Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/07/12

KW 95: Raja Chimsh Murka

(Bagian ke-95 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Lelaki itu telah menghadap sang bathriq dengan menunduk-nunduk dan memberikan surat dari Abu Ubaidah. Dia terkejut ketika ditanya, “Apa kamu telah murtad untuk mengikuti agama kaum Arab itu?!.”
Dia menjawab, “Tidak, tetapi memang saya telah menjadi tanggungan (dzimi/dzimah) mereka. Bahkan anak, keluarga dan harta saya, mereka lindungi. Tetapi setahu kami mereka itu orang-orang baik. Menurut saya sebaiknya mereka jangan dilawan, mereka sangat kuat sekali, mereka tidak takut mati. Dalam perang yang sangat mengerikan mereka justru lebih ingin menyambut kematian daripada agama mereka rusak. Saya yakin sepenuhnya bahwa akhirnya mereka akan berhasil menguasai kota ini; dan kalian akan menyerahkan kota ini pada mereka. Bahkan mungkin Allah akan menaklukkan kota ini melalui tangan mereka. Demi agamaku kalian lebih saya cintai daripada mereka. Saya juga ingin mendukung kalian sepenuhnya. Tetapi terus terang saya sangat takut dengan serangan mereka yang sangat ganas. Sebaiknya tuan menyerah saja pada mereka daripada nantinya menyesal.”
Penguasa kota Himsh (Homs) mendengar penuturan pembawa surat mengenai kaum Arab, dengan benci dan murka. Ketika kebencian dan kemurkaannya telah memuncak, dia menggertak, “Demi kebenaran Al-Masih dan Injil! Kalau kamu bukan utusan mereka! Pasti saya telah perintah agar lidahmu dipotong! Kamu berani-beraninya berbicara begitu di hadapanku!.”
Lelaki itu bergetar ketakutan; raja Chimsh membaca surat Abu dari Ubaidah dengan seksama. Raja bawahan Hiraqla itu perintah pada juru tulisnya agar menuliskan jawaban.

Jawaban dimulai dengan kalimat kafir, lalu:
“Hai orang-orang Arab! Surat kalian telah kami terima dan telah kami pahami maksudnya, berupa ancaman kalian. Kami tidak seperti para kaum Syam yang telah kalian taklukkan. Ketahuilah bahwa Hiraqla raja atasanku pasti akan menolong kami. Kami akan melawan kalian! Beteng kami yang kokoh berpintu dari besi, dan serangan kami sangat dahsyat.”
Raja Harbis melipat dan menyerahkan surat itu pada lelaki di hadapannya agar segera diantarkan pada Abu Ubaidah. Sejumlah pegawai Raja Harbis menurunkan lelaki pembawa surat itu dengan tali dari atas beteng. Lelaki itu bergegas menghadap Abu Ubaidah untuk menyampaikan surat Raja Harbis penguasa Chimsh.

Surat dibaca di pertengahan kaum Muslimiin.
Pasukan Muslimiin mempersiapkan perang; Abu Ubaidah membagi pasukan menjadi 4 golongan. Golongan pertama dipimpin oleh Al-Musayab bin Najiyah Al-Fazari (المسيب بن نجية الفزاري), menempati posisi depan pintu gerbang Jabal, bersebelahan dengan pintu gerbang Shoghir.
Golongan kedua dipimpin oleh Marqal bin Hisyam bin Uqbah bin Abi Waqqash (المرقال بن هشام بن عقبة بن أبي وقاص), menempati posisi depan pintu gerbang Rostaq (الرَّسْتقُ).
Golongan ketiga dipimpin Yazid bin Abi Sufyan, menempati posisi di depan pintu gerbang Syam.
Abu Ubaidah dan Khalid bin Al-Walid memimpin golongan terakhir di depan pintu gerbang Shoghir.

Semua golongan mendobrak dan mendorong pintu gerbang yang di depan mereka. Mereka tak peduli meskipun batu-batu dan anak panah dari atas beteng bertubi-tubi menghantam dan menghajar sebagian mereka. Pasukan Muslimiin berkali-kali membalas serangan dengan sengit, dengan anak panah yang mematikan.
Ketika hari mulai gelap; dua kubu menarik pasukan mereka masing-masing.

Di pagi yang cerah itu Khalid bin Al-Walid mengumpulkan semua hamba-sahaya milik pasukan Muslimiin, untuk diperintah agar membawa pedang dan mendorong semua pintu gerbang yang ada. Mereka pun bergerak serempak mendobrak dan mendorong pintu-pintu gerbang. Batu-batu dan anak panah dari atas beteng, mereka tangkis dengan perisai. Pertempuran yang seru itu berlangsung cukup lama, menimbukan suara yang gaduh membisingkan.
Abu Ubaidah bertanya pada Khalid, “Tujuanmu apa dengan ini semua?.”
Khalid menjawab, “Tenang tuan, jangan marah dulu. Tenaga kita kita persiapkan untuk menyerang jika mereka telah keluar dari pintu gerbang.”
Abu Ubaidah berkata, “Kalau begitu silahkan, semoga Allah memberimu petunjuk.”

Khalid mendekati 4.000 hamba-sahaya untuk perintah: “Doronglah pintu gerbang itu!.”
Dan perintah pada 1.000 orang Arab agar membantu mereka. Serangan pasukan Chimsh dari atas; dan perlawanan kaum hamba-sahaya dari bawah terus berlangsung dengan sengit. Banyak juga pasukan Chimsh di atas beteng yang tertembus anak panah lalu jatuh ke bawah dan tewas. Hiruk-pikuk, teriakan dan pukulan pada pintu gerbang ribut membisingkan mengusir sepi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar