Abud-Darda’ termasuk sahabat nabi SAW yang rajin mengaji. Dia yang kehidupannya sangat sederhana ini sangat benci melihat orang shalat sendirian, tidak berjamaah. Dia sangat mengagungkan sahabat nabi SAW yang panggilannya Ibnul-Chanzhaliyah (ابْنُ الْحَنْظَلِيَّةِ)
yang bertempat tinggal di Damaskus. Termasuk murid khusus Abud-Darda’ adalah
Bisyr ayah Qais yang nama dan sebagian pengalamannya, dijelaskan di dalam
Hadits Abu Dawud ini :
4091 - حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ - يَعْنِى عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ عَمْرٍو -
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ بِشْرٍ التَّغْلِبِىِّ قَالَ
أَخْبَرَنِى أَبِى - وَكَانَ جَلِيسًا لأَبِى الدَّرْدَاءِ - قَالَ كَانَ
بِدِمَشْقَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يُقَالُ لَهُ
ابْنُ الْحَنْظَلِيَّةِ وَكَانَ رَجُلاً مُتَوَحِّدًا قَلَّمَا يُجَالِسُ النَّاسَ
إِنَّمَا هُوَ صَلاَةٌ فَإِذَا فَرَغَ فَإِنَّمَا هُوَ تَسْبِيحٌ وَتَكْبِيرٌ
حَتَّى يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَمَرَّ بِنَا وَنَحْنُ عِنْدَ أَبِى الدَّرْدَاءِ
فَقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ كَلِمَةً تَنْفَعُنَا وَلاَ تَضُرُّكَ قَالَ
بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَرِيَّةً فَقَدِمَتْ فَجَاءَ رَجُلٌ
مِنْهُمْ فَجَلَسَ فِى الْمَجْلِسِ الَّذِى يَجْلِسُ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- فَقَالَ لِرَجُلٍ إِلَى جَنْبِهِ لَوْ رَأَيْتَنَا حِينَ
الْتَقَيْنَا نَحْنُ وَالْعَدُوُّ فَحَمَلَ فُلاَنٌ فَطَعَنَ فَقَالَ خُذْهَا
مِنِّى وَأَنَا الْغُلاَمُ الْغِفَارِىُّ كَيْفَ تَرَى فِى قَوْلِهِ قَالَ مَا أُرَاهُ
إِلاَّ قَدْ بَطَلَ أَجْرُهُ فَسَمِعَ بِذَلِكَ آخَرُ فَقَالَ مَا أَرَى بِذَلِكَ
بَأْسًا فَتَنَازَعَا حَتَّى سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ
« سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ بَأْسَ أَنْ يُؤْجَرَ وَيُحْمَدَ ». فَرَأَيْتُ أَبَا
الدَّرْدَاءِ سُرَّ بِذَلِكَ وَجَعَلَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَيْهِ وَيَقُولُ
أَنْتَ سَمِعْتَ ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ
نَعَمْ. فَمَا زَالَ يُعِيدُ عَلَيْهِ حَتَّى إِنِّى لأَقُولُ لَيَبْرُكَنَّ عَلَى
رُكْبَتَيْهِ. قَالَ فَمَرَّ بِنَا يَوْمًا آخَرَ فَقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ
كَلِمَةً تَنْفَعُنَا وَلاَ تَضُرُّكَ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « الْمُنْفِقُ عَلَى الْخَيْلِ كَالْبَاسِطِ يَدَهُ بِالصَّدَقَةِ
لاَ يَقْبِضُهَا ». ثُمَّ مَرَّ بِنَا يَوْمًا آخَرَ فَقَالَ لَهُ أَبُو
الدَّرْدَاءِ كَلِمَةً تَنْفَعُنَا وَلاَ تَضُرُّكَ. قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نِعْمَ الرَّجُلُ خُرَيْمٌ الأَسَدِىُّ لَوْلاَ
طُولُ جُمَّتِهِ وَإِسْبَالُ إِزَارِهِ ». فَبَلَغَ ذَلِكَ خُرَيْمًا فَعَجِلَ
فَأَخَذَ شَفْرَةً فَقَطَعَ بِهَا جُمَّتَهُ إِلَى أُذُنَيْهِ وَرَفَعَ إِزَارَهُ
إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ. ثُمَّ مَرَّ بِنَا يَوْمًا آخَرَ فَقَالَ لَهُ أَبُو
الدَّرْدَاءِ كَلِمَةً تَنْفَعُنَا وَلاَ تَضُرُّكَ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّكُمْ قَادِمُونَ عَلَى إِخْوَانِكُمْ
فَأَصْلِحُوا رِحَالَكُمْ وَأَصْلِحُوا لِبَاسَكُمْ حَتَّى تَكُونُوا كَأَنَّكُمْ
شَامَةٌ فِى النَّاسِ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْفُحْشَ وَلاَ التَّفَحُّشَ ».
Arti (selain isnadnya):
Qais bin Bisyr Attaghlibi (قَيْسِ بْنِ بِشْرٍ التَّغْلِبِىِّ)
berkata, “Ayahku yang dulu murid khusus Abud-Darda’ pernah bercerita padaku:
‘di Damaskus, ada seorang sahabat nabi yang panggilannya Ibnul-Chanzhaliyah
(ابْنُ الْحَنْظَلِيَّةِ).[1] Dialah lelaki yang suka menyendiri;
jarang sekali menyempatkan duduk-duduk dengan masyarakat awam. Pekerjaan
rutinnya shalat. Jika telah selesai bertasbih dan bertakbir, pulang pada
kelurganya’.
Dia lewat, di saat kami sedang di sisi Abud-Darda’.
Abud-Darda’ berkata padanya ‘adakah kalimat ajaran bermanfaat
untuk kami? Yang tidak mengganggu tuan, dalam penyampaiannya?’.
Ibnul-Chanzhaliyah berkata ‘Rasulullah SAW pernah mengutus pasukan. Setelah
pulang, di antara mereka ada yang mendatangi majlis (pengajian) yang dibawakan
oleh Rasulullah SAW’.
Seorang lelaki berkata pada pria di sisinya ‘kalau kau
melihat saat kami bertemu musuh’; ketika itu fulan menusuk musuh lalu berkata
‘akulah pemuda Ghifari (الْغِفَارِىُّ)’. Menurutmu berkata seperti itu
bagaimana?’ Tanya lelaki yang barusan pulang dari perang.
Temannya menjawab ‘hukum yang saya ketahui pahala dia
sia-sia (بَطَلَ)’.
Ternyata ada orang yang mendengar pembicaraan mereka
berdua. Dia mengatakan ‘setahu saya demikan itu tidak berdosa!’. Dua
orang yang berbeda pendapat, berdebat keras mempertahankan pendapat
masing-masing, hingga Rasulullah SAW mendengar dan bersabda ‘Subhanallah, mendapat pahala, sekaligus mendapat
sanjungan, tidak lah cacat’.
Saya menyaksikan Abud-Darda’ berbahagia karena
mendapatkan pelajaran Hadits itu, hingga dia bertanya ‘betulkah tuan telah
mendengar Hadits ini dari Rasulillah?’.
Ibnul-Chanzhaliyah berkata ‘betul’. Namun Abud-Darda’ tak
henti-henti mengulangi pertanyaan itu, hingga saya berkata ‘sungguh Abud-Darda’
pasti segera bersimpuh, untuk menyencium lututnya’.[2]
Suatu hari Ibnul-Chanzhaliyah lewat; Abud-Darda’ bertanya
‘adakah kalimat ajaran bermanfaat untuk kami yang tidak mengganggu tuan
dalam penyampaiannya?’.
Ibnul-Chanzhaliyah berkata ‘Rasulullah SAW pernah
bersabda pada kami orang yang
menyerahkan kuda (untuk Sabilillah)
bagaikan orang yang tak
menghentikan infaqnya’.
Suatu hari Ibnul-Chanzhaliyah lewat lagi, bertemu
kami.
Abud-Darda’ bertanya ‘adakah kalimat ajaran bermanfaat
untuk kami? Yang tidak mengganggu tuan dalam penyampaiannya?’.
Ibnul-Chanzhaliyah berkata ‘Rasulullah SAW pernah bersabda pada kami sebaik-baik pria, Khuraim
Al-Asadi (خُرَيْمٌ الأَسَدِىُّ),
kalau rambut dia tidak gondrong, dan tidak menjuntaikan (nglembrehke)
sarungnya’.
Sabda nabi SAW, sampai pada Khuraim yang segera bergegas mengambil pisau, untuk memotong, hingga rambutnya pendek sampai dua telinga, dan menaikkan sarungnya hingga pertengahan
dua betisnya.
Suatu hari Ibnul-Chanzhaliyah lewat lagi bertemu
kami.
Abud-Darda’ bertanya ‘adakah kalimat ajaran bermanfaat
untuk kami? Yang tidak mengganggu tuan dalam penyampaiannya?’.
Ibnul-Chanzhaliyah berkata ‘saya pernah mendengar Rasulullah SAW, bersabda sungguh
kalian akan datang pada saudara-saudara kalian, maka benahilah kendaraan
dan busana kalian! Hingga kalian nantinya, di pertengahan masyarakat, seperti
tahi lalat. Sungguh Allah tidak senang kumuh dan yang membuat kumuh’.”
Mutiara hikmah yang terkandung dalam Cerita ini:
1.
Semangat mencari ilmu agama harus dimiliki oleh seorang
Muslim.
2.
Menghormat seorang alim adalah ajaran agama Islam.
3.
Mendapat pahala sekaligus mendapat sanjungan tidak lah
cacat.
4.
Menyerahkan yang
dimiliki (untuk Sabilillah)
bagaikan orang infaq yang tak menghentikan infaqnya.
5.
Orang yang diakui kebaikannya akan lebih mudah diajak
melakukan kebaikan lainnya.
6.
Rapi dan indah adalah sunnah nabi SAW.
[1] Nama sebenarnya Sahl bin Al-Chanzhaliyah Al-Anshari (سهل ابن الحنظلية الأنصاري). Al-Chanzhaliyah adalah nama ibunya.
[2] Tadinya jaraknya agak jauh, karena Abu-Darda’ terlalu senang mendapat pelajaran Hadits ini maka sontak mendekat hingga wajahnya hampir mencium lutut Ibnul-Chanzhaliyah yang berdiri di depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar