(Bagian ke-95 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Lelaki
itu telah menghadap sang bathriq dengan menunduk-nunduk dan memberikan surat
dari Abu Ubaidah. Dia terkejut ketika ditanya, “Apa kamu telah murtad untuk
mengikuti agama kaum Arab itu?!.”
Dia
menjawab, “Tidak, tetapi memang saya telah menjadi tanggungan (dzimi/dzimah)
mereka. Bahkan anak, keluarga dan harta saya, mereka lindungi. Tetapi setahu
kami mereka itu orang-orang baik. Menurut saya sebaiknya mereka jangan dilawan,
mereka sangat kuat sekali, mereka tidak takut mati. Dalam perang yang sangat
mengerikan mereka justru lebih ingin menyambut kematian daripada agama mereka
rusak. Saya yakin sepenuhnya bahwa akhirnya mereka akan berhasil menguasai kota
ini; dan kalian akan menyerahkan kota ini pada mereka. Bahkan mungkin Allah
akan menaklukkan kota ini melalui tangan mereka. Demi agamaku kalian lebih saya
cintai daripada mereka. Saya juga ingin mendukung kalian sepenuhnya. Tetapi
terus terang saya sangat takut dengan serangan mereka yang sangat ganas.
Sebaiknya tuan menyerah saja pada mereka daripada nantinya menyesal.”
Penguasa
kota Himsh (Homs) mendengar penuturan pembawa surat mengenai kaum Arab, dengan
benci dan murka. Ketika kebencian dan kemurkaannya telah memuncak, dia
menggertak, “Demi kebenaran Al-Masih dan Injil! Kalau kamu bukan utusan mereka!
Pasti saya telah perintah agar lidahmu dipotong! Kamu berani-beraninya
berbicara begitu di hadapanku!.”
Lelaki
itu bergetar ketakutan; raja Chimsh membaca surat Abu dari Ubaidah dengan
seksama. Raja bawahan Hiraqla itu perintah pada juru tulisnya agar menuliskan
jawaban.
Jawaban
dimulai dengan kalimat kafir, lalu:
“Hai
orang-orang Arab! Surat kalian telah kami terima dan telah kami pahami
maksudnya, berupa ancaman kalian. Kami tidak seperti para kaum Syam yang telah
kalian taklukkan. Ketahuilah bahwa Hiraqla raja atasanku pasti akan menolong
kami. Kami akan melawan kalian! Beteng kami yang kokoh berpintu dari besi, dan
serangan kami sangat dahsyat.”
Raja
Harbis melipat dan menyerahkan surat itu pada lelaki di hadapannya agar segera
diantarkan pada Abu Ubaidah. Sejumlah pegawai Raja Harbis menurunkan lelaki
pembawa surat itu dengan tali dari atas beteng. Lelaki itu bergegas menghadap
Abu Ubaidah untuk menyampaikan surat Raja Harbis penguasa Chimsh.
Surat
dibaca di pertengahan kaum Muslimiin.
Pasukan
Muslimiin mempersiapkan perang; Abu Ubaidah membagi pasukan menjadi 4 golongan.
Golongan pertama dipimpin oleh Al-Musayab bin Najiyah Al-Fazari (المسيب بن نجية الفزاري), menempati posisi depan pintu gerbang Jabal, bersebelahan
dengan pintu gerbang Shoghir.
Golongan
kedua dipimpin oleh Marqal bin Hisyam bin Uqbah bin Abi Waqqash (المرقال بن هشام بن عقبة بن أبي وقاص), menempati posisi depan pintu gerbang Rostaq (الرَّسْتقُ).
Golongan
ketiga dipimpin Yazid bin Abi Sufyan, menempati posisi di depan pintu gerbang
Syam.
Abu
Ubaidah dan Khalid bin Al-Walid memimpin golongan terakhir di depan pintu
gerbang Shoghir.
Semua
golongan mendobrak dan mendorong pintu gerbang yang di depan mereka. Mereka tak
peduli meskipun batu-batu dan anak panah dari atas beteng bertubi-tubi
menghantam dan menghajar sebagian mereka. Pasukan Muslimiin berkali-kali
membalas serangan dengan sengit, dengan anak panah yang mematikan.
Ketika
hari mulai gelap; dua kubu menarik pasukan mereka masing-masing.
Di
pagi yang cerah itu Khalid bin Al-Walid mengumpulkan semua hamba-sahaya milik
pasukan Muslimiin, untuk diperintah agar membawa pedang dan mendorong semua
pintu gerbang yang ada. Mereka pun bergerak serempak mendobrak dan mendorong
pintu-pintu gerbang. Batu-batu dan anak panah dari atas beteng, mereka tangkis
dengan perisai. Pertempuran yang seru itu berlangsung cukup lama, menimbukan
suara yang gaduh membisingkan.
Abu
Ubaidah bertanya pada Khalid, “Tujuanmu apa dengan ini semua?.”
Khalid
menjawab, “Tenang tuan, jangan marah dulu. Tenaga kita kita persiapkan untuk
menyerang jika mereka telah keluar dari pintu gerbang.”
Abu
Ubaidah berkata, “Kalau begitu silahkan, semoga Allah memberimu petunjuk.”
Khalid
mendekati 4.000 hamba-sahaya untuk perintah: “Doronglah pintu gerbang itu!.”
Dan
perintah pada 1.000 orang Arab agar membantu mereka. Serangan pasukan Chimsh
dari atas; dan perlawanan kaum hamba-sahaya dari bawah terus berlangsung dengan
sengit. Banyak juga pasukan Chimsh di atas beteng yang tertembus anak panah
lalu jatuh ke bawah dan tewas. Hiruk-pikuk, teriakan dan pukulan pada pintu
gerbang ribut membisingkan mengusir sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar