telah berkurang karena ada yang ke Qaisariyyah, ada yang ke Mesir.”
Di hadapan mereka Yuqana berkata, “Jumlah mereka hanya sedikit, jumlah kita banyak sekali. Pasukan mereka telah berkurang karena ada yang ke Qaisariyyah, ada yang ke Mesir.”
Yang diincar
oleh Yuqana adalah pasukan Abu Ubaidah. Dia sengaja pergi menjemput; sebelum
Abu Ubaidah dan pasukannya datang.
Yang diserahi
memimpin negerinya selama ditinggalkan, Bathriq Karakus (كراكس) dengan diserahi 1.000 pasukan berkuda. Sebelum Yuqana pergi,
berpesan agar Karakus menjaga negerinya.
Yuqana
meninggalkan kerajaannya bersama arak-arakan pasukan yang panjang sekali. Dari
mereka yang berbaju perang sejumlah 12.000 pasukan. Yang berjalan di barisan
depan, para pembawa panji dan Salib. Salib paling dikeramatkan dari emas dan
jauhar itu, diarak oleh 1.000 pemuda berbusana sutra dibaj dihias mutiara.
Yang
diperintah oleh Abu Ubaidah agar memimpin 1.000 pasukan berkuda, lelaki dari
Bani Dhamrah yang gagah berani, bernama Kaeb. Dia tidak pernah lari dari
pertempuran sedahsyat apapun. Kaeb mendengarkan pesan Abu baidah, “Hai Kaeb! Jika
lawan yang kau hadapi terlalu banyak! Jangan kau lawan dulu! Saya akan menyusul
membawa pasukan.”
Sebelum Kaeb
sampai Chalab, musuhnya bernama Yuqana telah memasang mata-mata. Para mata-mata
melaporkan bahwa pasukan berkuda Arab yang akan menyerang telah dalam
perjalanan.
Yuqana bertanya, “Jumlah mereka berapa?.”
Yuqana bertanya, “Jumlah mereka berapa?.”
Mereka menjawab,
“Seribu orang. Jarak mereka dari sini enam mil.”
Yuqana
menyuruh sebagian pasukannya agar bersembunyi.
Yuqana membawa pasukan dan sejumlah bathriq untuk menyerang Kaeb dan pasukannya.
Yuqana membawa pasukan dan sejumlah bathriq untuk menyerang Kaeb dan pasukannya.
Ternyata Kaeb
dan pasukannya sedang turun kesungai untuk memberi minum kuda dan berwudhu.
Kedatangan Yuqana dan pasukannya mengejutkan mereka.
Kaeb dan
pasukannya segera berbaris setelah yakin bahwa pasukan pembawa Salib itu
adalah lawan. Kaeb memperkirakan jumlah lawan 5.000 pasukan berkuda. Padahal
sebetulnya yang dilihat itu hanya setengahnya. Jumlah yang bersembunyi juga
sebanyak itu.
Kaeb
mendekati pasukannya untuk berkata, “Hai Penolong Agama Allah! Jumlah mereka
saya perkirakan 5.000 pasukan. Mereka akan kita kalahkan, seorang kalian
melawan lima orang.”
Pasukannya
menjawab, “Oke, demi Allah.”
Mereka telah saling mendekat. Yuqana isarah dengan anak panah yang belum diberi mata pada
pasukannya, agar segera menyerang Muslimiin.
Peperangan segera berkecamuk dengan sengit. Pasukan Muslimiin yang mengamuk dengan ganas, terkejut
oleh datangnya pasukan Yuqana dari tempat persembunyian. Muslimiin yang tadinya
menguasai medan, kini pecah menjadi tiga bagian. Ada yang lari; ada yang tetap
mengamuk atas pasukan Yuqana; ada yang menyerbu musuh yang baru berdatangan.
[1] Sebuah kamus menjelaskan: تاج العروس - (ج 1 / ص 3429)
القِنْطَارُ : مائةُ مثْقَالٍ المِثْقَالُ عشْرُون قِيرَاطاً
Artinya:
Satu qinthar ialah 100 mitsqal. Satu mitsqal ialah 20 qirath.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar