Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/09/16

KW 130: Perang Yarmuk (اليرموك)



 (Bagian ke-130 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Kemenangan akbar

Abu Ubaidah bersumpah, “Demi Allah kaum ini hanya mengharapkan keridhoan Allah, bukan duniawi,” pada pasukan Muslimiin.
Di tempat yang berbeda tewasnya Bathriq Jirjis telah dilporkan pada Raja Mahan. Dengan bersedih, Mahan menyuruh para petinggi militer agar mengumpulkan semua pasukan Romawi.
Di hadapan mereka, Mahan berkata pada sejumlah petinggi militer, “Dengarkan hai yang sering bertemu Raja Hiraqla! Sampaikan pada baginda nanti bahwa saya telah berjuang mati-matian untuk membela agama ini dan membela raja. Namun saya takkan mampu menghadapi Tuhannya langit yang telah menolong pasukan Arab melawan kita. Terus terang saya malu menghadap Raja Hiraqla dengan membawa kekalahan. Saya akan mencoba turun tangan langsung memerangi mereka. Sebelumnya Salib ini akan saya serahkan pada seorang, saya akan bertempur. Biarlah mati, yang penting tidak malu dan dimurkai oleh raja. Jika saya berhasil meraih kemenangan, raja pasti menilai saya sebagai pembelanya yang tangguh.”
Para petinggi militer ketakutan dan memohon, “Yang mulia! Jangan berperang sekarang! Jika mereka telah terbukti bisa membunuh kami, silahkan yang mulia menghajar mereka!.”
Mahan bersumpah demi empat Gereja teragung, bahwa dia tak mau dihalang-halangi dari berperang.[1] Akhirnya mereka membiarkan Mahan mempersiapkan diri.
Mahan memanggil putranya agar membawakan Salibnya dan perintah, “Gantilah kedudukan ayahmu di sini!.”
Barang mahal dari emas senilai 60.000 dinar telah dipersiapkan agar tambah kewibawaannya, sebelum Mahan berperang. Barang-barang dari emas itu menjadi sangat mahal karena diberi permata jenis jauhar.
Ketika hampir berangkat, seorang rahib datang untuk berkata, “Yang mulia, jangan berperang! Biar yang lain saja.”
Mahan bertanya, “Kenapa?.”
Dia menjawab, “Saya telah bermimpi yang saya artikan sebaiknya tuan jangan berperang.”
Mahan membentak, “Saya lebih baik mati daripada hina!.”

Sebelum berangakat, diupacarakan dengan agung dan khidmat untuk Mahan. Dalam upacara suci itu tubuh Mahan diolesi parfum bakhur (بخور) dan didoakan agar menang.
Dia yang telah berpengalaman perang itu memacu kudanya dengan busana perang mewah gemerlapan. Setelah dia membelah barisan pasukannya dan maju ke depan, menantang perang pasukan Muslimiin. Dia menyebut namanya, “Sayalah Mahan, siapa berani melawan?.”
Pasukan Muslimiin yang pertama kali tahu bahwa dia Mahan adalah Khalid bin Al-Walid. Khalid berkata, “Hai! Pimpinan tertinggi mereka telah muncul untuk menantang perang! Itu berarti mereka telah putus asa!.”
Mahan berteriak, “Sayalah Mahan, siapa berani melawan saya?!.”
Lelaki dari Aus muncul untuk berkata, “Saya orang yang rindu surga ingin melawanmu.”
Dengan gerak cepat sekali Mahan mengambil tongkat besi yang tadinya di bawah pahanya, untuk dipukulkan hingga lelaki Muslim itu terhuyung roboh dan wafat seketika, dan ruhnya memasuki surga.
Abu Hurairah menyampaikan persaksian: “Saya mengamati lelaki yang roboh dan berdarah karena pukulan Mahan itu, jarinya menunjuk ke langit, tidak mempedulikan tubuhnya rusak bermandi darah. Saat itulah saya menyadari bahwa lelaki Muslim sakarat itu berbahagia karena melihat bidadari bermata indah.”[2]  
Mahan menginjak mayat lelaki Muslim itu dengan bangga dan membusungkan dada. Lalu berteriak untuk menantang perang.
Beberapa pasukan Muslimiin berdoa, “Ya Allah, pastikan kematian dia di tanganku,” dan bergerak untuk melawan.
Namun yang pertama kali mendekati dia adalah Malik Annakhoi (مالك النخعي) RA. Malik mendahului berkata, “Hai orang kafir yang tidak khitan! Jangan bangga bisa membunuh kawan saya! Dia memang ingin segera bertemu Tuhannya! Kami semua juga ingin segera masuk surga! Kalau kau ingin bertetangga kami di surga ucapkanlah syahadat! Jalan agar kau selamat selain itu hanya menyerahkan pajak pada kami.”
Mahan bertanya, “Apakah kau sahabat Khalid?.”
Malik menjawab, “Nama saya Malik Annakhoi, sahabat Rasulillah SAW.”
Mahan menjawab, “Saya memilih berperang,” lalu mengayunkan tongkat besinya keras sekali hingga helm perang yang terpukul, “Brang!,” ringsek menutupi kening dan mata Malik.
Sejak itulah di belakang nama Malik diberi tambahan Al-Asytar (الأشتر) yang artinya lebih ringsek, karena peristiwa bersejarah yang membuat helm perangnya ringsek maksimal itu.
Malik hampir berlari, tetapi langkahnya terhenti oleh akalnya yang berkata, “Allah akan menolong saya.”
Dalam keadaan darah kepalanya bercucuran membasahi wajahnya, dia sempoyongan dan mengatur keseimbangan badan.
Mahan yakin sepenuhnya bahwa Malik yang kepalanya luka berat itu akan segera tewas. Tetapi Malik bergerak cepat untuk membalas pada Mahan. Pasukan Muslimiin berteriak, “Hai Malik! Berdoalah agar Allah menolong mengalahkan musuhmu!.”
Malik berdoa dan membaca shalawat, lalu pedangnya ditebaskan sekuat tenaga hingga melukai Mahan yang menghindar. Mahan terkejut dan merasa kesakitan, lalu memacu kudanya agar berlari cepat memasuki barisan pasukannya.
Orang-orang terkejut oleh teriakan Khalid, “Hai kaum yang akan dimenangkan yang serangannya membahayakan! Serang! Mumpung mereka ketakutan!.”
Khalid dan pasukan khususnya segera bergerak untuk menyerbu. Sejumlah pimpinan Muslimiin juga menggerakkan barisan mereka. Medan perang riuh oleh pekikan tahlil dan takbir; pedang-pedang berdenting karena berbenturan dengan perisai atau pedang.
Pasukan Romawi bertahan dengan gigih hingga sore hari. Tapi ketika matahari telah terbenam dan alam mulai gelap; pasukan Romawi berlari tunggang-langgang. Sebagain mereka tertangkap, yang lainnya terbunuh.
Jumlah yang terbunuh sekitar 100.000 pasukan; yang ditawan juga sejumlah itu; yang mati tenggelam di danau Annaqushah (الناقوصة) juga sekitar itu.
Banyak sekali mayat dari pasukan Romawi yang tidak dikenali. Yang berlari tunggang-langgang kebanyakan menuju gunung dan jurang. Semakin malam musuh yang tertawan dan terbunuh semakin banyak.
Pasukan Muslimiin berhenti setelah diperintah, “Biarkan mereka! Besok pagi kita lanjutkan!,” oleh Abu Ubaidah.
Pasukan Muslimiin sama pulang menuju tenda mereka untuk istirahat. Mereka membawa rampasan perang yang banyak sekali yang harganya mahal-mahal: mangkuk emas, teko emas, mangkuk perak, teko perak, bantal mewah, permadani istimewa, dan lain-lain yang serba bagus dan mahal.

Di malam yang indah itu Abu Ubaidah perintah pada sebagian pasukan Muslimiin agar mengumpulkan rampasan perang. Malam itu mereka berbahagia karena mendapatkan pertolongan Allah. Ternyata di malam itu pasukan Romawi yang tewas lagi di dalam danau Annaqushah bertambah banyak sekali.   

Kesaksian Chamid bin Majid (حامد بن مجيد) yang saat itu ikut berperang:
Abu Ubaidah ingin menjumlah pasukan Romawi yang tewas, namun tidak mampu, karena terlalu banyak. Dia perintah agar pasukan Muslimiin menebangi bambu-bambu di jurang, untuk menghitung jumlah pasukan Romawi yang sama mati.
Setelah hutan bambu itu ditebangi untuk tanda dan untuk menghitung yang sama tewas, akhirnya terjumlah 105.000 mayat.
Yang mati karam di dalam danau Annaqushah tidak terhitung karena terlalu banyak. Yang tertawan 40.000 orang.
Pasukan Muslimiin yang gugur 4.000 orang. Banyak juga kepala yang telah lepas dari tubuhnya.
Abu Ubaidah tidak tahu itu kepalanya orang Muslim atau orang Romawi. Abu Ubaidah menshalati pasukan Muslimiin yang sama gugur, lalu mencari pasukan Romawi yang sama lari menuju gunung dan jurang.
Dalam pencarian itu Abu Ubaidah dan pasukannya menjumpai seorang penggembala. Mereka bertanya pada penggembala, “Apakah ada pasukan Romawi yang lewat ke sini?.”
Penggembala menjawab, “Ada seorang bathriq yang membawa pasukan berjumlah sekitar 40.000 orang.”   

Bathriq yang membawa 40.000 pasukan itu adalah Raja Mahan. Khalid menyiapkan pasukannya yang bernama Azzachf (الزحف) yang artinya pengobrak-abrik, untuk mengejar mereka.
Saat Khalid menjumpai mereka di kota Damaskus (Dimasyqa/دمشق), meneriakkan takbir, dan pasukannya mengikuti bertakbir. Serangan dilancarkan dengan sengit, dan pasukan Romawi berguguran dan berlarian. Mahan loncat dari kudanya untuk kabur sambil membuang pakaian kebesaran yang dikenakan agar tidak dikenali dan tidak dibunuh.
Dia juga memohon ampunan pada lelaki Muslim bernama Annukman bin Jahlah (النعمان بن جهلة) yang menangkapnya, namun lelaki itu menebaskan pedangnya hingga Mahan tewas.[3]
Para tokoh penduduk Damaskus berdatangan untuk menemui Khalid dan berkata, “Kami masih akan melangsungkan perjanjian yang telah kami sepakati dengan kalian.”
Khalid menjawab, “Kalian memang berkewajiban melaksanakan perjanjian itu.”
Lalu Khalid menggerakkan pasukanya untuk menyerang pasukan Romawi yang lari. Mereka yang melawan justru tewas, dan yang menyerah, ditawan. Pengejaran berlangsung hingga Khalid dan pasukannya sampai gunung Iqab (العقاب).
Kahlid dan pasukannya menunggu mereka di bawah gunung selama sehari. Pengejaran dilanjutkan hingga sampai kota Chims (حمص).
Abu Ubaidah dan pasukannya juga datang ke kota itu, setelah mendengar kabar bahwa Khalid dan pasukannya berada di kota itu. Dari kota Damaskus itulah Abu Ubaidah perintah sejumlah tokoh agar menggerakkan pasukan Muslimiin untuk mencari pasukan Romawi yang berlari.
Ketika mereka telah pulang dari menyelesaikan tugas, Abu Ubaidah mengumpulkan rampasan perang untuk dibagi menjadi lima. Yang seperlima dikirimkan pada Umar bin Al-Khatthab RA bersama surat pengantar:
بسم الله الرحمن الرحيم وصلوات الله على نبيه المصطفى ورسوله المجتبى صلى الله عليه وسلم، من أبي عبيدة عامر بن الجراح: أما بعد فأنا أحمد الله الذي لا إله إلا هو وأشكره على ما أولانا من النعم وخصنا به من كرمه ببركات نبي الرحمة وشفيع الأمة صلى الله عليه وسلم، واعلم يا أمير المؤمنين أني نزلت اليرموك ونزل ماهان مقدم جيوش الروم بالقرب منا ولم ير المسلمون أكثر جمعاً منه فأقصى الله تلك الجموع ونصرنا عليهم بمنه وكرمه وفضله فقتلنا منهم زهاء من مائة ألف وخمسة آلاف وأسرنا منهم أربعين ألفاً واستشهد من المسلمين أربعة آلاف ختم الله لهم بالشهادة ووجدت في المعركة رؤوساً مقطوعة لم أعرفها فصليت عليها ودفنتها وقتل ماهان على دمشق قتلة عاصم بن خوال، وقد كان قبل وقعة الانفصال نصب عليهم رجل منهم يقال له أبو الجعيد من أهل حمص حيلة فألقاهم في موضع يقال له الناقوصة فغرق منهم ما لا يحصى عددهم إلا الله تعالى، وأما من قتل من المشركين في الأودية والجبال من المنهزمين وغيرهم وأخذت عدتهم فتسعون ألفاً وقد ملكنا أموالهم وخيولهم وحصونهم وبلادهم وكتبنا إليك هذا الكتاب بعد الفتح ونزلنا في دمشق والسلام عليك ورحمة الله وبركاته وعلى جميع المسلمين
Artinya:
Dengan nama Allah: Ar-Rohman, Ar-Rocim. Sholawat Allah semoga melimpah pada nabi-Nya SAW yang dipilih. Dari Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrach, ammaa ba’d:
Saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya juga mensyukuri anugrah khusus yang diberikan pada kami berkat nabi rahmat dan penyafaat umat SAW. Ketahuilah ya Amiral mukminiin, bahwa sungguh kami telah pergi ke Yarmuk (untuk berperang).
Raja Mahan sebagai panglima perang Romawi bertempat di dekat kami. Menurut pasukan Muslimiin yang menyertaiku, “Tidak ada pasukan perang (musuh) yang jumlahnya sebanyak itu.”
Namun ternyata Allah menolong kami dengan anugrah, kemuliaan, dan kefadholan-Nya, mengalahkan mereka.
Pasukan mereka yang kami bunuh berjumlah sekitar 105.000 orang. Yang kami tawan berjumlah 40.000 orang.
Pasukan Muslimiin yang gugur sebagai syuhada 4.000 orang. Potongan kepala orang yang tidak kami ketahui milik siapa jumlahnya cukup banyak, kami shalati dan kami kubur, karena siapa tahu itu semua kepala kaum Muslimiin.
Mahan tertangkap dan dibunuh di kota Damaskus oleh Ashim bin Khawwal.
Sebelum peperangan berakhir ada tokoh Nashrani kota Chims bernama Abul-Juaid, yang menolong kami menipu pasukan Romawi. Dialah yang berjasa menipu hingga musuh sama terperosok pada danau sangat luas dan dalam sekali bernama Annaaqushah.
Yang tahu jumlah mereka yang terperosok dan tewas karam di dalamnya, hanya Allah.
Ada lagi pasukan mereka berjumlah 90.000 orang yang kami bunuh di jurang-jurang dan gunung-gunung dan lainnya. Kami merampas harta, kuda, raumah mewah, dan kota-kota mereka.
Kami menulis surat ini setelah kami menang, lalu kami kembali ke Damaskus lagi. Semoga Salam, Rahmat, dan Barokah melimpah pada kau dan pada semua Muslimiin.   


[1] Empat Gereja teragung ialah Di: 1), Anthaqiyah. 2), Iskandariyah (Mesir). 3), Romawi. 4), Qusthanthin. (تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 573))
[2] Mengenai itu Al-Waqidi menulis: فتوح الشام - (ج 1 / ص 175)
قال أبو هريرة رضي الله عنه: فنظرت إلى الغلام عندما سقط وهو يشير بإصبعه نحو السماء ولم يهله ما لحقه فعلمت أن ذلك لفرحه بما عاين من الحور العين
[3] Asalnya yang membunuh Mahan tidak diketahui: mungkin Annukman bin Jahlah atau Ashim bin Khawwal Al-Yarbui. Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 176)
وكان ماهان قد ترجل عن جواده، وقيل إنه ترجل ينكر نفسه ويسلم من القتل فأتاه رجل من المسلمين فحامى عن نفسه فقتله الرجل، وكان قاتله النعمان بن جهلة الأزدي وعاصم بن خوال اليربوعي وقد اختلفوا في أيهما قتل ماهان.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar