Ketika pengikut Nabi Muhammad SAW di Makkah semakin
banyak, kaum Kafir semakin benci, sehingga ada yang tega menyiksa dengan sadis.
Kaum Iman sangat
sedih dan terhina.
Allah menghibur sekaligus mengajarkan Ilmu, melalui Wahyu yang disebut Surat
Al-Buruj. Agar kaum Iman sabar dan bijaksana:
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ
الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ
أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا
نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8)
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
شَهِيدٌ (9) إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ
يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ (10) إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ (11) إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ
لَشَدِيدٌ (12) إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ (13) وَهُوَ الْغَفُورُ
الْوَدُودُ (14) ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ (15) فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ (16) هَلْ
أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ (17) فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ (18) بَلِ الَّذِينَ
كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ (19) وَاللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ (20) بَلْ هُوَ
قُرْآنٌ مَجِيدٌ (21) فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ (22)
Artinya:
Demi langit yang memilik Buruj (jalan
matahari dan bulan). Demi hari yang dijanjikan. Demi saksi dan yang disaksikan.
Pelaku kejahatan dengan Jurang Api berkobar ‘telah dilaknat’. Ketika itu mereka duduk di atasnya. Mereka saksi atas yang
mereka lakukan. Dan mereka (pelaku kejahatan) tidak menyiksa, kecuali karena sebagian mereka ‘beriman pada Allah yang Maha Mulia Maha Terpuji. Pemilik kerajaan beberapa langit dan bumi. Dan Allah
Maha menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya kaum yang telah merusak kaum Iman laki-laki dan perempuan, lalu tidak bertobat, mendapat siksa Jahanam dan siksa Bakar.
Sesungguhnya orang-orang yang telah beriman dan beramal solih, berhak mendapat Surga-Surga yang dari bawahnya, mengalir sungai-sungai. Itu keuntungan sangat besar. Sungguh
Pukulan Tuhanmu niscaya Sangat Dahsyat. Sungguh Dia memulai dan mengulangi. Dan
Dia Maha Pengampun Maha Senang. Pemilik Arasy Maha Agung. Yang sangat melakukan
pada yang Dia Kehendaki. Bukankah cerita Pasukan-pasukan Fir’aun dan Tsamud ‘telah
datang padamu?’ Namun kaum Kafir dalam rangka mendustakan. Padahal Allah
meliputi dari belakang mereka. Yang benar dia Al-Qur’an yang agung, di Lauch
(Papan) yang dijaga.
Melalui Surat itu, Allah mengingatkan ‘Tindakan kejam Raja Dzu Nuwas (ذو نُوَاسٍ)’ di negeri Yaman atau Najron. Yang
terjadi 70 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. “Dia dipanggil 'Dzu Nuwas (ذو نُوَاسٍ)'
karena rambutnya gondrong terurai ke pundak,” terang sejarawan Islam
penulis Tajul-Urus.
Muslim juga meriwayatkan kisah ini, di dalam kitabnya, namun tidak menyebutkan namanya.
Muslim juga meriwayatkan kisah ini, di dalam kitabnya, namun tidak menyebutkan namanya.
Dzu Nuwas (ذو نُوَاسٍ) yang nama sebenarnya Yusuf atau Zur’ah,
beragama Yahudi. Dan memaksa rakyatnya agar beragama Yahudi, dan agar menyembah
kepadanya.
Ketika seorang rahib bernama Faimiyun, beragama Islam penganut Isa AS, mendapat pengikut seorang remaja bernama Abdullah bin Tamir, atau Abdullah bin Tsamir, masyarakat awam mulai sadar bahwa ternyata ajaran Islam yang diajarkan oleh Faimiyun ‘sangat baik’.
Ketika seorang rahib bernama Faimiyun, beragama Islam penganut Isa AS, mendapat pengikut seorang remaja bernama Abdullah bin Tamir, atau Abdullah bin Tsamir, masyarakat awam mulai sadar bahwa ternyata ajaran Islam yang diajarkan oleh Faimiyun ‘sangat baik’.
Ketika Abdullah bin Tamir membunuh singa
jantan besar, atau ular besar yang menghalang-halangi jalan raya, masyarakat
Najron takjub dan mengatakan, “Dia telah berilmu tinggi.”
Guru Abdullah bin Tamir dua 1), penyihir Raja
Dzu Nuwas yang sudah tua 2), Rahib Faimiyun yang tiap malam rumahnya terang,
meskipun tiada api yang dinyalakan. Karena barokah dia membaca Taurat dan Injil. [1]
Rahib Faimiyun pernah akan disergap ular Tinnin. Yaitu
ular sangat besar berleher dan berkepala tujuh. Di hari Jumat itu, Sholih
berteriak keras sekali, “Hai Faimiyun! Larilah agar tidak dimangsa oleh ular Tinnin!.”
Tak tahunya ular itu mati karena didoai, hingga Sholih makin takjub pada Faimiyun.
Tak tahunya ular itu mati karena didoai, hingga Sholih makin takjub pada Faimiyun.
Sebelum datang ke Najron, Faimiyun juga pernah berdoa hingga datang angin besar menumbangkan pohon sangat besar, yang
disembah oleh masyarakat luas. Bahkan pernah ada orang mengundang dia ke
rumahnya, “Saya ingin bicara penting.”
Setelah datang, Faimiyun melihat famili orang
yang mengundang ‘berselimut rapat’ karena sakit keras tak terobati, atau
kerasukan jin. Dia sembuh berkat doa Faimiyun.
Nama Abdullah bin Tamir melambung, ketika
famili Raja Dzu Nuwas didoakan hingga sembuh dari butanya. Raja bertanya,
“Siapa yang menyembuhkan kau?.”
Dia menjawab, “Tuhanku.”
Raja terkejut dan bertanya, “Berarti kamu
punya Tuhan selain aku?.”
Dia menjawab, “Tuhan saya dan Tuhan tuan,
Allah yang memiliki kerajaan beberapa langit dan bumi.”
Raja memanggil dan menyiksa hingga Faimiyun dan famili yang barusan sembuh dari kebutaan ‘tewas’. Lalu perintah pada
pasukannya, “Bawalah dia ke tengah lautan sana! Untuk dilemparkan! Agar
tewas!.”
Sejumlah pasukan mengikat dan
membawa Abdullah
bin Tamir, ke
tengah laut, dengan perahu. Di sana Abdullah berdoa, “اللَّهُمَّ
اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ.” Baca: Allahumma kfiniihim bimaa
syi’Ta. Artinya: Ya Allah bereskanlah urusan saya terserah bagaimana Kau
menghendaki.
Ada ombak besar mengamuk, menenggelamkan
dan menewaskan pasukan. Abdullah bin Tamir selamat dan pulang menghadap raja.
Pada pasukan, Raja marah dan perintah, “Bawalah dia
ke puncak gunung! Untuk dilemparkan! Agar tewas!.”
Sejumlah pasukan mengikat dan membawa Abdullah ke puncak gunung yang tinggi. Tetapi doa Abdullah mengakibatkan gunung
bergoncang, hingga mereka jatuh dan tewas.
Abdullah selamat dan menghadap raja untuk
berkata, “Kalau ingin membunuh saya, ambillah anak panahku ini. Untuk kau
panahkan pada diriku. Sebelumnya, kumpulkanlah rakyat semuanya, di tanah
lapang. Bacalah, “بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ,” lalu panahlah saya. [2]
Rakyat Najron telah berkumpul banyak sekali,
untuk menyaksikan 'raja memanah Abdullah.
Kaum yang benci agama Abdullah bersuka ria; kaum
yang senang, sedih sekali.
Ketika raja berteriak, “بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ,”; rakyat Najron terkejut oleh anak panah yang melesat cepat menembus pelipis Abudullah.
Ketika raja berteriak, “بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ,”; rakyat Najron terkejut oleh anak panah yang melesat cepat menembus pelipis Abudullah.
Banyak orang yang puas atas gugurnya
Abdullah. Namun 20.000 orang di antara mereka, memekikkan, “Aamannaa
bi Robbil ghulam,” artinya, kami semua beriman pada Tuhan pemuda itu.
Kemurkaan raja memuncak. Dia perintah agar
jurang-jurang dipenuhi tumpukan kayu sebanyak-banyaknya. Untuk membakar kaum
pengikut agama Nabi Isa AS, yang diajarkan oleh Faimiyun dan Abdullah bin
Tamir.
ولم ينج منهم سوى رجل
واحد يقال له: دوس ذو ثَعلبان، ذهب فارسا، وطَرَدُوا وراءه فلم يُقدَر عليه، فذهب
إلى قيصر ملك الشام، فكتب إلى النجاشي ملك الحبشة، فأرسل معه جيشًا من نصارى
الحبشة يقدمهم أرياط وأبرهة، فاستنقذوا اليمن من أيدي اليهود، وذهب ذو نواس هاربًا
فَلَجَّج في البحر، فغرق. واستمر مُلْكُ الحبشة في أيدي النصارى سبعين سنة، ثم
استنقذه سيف ابن ذي يزن الحميري من أيدي النصارى، لما استجاش بكسرى ملك الفرس،
فأرسل معه من في السجون، وكانوا قريبًا من سبعمائة، ففتح بهم اليمن، ورجع الملك
إلى حمير
Artinya:
Dari
orang 20.000 itu, tak seorang pun selamat dari pembakaran masal. Kecuali
seorang lelaki bernama Daus Dzu Tsa’laban. [3] Dia berlari dengan kuda menghindari
kejaran pasukan berkuda, yang tak mampu menangkap. Kudanya dipacu sekencang-kencangnya
menuju raja Syam.
Raja Syam kirim surat
pada raja Najasyi penguasa negeri Chabasyah, agar menyerang kerajaan Najron.
Raja Najasyi mengirim pasukan Nashrani
Chabasyah di bawah pimpinan Aryath dan Abrahah, untuk menolong kaum Nashrani
Najron Yaman, dari penganiayaan penguasa Yahudi.
Dzu Nuwas melarikan diri ke tengah laut, hingga tenggelam dan tewas.
Hari-hari berikutnya kerajaan Najron atau Tubak dikusai oleh kaum Nashrani, selama 70 tahun. Kerajaan itu direbut lagi oleh Saif bin Dzi Yazan Al-Chimyari (سيف ابن ذي يزن الحميري), atas bantuan Kisro raja Persia.
Saif bin Dzi Yazan mengelurkan sekitar 700 orang dari penjara, agar mendukung perjuangannya melawan kaum Nashrani. Hingga dia berhasil memenangkan peperangan. Dan kerajaan Chimyar, Najron, atau Tubak, kembali lagi merdeka.
Hari-hari berikutnya kerajaan Najron atau Tubak dikusai oleh kaum Nashrani, selama 70 tahun. Kerajaan itu direbut lagi oleh Saif bin Dzi Yazan Al-Chimyari (سيف ابن ذي يزن الحميري), atas bantuan Kisro raja Persia.
Saif bin Dzi Yazan mengelurkan sekitar 700 orang dari penjara, agar mendukung perjuangannya melawan kaum Nashrani. Hingga dia berhasil memenangkan peperangan. Dan kerajaan Chimyar, Najron, atau Tubak, kembali lagi merdeka.
Hikmah yang terkandung di dalam surat itu di antaranya: Menindak sadis atas orang baik ‘sejak dulu’ telah terjadi. Oleh karena itu, penguasa atau orang berpengaruh, jangan ‘gegabah mengatakan sesat’ pada suatu kaum. Karena bisa berakibat
fatal yang merugikan orang lemah seperti kisah di atas.
Eno bertanya, “Apa betul matahari juga
berjalan?.”
Liti menjawab, “Selain berputar juga
berkeliling ke kiri jauh di bawah Arasy, melewati 12 tempat yang disebut Al-Buruj. Lihatlah gambarnya.”
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[3] Sebagian riwayat menjelaskan, “Dia
membawa kitab suci yang telah terbakar sebagian, pada raja Syam. Sebagai bukti
penganiayaan Raja Dzu Nuwas atas kaum Nashrani.” Di bawah ini 'lukisan ketika pendamping Raja Dzu Nuwas membakar 20.000 kaum Muslim' dengan jurang berapi. Di bawahnya lagi, gambar 12 buruj melingkar, jalan matahari dan bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar