[4]بِسْمِ[1] اللَّهِ[2] الرَّحْمَنِ[3] الرَّحِيمِ – Dengan Nama Allah Maha Asih Maha Sayang.
Maksud lafal “Dengan” Dengan menggunakan atau dengan
beserta.[5] Ibnu
Katsir menulis:
مِنْ هاَهُناَ يَنْكَشِفُ لَكَ أَنَّ الْقَوْلَيْنِ عِنْدَ
النُّحاَةِ فِيْ تَقْدِيْرِ الْمُتَعَلِّقِ بِاْلباَءِ فِيْ قَوْلِكَ: بِاسْمِ
اللهِ، هَلْ هُوَ اسْمٌ أَوْ فِعْلٌ مُتَقاَرِباَنِ وَكُلٌّ قَدْ وَرَدَ بِهِ
اْلقُرْآنُ؛ أَماَّ مَنْ قَدَّرَهُ بِاسْمٍ، تَقْدِيْرُهُ: بِاسْمِ اللهِ
ابْتِداَئِيْ، فَلِقَوْلِهِ تَعاَلَى: { وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ
مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ } [هود: 41]، وَ مَنْ
قَدَّرَهُ بِاْلفِعْلِ [أَمْرًا وَخَبْرًا نَحْو: أَبْدَأُ بِبِسْمِ اللهِ أَوِ
ابْتَدَأْتُ بِبِسْمِ اللهِ]، فَلِقَوْلِهِ: { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ } [العلق: 1] وَكِلاَهُماَ صَحِيْحٌ، فَإنَّ الْفِعْلَ لاَ بُدَّ لَهُ مِنْ
مَصْدَرٍ، فَلَكَ أَنْ تُقَدِّرَ الْفِعْلَ وَمَصْدَرَهُ، وَذَلِكَ بِحَسْبِ
اْلفِعْلِ الَّذِيْ سَمَّيْتَ قَبْلَهُ، إِنْ كاَنَ قِياَمًا أَوْ قُعُوْدًا أَوْ
أَكْلاً أَوْ شُرْباً أَوْ قِراَءَةً أَوْ وُضُوْءًا أَوْ صَلاَةً،
فَاْلمَشْرُوْعُ ذِكْرُ [اسْمِ] اللهِ فِي الشُّرُوْعِ فِي ذَلِكَ كُلِّهِ،
تَبَرُّكًا وَتَيَمُّناً وَاسْتِعَانَةً عَلَى اْلإِتْماَمِ وَالتَّقَبُّلِ،
وَاللهُ أَعْلَمُ؛ وَلِهَذَا رَوَى ابْنُ جَرِيْرٍ وَابْنُ أَبِي حاَتِمٍ، مِنْ
حَدِيْثِ بِشْرِ بْنِ عُمَارَةَ ، عَنْ أَبِي رَوْقٍ، عَنِ الضَّحاَّكِ، عَنِ
ابْنِ عَباَّسٍ، قاَلَ: إِنَّ أَوَّلَ ماَ نَزَلَ بِِهِ جِبْرِيْلُ عَلَى
مُحَمَّدٍ - صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ قاَلَ: "ياَ مُحَمَّدُ
قُلْ: أَسْتَعِيْذُ بِالسَّمِيْعِ الْعَلِيمِ ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
ثُمَّ قاَلَ: قُلْ: { بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ: قَالَ لَهُ
جِبْرِيْلُ: قُلْ: بِاسْمِ اللهِ ياَ مُحَمَّدُ، يَقُوْلُ: اقْرَأْ بِذِكْرِ اللهِ
رَبَّكَ، وَقُمْ، وَاقْعُدْ بِذِكْرِ اللهِ. [هَذاَ] لَفْظُ ابْنِ جَرِيْرٍ.
Artinya:
Dari sini akan terungkap jelas untukmu bahwa, sungguh menurut para ahli Nahwu ‘dua keterangan mengenai Perkiraan Ketentuan yang Berhubungan Huruf ba (kasrah) dalam ucapanmu بِسْمِ adalah isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja) yang (مُتَقاَرِباَنِ) berdekatan, yakni duanya mirip. Semua penjelasan tersebut ditunjukkan oleh Al-Qur’an:
Artinya:
Dari sini akan terungkap jelas untukmu bahwa, sungguh menurut para ahli Nahwu ‘dua keterangan mengenai Perkiraan Ketentuan yang Berhubungan Huruf ba (kasrah) dalam ucapanmu بِسْمِ adalah isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja) yang (مُتَقاَرِباَنِ) berdekatan, yakni duanya mirip. Semua penjelasan tersebut ditunjukkan oleh Al-Qur’an:
1.
Adapun
orang yang memperkirakan Ba (kasrah) adalah isim (kata benda), dengan perkiraan
kalimat tersebut maknanya menjadi ‘dengan Nama
Allah dalam saya memulai’, mendasari
Firman Allah ‘وَقَالَ ارْكَبُوا
فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ – Dan berkata naiklah di
dalamnya dengan permulaan Nama Allah! Di waktu berjalan dan di waktu berhentinya! Sungguh Tuhanku Maha Pengampun Maha Penyayang’.
2.
Sedang
orang yang memperkirakan Ba (kasrah) tersebut
sebagai fi’il (kata kerja) yang menjelaskan perintah
atau berita. Seperti ‘saya akan memulai
dengan بِسْمِ اللَّه’, atau ‘saya telah memulai dengan بِسْمِ اللَّه’. Mendasari Firman Allah ‘اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ – Bacalah dengan
permulaan Nama Tuhanmu yang telah mencipta’.
Dua pendapat tesebut shahih, karena semua fi’il dipastikan ada mashdar (kata dasar)nya. Oleh karena
itu kau boleh memperkirakan fi’il dan mashdar-nya. Sesuai pekerjaan yang kau
sebutkan sebelumnya: berdiri, duduk, makan, minum, membaca, wudhu dan shalat,
diatur dalam syari’at, agar menyebut Nama Allah, untuk melakukan itu
semua. Agar mendapat barakah, kebaikan,
pertolongan. Agar sempurna dan diterima. Dan Allah yang lebih tahu.
Oleh karena itu Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Chatim meriwayatkan dari Hadits Bisyr bin Umarah, dari Abi
Rauq, dari Ad-Dhachhaq dari Ibni Abbas, “Sesungguhnya awal yang Jibril turunkan
pada Muhammad SAW adalah ‘ya Muhammad, katakan أَسْتَعِيذُ بِالسَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ – Saya
berlindung pada yang Maha Dengar Maha Alim dari
Syaitan yang dirajam’. Lalu Jibril
berkata lagi ‘katakan bismillah ya
Muhammad’. Maksudnya
membacalah dengan menyebut Allah Tuhanmu; berdiri dan duduklah dengan menyebut
Allah’. Ini lafadl Ibnu Jarir.
Ada pertanyaan di manakah lafazh الرَّحْمنِ yang diartikan Maha,
begitu pula di dalam lafazh الرَّحِيمِ ? Jawabannya, “Huruf mim di
dalam الرَّحْمنِ dibaca panjang lalu
diakhiri huruf nun. Alif dan nun itulah yang diartikan Maha.”
Sedangkan setelah huruf cha’ di
dalam الرَّحِيمِ, ada huruf ya sukun, itulah yang diartikan Maha.”
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Dengan Nama
[2] Allah
[3] Maha Pengasih
[4] Maha Penyayang
[5] As-Sayuthi menulis di dalam Al-Itqan: الثالث الاستعانة وهي الداخلة على آلة الفعل كباء البسملة.
Artinya: Yang ketiga ba kasrah bisa jadi isti’anah yang artinya minta tolong, maksudnya mempergunakan. Ba tersebut masuk pada alat fi’il, seperti ba dalam bismillah.
Artinya: Yang ketiga ba kasrah bisa jadi isti’anah yang artinya minta tolong, maksudnya mempergunakan. Ba tersebut masuk pada alat fi’il, seperti ba dalam bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar