(Bagian
ke-127 dari seri tulisan Khalid bin Walid)[1]
Bidadari
membawa teko (abariq/أباريق)
Pasukan Muslimiin
terperangah saat menyaksikan para Muslimaat mengamuk mati-matian dengan senjata
atas musuh. Seorang Muslim berkata pada kawannya, “Kita lah yang lebih
berkewajiban memerangi lawan.”
Khaulah
bintil Azwar melawan lelaki yang menyerang seorang Muslim. Kepala Khaulah
ditebas dengan pedang, namun hanya sanggulnya yang putus dan kepalanya tergores
karena menghindar. Hingga darahnya bercucuran.
Khaulah
sempoyongan dan rebah ke tanah; Afirah binti Affan menebaskan pedangnya pada
lelaki yang melukai Khaulah, dan berteriak, “Demi Allah lelaki ini telah
membuat marah Dhirar karena melukai saudara perempuannya.” Lelaki itu roboh dan
tewas bersimbah darah.
Afirah
membantali kepala Khaulah yang berdarah dengan pahanya, dan bertanya,
“Bagaimana kau?.”
Khaulah
menjawab, “In syaa Allah nggak apa-apa. Hanya karena lukanya berat,
tolong panggilkan Dhirar.”
Afirah
menjawab, “Saya tidak tahu orangnya di mana.”
Saat itu
perang sedang berkobar-kobar menggila. Khaulah berdoa, “Ya Allah, jadikanlah
saya sebagai pengganti saudara lelaki saya. Jangan Kau matikan dia agar Islam tidak
kehilangan dia.” Lalu dia berusaha berdiri namun tidak mampu karena lukanya
parah. Beberapa wanita menggendong dia menuju tempat yang aman.
Ketika malam
tiba, Khaulah telah lincah lagi, bahkan bisa mengeluarkan minuman untuk
sejumlah Muslimiin. Saudara laki-laki Khaulah bernama Dhirar memandangi
kepalanya yang telah membaik dengan takjub. “Kepalamu terkena apa?,”
tanya Dhirar.
Khaulah
menjawab, “Dipedang oleh orang, tapi dia telah dibunuh oleh Afirah.”
Dhirar
menghibur, “Saudariku, berbahagialah dengan surga. Lukamu telah kubalaskan
berkali-kali. Banyak sekali musuh yang telah saya bunuh.”
Perang yang
berkecamuk sejak pagi itu makin lama makin berat karena musuh melaut dan ganas
sekali. Semua pasukan Muslimiin sibuk sekali melawan serangan lawan. Bahkan Abu
Ubaidah dan para pimpinan lainnya sama sibuk berperang dengan garang hingga
petang. Perang dihentikan setelah pasukan Romawi yang tewas berserakan
berjumlah 40.000 lebih.
Karena pedang
pasukan Romawi banyak yang kuat, 9 pedang Khalid patah ketika berbenturan keras
sekali berkali-kali. Khalid memilih 100 lelaki pemberani dari Jaisuz-Zachf (pasukan
pengobrak-abrik) untuk mendampingi menyerang.
Pasukan
Romawi yang berada di bagian tengah berbusana jenis sutra Dibaj dan Charir,
berkuda putih dan kelabu. Ditengah mereka ada Salib dari jauhari gemerlapan,
yang dibawa lari cepat untuk menyerang, hingga pasukan Muslimiin mundur ke
belakang.
Pasukan sayap
kanan Romawi menyerang hingga pasukan sayap kiri Muslimiin juga mundur.
Pasukan sayap
kiri Romawi menyerang hingga pasukan sayap kanan Muslimiin mundur terdesak.
Para wanita Muslimaat menampar pipi dan berteriak, “Takutlah Allah!. Jangan
mundur! Takutlah Tuhan kalian!.”
Yang
menghibur sekaligus memberi semangat pasukan Muslimiin adalah Najmu bin Mufrich
(نجم بن مفرح). Dia pandai menyusun kata-kata indah dan sangat pemberani. Di
tengah peperangan itu dia melantunkan syair dengan nada tinggi:
Hai semuanya
Ini hari
kemenangan yang tak ada bandingan setelahnya
Kalian telah
makin mendekatinya
Surga takkan
teraih kecuali dengan
Ketabahan dan
perjuangan yang memberatkan
Demi Allah
surga takkan diraih oleh orang yang benci perjuangan
Ada surga di
atas beberapa langit
Yang tak
mungkin dimiliki oleh yang berjuangnya pelit
Di atasnya
surga-surga tempat para syuhada
Oleh itu
buatlah ridha
Yang Maha
Tahu barang ghoib dan shahada
Kini jihad
telah berkobar
Kemunafikan
akan segera bubar
Kita pengikut
nabi akhir zaman
Jangan
menjauhi pertolongan
Gembirakanlah
ruh Al-Mushthafa
Dengan cara
tabah di medan laga
Kokohkan
tekat
Sucikanlah
niat
Jangan lari
ke belakang
Karena
berakibat masuk neraka yang garang
Dan dimurkai
yang Maha Menang
Demi yang
telah menulis segala qadar
Dan membuat
falak berputar
Segala
sesuatu di SisiNya telah ditentukan
Para bidadari
bermata indah telah besolek untuk menyambut kalian
Membawa teko
dan gelas diisi air
Dari mata air
Yang serius
mencari perumahan abadi
Takkan peduli
pada yang terjadi
Serbulah
mereka dengan sungguhan
Agar berhasil
menggapai harapan
Tusuklah dada
agar
Diganjar bidadari
yang bergebyar
Tusukkanlah
senjata
Sebagai
syarat masuk surga
Berbusanalah
kesabaran
Agar mendapat
ganjaran
Beramallah untuk
menggembirakan kaum iman
Jangan justru
tersesat
Agar tak
masuk Jahannam yang dahsyat
Bersama kaum
kafir yang bejat
Selisihilah
keyakina mereka, ikutilah orang-orang yang telah lewat
Dan
dengarkanlah ayat yang hebat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ
بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Ayo
menyerbu jangan ragu
Berjihadlah
agar beruntung seperti para mujahidiin
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Berkat syair
Najmu, pasukan Muslimiin maju ke depan untuk menyerang dengan garang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar