Cerita Islami : Alqamah
Tertulis dalam Al-Qur’an Surat Luqman bahwa Allah berfirman, “Dan insan telah Kami wasiati agar pada dua orang tuanya (berbuat baik):
Tertulis dalam Al-Qur’an Surat Luqman bahwa Allah berfirman, “Dan insan telah Kami wasiati agar pada dua orang tuanya (berbuat baik):
3.
Dan menyapih dia pun di dalam dua tahun. Bersyukurlah pada-Ku dan dua orang tuamu. KepadaKu tempat kembali.” [1]
Di
dalam kitab Az-Zawajir,
diterangkan mengenai sahabat nabi SAW yang rajin beribadah, namun kesulitan mengucapkan, “Laa
Ilaaha illallaah,” di waktu akan wafat. Karena kurang bersyukur pada ibunya. Nabi
SAW tahu kalau kesulitan tersebut disebabkan dia membuat ibunya sakit
hati dan benci.
Memang
dalam kenyataan, seorang ibu yang
sedang terganggu syaitan, kalau marah ‘ucapan
dan perbuatannya’ tidak terkendali, membuat anak benci
dan marah. Namun sebagai anak yang baik, tetap memaafkan dan mengingatkan
dengan cara sebaik mungkin. Yang lebih baik lagi mendoakan hidayah dan ampunan
serta rahmat, untuk mereka berdua.
Itulah yang dimaksud Allah, “Wa shaachibhumaa fid-dunyaa ma’ruufa –
Dan di dunia, jadikan selalu, mereka berdua, sebagai sahabatmu, dengan baik-baik.” [2]
Ada yang meyakini huruf alif setelah shad, dalam
lafal shaachibhumaa di atas, litaktsir, yakni
untuk menyatakan berkali-kali, sehingga di sini diartikan “Selalu.”
Banyak yang meyakini
bahwa, di saat nabi SAW bersabda, “Hidung lelaki growong,” tiga kali, para
sahabat terperangah, karena yang sudah-sudah, segala sabdanya selalu tentang
ilmu. Ada
yang memberanikan diri bertanya, “Siapakah ya Rasulallah SAW?.”
Nabi bersabda, “Orang yang menjumpai dua orang tuanya di waktu tua. Baik seorang atau mereka berdua. Namun dia tidak masuk surga.”
Nabi bersabda, “Orang yang menjumpai dua orang tuanya di waktu tua. Baik seorang atau mereka berdua. Namun dia tidak masuk surga.”
Maksudnya
jika dia berbakti pada dua orang tuanya,
niscaya mempermudahkan dia masuk surga.
Seorang
sahabat nabi SAW bernama Abdullah bin Abi Aufa berkisah, “Kami dulu pernah
duduk bersama nabi SAW. Tiba-tiba datang seorang untuk melaporkan ‘ada seorang
pemuda sakarat yang kesulitan mengatasi dirinya. Dia telah dituntun untuk
berkata laa Ilaaha illallaah, namun tak mampu mengucapkan’.
Nabi SAW bertanya
‘apakah sebelum itu dia telah mengamalkan shalat?’.
Dia
menjawab ‘tentu’.
Sontak
Rasulullah SAW bangkit, dan kami pun bangkit mengikuti
beliau SAW memasuki rumahnya dengan cepat.
Nabi
menuntun ‘katakan laa Ilaaha illallaah’.
Dia
menjawab ‘saya tidak bisa’.
Nabi bertanya ‘kenapa?’.
Nabi bertanya ‘kenapa?’.
Ada
yang menjawab ‘dia telah menentang ibunya’.
Nabi
bertanya ‘apakah ibu tersebut masih hidup?’.
Beberapa
orang berkata ‘betul’.
Nabi
perintah ‘panggil dia!’.
Beberapa orang bergegas mengundang, hingga Ibu Alqamah datang.
Beberapa orang bergegas mengundang, hingga Ibu Alqamah datang.
Nabi
bertanya ‘apakah ini anakmu?’.
Dia berkata ‘betul’.
Nabi bertanya
‘bagaimana pendapatmu kalau saya menyalakan api besar, lalu kamu ditanya,
anakmu ini kubebaskan dari api, hanya kalau kau memberi dia syafaat. Namun jika
kau bersikukuh tak mau memberi syafaat, dia akan kubakar dengan api ini! Apa jika diancam
begitu, kau baru akan memberi dia syafaat?’.
Dia
berkata ‘ya Rasulallah, jika begitu,
jelas saya akan memberi dia syafaat’.
Singkat cerita, nabi SAW perintah padanya ‘kini saksikan pada Allah dan padaku bahwa, kebencianmu padanya telah reda!’.
Singkat cerita, nabi SAW perintah padanya ‘kini saksikan pada Allah dan padaku bahwa, kebencianmu padanya telah reda!’.
Dia berdoa ‘ya Allah,
sungguh hamba mempersaksikan pada-Mu dan pada Rasul-Mu bahwa sungguh kebencianku
pada anakku telah reda’.
Nabi menuntun pemuda
sakarat tersebut ‘katakan asyhadu an laa Ilaaha illallaahu wachdahu laa
syariika lah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh’.
Ternyata
dia bisa mengucapkan. Rasulullah SAW bersyukur ‘segala Puji, hak Allah yang telah
menyelamatkan dia dari neraka’.”
Dalam
riwayat yang lebih panjang dijelaskan, “Nama lelaki tersebut Alqamah. Mengenai
mempersungguh dia dalam urusan ketaatan pada Allah, yakni shalat, puasa, dan shadaqah, sungguh
sangat ‘tertib’. Namun akhirnya dia
terserang penyakit berat, hingga terpaksa istrinya datang ke hadirat
nabi SAW untuk melaporkan ‘sungguh Alqamah suamiku sedang sakarat,
saya melaporkan agar tuan mengetahui keadaannya’ (dengan menangis).
Nabi perintah Amar, Bilal dan Shuhaib ‘datanglah padanya dan tuntunlah dia agar mengucapkan syahadat !’.
Nabi perintah Amar, Bilal dan Shuhaib ‘datanglah padanya dan tuntunlah dia agar mengucapkan syahadat !’.
Ketika
tiga orang tersebut telah datang ke alamat yang dituju; saat itu Alqamah masih
sakarat. Ketika mereka menuntun agar Alqamah mengucapkan laa Ilaaha
illallaah; ternyata lidahnya tidak bisa mengucapkan. Mereka melaporkan
kejadian tersebut pada Rasulallah SAW.
Nabi bertanya ‘apakah orang tuanya masih ada yang hidup?’.
Nabi bertanya ‘apakah orang tuanya masih ada yang hidup?’.
Ada
yang menjawab ‘dia masih memiliki ibu yang telah tua renta’.
Nabi mengirim pesan ‘jika kau masih mampu datang pada Rasulallah, silahkan datang kemari. Namun jika tak mampu, tunggulah saya mau datang’.
Nabi mengirim pesan ‘jika kau masih mampu datang pada Rasulallah, silahkan datang kemari. Namun jika tak mampu, tunggulah saya mau datang’.
Ketika utusan Rasulullah telah datang dan menyampaikan pesan
Rasulullah; dia berkata ‘diriku kupergunakan menebus nabi, saya lebih berhak
datang ke hadirat beliau’.
Tak
lama kemudian dia bertumpu pada tongkatnya, untuk datang dan mengucapkan salam pada
Rasulillah SAW. Nabi SAW menjawab salamnya lalu bertanya ‘hai
Ibu Alqamah, jujurlah padaku. Kalau kau berani bohong, Wahyu dari Allah Ta’ala akan datang
padaku: Alqmah anakmu selama ini bagaimana?’.
Dia menjawab ‘memang dia rajin shalat puasa dan shadaqah’.
Dia menjawab ‘memang dia rajin shalat puasa dan shadaqah’.
Rasulullah SAW bertanya
‘lalu kau sendiri bagaimana terhadap dia?’.
Dia menjawab ‘saya marah padanya’.
Dia menjawab ‘saya marah padanya’.
Nabi
bertanya ‘kenapa?’.
Nabi
bersabda ‘sungguh kemarahan Ibu
Alqamah inilah, yang telah
mempersulit Alqamah membaca syahadat’.
Nabi
perintah Bilal ‘hai Bilal! Pergi
dan kumpulkan kayu bakar yang banyak untukku!’.
Perempuan
tua tersebut bertanya ‘akan kau pergunakan untuk apa ya Rasulallah?’.
Nabi
menjawab ‘akan kugunakan membakar dia’. (Tentu saja ibu tersebut ketakutan.
Diperkirakan di saat dia menyaksikan api yang berkobar-kobar dahsyat; air
matanya berucuran membasahi pipinya. Bibirnya
bergetar dan) berkata ‘ya Rasulllah, saya takkan tega menyaksikan anakku
dibakar di depan mataku’.
Dengan penuh kasih sayang Rasulullah mengajarkan, ‘Siksa Allah
lebih dahsyat dan lebih kekal, kalau kau senang jika Allah mengampuni anakmu,
maka redakanlah kemarahanmu padanya! Selama kau masih marah padanya; shalat,
puasa, dan shadaqahnya, takkan bermanfaat’.
(Barangkali wanita tua tersebut lalu meledakkan tangisan) ‘ya
Rasulallah, sungguh saya mempersaksikan pada:
1.
Allah Ta’ala.
2.
Malaikat-Malaikat-Nya.
3.
Dan Muslimiin yang hadir di sini bahwa:
Sungguh kemarahanku pada Alqamah anakku telah reda’.
Rasulullah
perintah ‘ya Bilal, datanglah untuk mengecek dia bisa mengucapkan laa Ilaaha
illallaah apa tidak? Siapa tahu Ibu
Alqamah menyatakan hanya dengan
lidahnya, hanya karena sungkan padaku?.’
Bilal
segera berangkat untuk mengecek; ternyata di dalam rumah; Alqamah mengucapkan laa
Ilaaha illallaah. Setelah masuk ke dalam, Bilal berkata ‘hai hadirin
sekalian, yang selama ini mempersulit lidah Alqamah mengucapkan syahadat, kemarahan ibunya. Dan keridhoan Ibunya
yang mempermudahkan dia mengucapkan syahadat’.
Di hari itulah Alqamah meninggal dunia. Nabi melayati dan perintah agar Alqamah dimandikan dan dikafani. Beliau menshalati bahkan menghadiri pemakamannya.
Di hari itulah Alqamah meninggal dunia. Nabi melayati dan perintah agar Alqamah dimandikan dan dikafani. Beliau menshalati bahkan menghadiri pemakamannya.
Di atas bibir kubur beliau SAW bersabda:
‘Hai kaum Muhajirin
dan Anshar, barang siapa mengutamakan istri mengalahkan ibunya, maka
mendapatkan Laknat Allah, malaikat, dan makhluq semuanya. Allah takkan menerima
amalan sunah maupun wajibnya, kecuali jika dia:
1.
Bertobat pada Allah azza wa jalla.
2.
Berbuat baik padanya.
3.
Dan memohon keridoannya. Ridha Allah di dalam
ridha Ibu; Murka Allah di dalam
kemarahan Ibu’.” [3]
Baca Cerita Islami berikutnya
[1] {وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي
عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ} [لقمان: 14].
وَالطَّبَرَانِيُّ
وَاللَّفْظُ لَهُ وَأَحْمَدُ مُخْتَصَرًا عَنْ «عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى
- رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ - فَأَتَاهُ آتٍ فَقَالَ: شَابٌّ يَجُودُ بِنَفْسِهِ قِيلَ لَهُ قُلْ لَا
إلَهَ إلَّا اللَّهُ فَلَمْ يَسْتَطِعْ، فَقَالَ أَكَانَ يُصَلِّي؟ فَقَالَ: نَعَمْ،
فَنَهَضَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَنَهَضْنَا مَعَهُ
فَدَخَلَ عَلَى الشَّابِّ فَقَالَ لَهُ: قُلْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، فَقَالَ لَا
أَسْتَطِيعُ، قَالَ: لِمَ؟ قِيلَ كَانَ يَعُقُّ وَالِدَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَحَيَّةٌ وَالِدَتُهُ؟ قَالُوا نَعَمْ، قَالَ
اُدْعُوهَا فَدَعَوْهَا فَجَاءَتْ، فَقَالَ هَذَا ابْنُك؟ فَقَالَتْ: نَعَمْ، فَقَالَ
لَهَا أَرَأَيْت لَوْ أَجَّجْت نَارًا ضَخْمَةً فَقِيلَ لَك إنْ شَفَعْت لَهُ خَلَّيْنَا
عَنْهُ وَإِلَّا أَحْرَقْنَاهُ بِهَذِهِ النَّارِ أَكُنْت تَشْفَعِينَ لَهُ؟ قَالَتْ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إذَنْ أَشْفَعُ، قَالَ فَأَشْهِدِي اللَّهَ وَأَشْهِدِينِي أَنَّك قَدْ
رَضِيَتْ عَنْهُ، قَالَتْ اللَّهُمَّ إنِّي أُشْهِدُك وَأُشْهِدُ رَسُولَك أَنِّي
قَدْ رَضِيتُ عَنْ ابْنِي، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَا غُلَامُ قُلْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَقَالَهَا.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ» . وَرُوِيَتْ هَذِهِ الْقِصَّةُ بِأَبْسَطَ
مِنْ هَذَا، وَهِيَ: «أَنَّ ذَلِكَ الشَّابَّ اسْمُهُ عَلْقَمَةُ وَأَنَّهُ كَانَ
كَثِيرَ الِاجْتِهَادِ فِي الطَّاعَةِ مِنْ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ،
فَمَرِضَ وَاشْتَدَّ مَرَضُهُ فَأَرْسَلَتْ امْرَأَتُهُ إلَى رَسُولِ اللَّهِ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّ زَوْجِي عَلْقَمَةَ فِي النَّزْعِ
فَأَرَدْت أَنْ أُعْلِمَك يَا رَسُولَ اللَّهِ بِحَالِهِ، فَأَرْسَلَ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَمَّارًا وَبِلَالًا وَصُهَيْبًا وَقَالَ: امْضُوا
إلَيْهِ وَلَقِّنُوهُ الشَّهَادَةَ، فَجَاءُوا إلَيْهِ فَوَجَدُوهُ فِي النَّزْعِ
فَجَعَلُوا يُلَقِّنُونَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلِسَانُهُ لَا يَنْطِقُ
بِهَا، فَأَرْسَلُوا إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -
بِذَلِكَ. فَقَالَ: هَلْ مِنْ أَبَوَيْهِ أَحَدٌ حَيٌّ؟ قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ لَهُ أُمٌّ كَبِيرَةُ السِّنِّ، فَأَرْسَلَ إلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَقُولُ لَهَا: إنْ قَدَرْت عَلَى الْمَسِيرِ
إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَإِلَّا
فَانْتَظِرِيهِ فِي الْمَنْزِلِ حَتَّى يَأْتِيك، فَجَاءَ إلَيْهَا رَسُولُ
اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَأَخْبَرَهَا بِذَلِكَ فَقَالَتْ
نَفْسِي لِنَفْسِهِ الْفِدَاءُ أَنَا أَحَقُّ بِإِتْيَانِهِ فَتَوَكَّأَتْ
وَقَامَتْ عَلَى عَصًا وَأَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
- وَسَلَّمَتْ وَرَدَّ عَلَيْهَا السَّلَامَ وَقَالَ لَهَا: يَا أُمَّ عَلْقَمَةَ
اُصْدُقِينِي وَإِنْ كَذَبْتنِي جَاءَ الْوَحْيُ مِنْ اللَّهِ - تَعَالَى -،
كَيْفَ كَانَ حَالُ وَلَدِك عَلْقَمَةَ؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَانَ
كَثِيرَ الصَّلَاةِ كَثِيرَ الصِّيَامِ كَثِيرَ الصَّدَقَةِ، قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: فَمَا حَالُك؟ قَالَتْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنَا عَلَيْهِ سَاخِطَةٌ. قَالَ: وَلِمَ؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ كَانَ يُؤْثِرُ زَوْجَتَهُ وَيَعْصِينِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: إنَّ سَخَطَ أُمِّ عَلْقَمَةَ حَجَبَ
لِسَانَ عَلْقَمَةَ عَنْ الشَّهَادَةِ ثُمَّ قَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ -: يَا بِلَالُ انْطَلِقْ وَاجْمَعْ لِي حَطَبًا كَثِيرًا، قَالَتْ
وَمَا تَصْنَعُ بِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ أُحْرِقُهُ بِالنَّارِ، قَالَتْ
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَدِي لَا يَحْتَمِلُ قَلْبِي أَنْ تُحْرِقَهُ بِالنَّارِ
بَيْنَ يَدِي، قَالَ: يَا أُمَّ عَلْقَمَةَ فَعَذَابُ اللَّهِ أَشَدُّ وَأَبْقَى،
فَإِنْ سَرَّك أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُ فَارْضِي عَنْهُ فَوَاَلَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَا يَنْتَفِعُ عَلْقَمَةُ بِصَلَاتِهِ وَلَا بِصِيَامِهِ وَلَا
بِصَدَقَتِهِ مَا دُمْت عَلَيْهِ سَاخِطَةً، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
فَإِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ - تَعَالَى - وَمَلَائِكَتَهُ وَمَنْ حَضَرَنِي مِنْ
الْمُسْلِمِينَ أَنِّي قَدْ رَضِيت عَنْ وَلَدِي عَلْقَمَةَ، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: انْطَلِقْ إلَيْهِ يَا بِلَالُ
فَانْظُرْ هَلْ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَقُولَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ أَمْ لَا؟
فَلَعَلَّ أُمَّ عَلْقَمَةَ تَكَلَّمَتْ بِمَا لَيْسَ فِي قَلْبِهَا حَيَاءً
مِنِّي، فَانْطَلَقَ بِلَالٌ فَسَمِعَ عَلْقَمَةَ يَقُولُ مِنْ دَاخِلِ الدَّارِ
لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ فَدَخَلَ بِلَالٌ فَقَالَ يَا هَؤُلَاءِ إنَّ سَخَطَ
أُمِّ عَلْقَمَةَ حَجَبَ لِسَانَهُ عَنْ الشَّهَادَةِ وَإِنَّ رِضَاهَا أَطْلَقَ لِسَانَهُ
ثُمَّ مَاتَ عَلْقَمَةُ مِنْ يَوْمِهِ. فَحَضَرَهُ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَمَرَ بِغُسْلِهِ وَتَكْفِينِهِ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهِ
وَحَضَرَ دَفْنَهُ، ثُمَّ قَامَ عَلَى شَفِيرِ قَبْرِهِ وَقَالَ: يَا مَعْشَرَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مَنْ فَضَّلَ زَوْجَتَهُ عَلَى أُمِّهِ فَعَلَيْهِ
لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ
مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا إلَّا أَنْ يَتُوبَ إلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَيُحْسِنَ إلَيْهَا وَيَطْلُبَ رِضَاهَا فَرِضَا اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي
رِضَاهَا وَسَخَطُ اللَّهِ جَلَّ جَلَالُهُ فِي سَخَطِهَا» ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar