Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/03/03

Menilai Maaf

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Bawalah dia pergi, lunasilah haknya, dan tambahilah dia 20 sha’ kurma sebagai ganti rugi karena kau telah membuatnya terkejut ketakutan!” Sabda Nabi SAW kepada Umar bin Khattab setelah Umar mengancam seseorang yang menagih utang kepada Nabi SAW dengan cara yang ketus (HR Mu’jam Al-Kabir Li Tobaroni).
Tidak semena-mena terhadap sesama manusia sudah menjadi bawaan islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Walau pernah dibuat menderita, tetap umat islam tidak diajarkan untuk semena-mena ketika ia punya kesempatan membalasnya. Ada batas-batas mengagumkan yang diletakkan Nabi SAW. Dengan konkret, Nabi SAW mencontohkan nilai-nilai tersebut agar diapikasikan juga oleh umatnya.
Saat Terbukanya Mekah (Fatchu Al-Makkah), dengan mudah, Nabi SAW memaafkan ‘Umayah bin Shafwan. Padahal, orang orang islam waktu itu mengincarnya menjadi salah satu orang yang harus dibunuh karena ‘Umayah telah memerangi umat islam dengan lantang. Dan ‘Umayah tahu itu, bahwa dirinya telah diincar.
Kondisi orang kafir Quraisy terdesak karena sudah terkepung dari segala penjuru oleh ribuan pasukan muslim yang ingin menaklukkan Mekah. Ketakutan bukan main hati ‘Umayah waktu itu. Namun, Nabi SAW malah memaafkannya dan memberikannya 300 unta. Itulah cara Nabi SAW menghukum musuh besarnya. Beberapa waktu kemudian, ‘Umayah masuk islam lalu menjadi salah satu pejuang hebat pembela islam.
Abu Sofyan bin Harb juga merasakan begitu besarnya sifat pemaaf Nabi SAW. Padahal waktu itu, status Abu Sofyan adalah sebagai pemimpin orang kafir Quraisy. Keadaannya terdesak ketika malam sebelum Terbukanya Mekah. Abu Sofyan ditangkap lalu dihadapkan pada Nabi SAW. Dengan mudah, lagi-lagi Nabi SAW memaafkannya. Abu Sofyan menjadi salah satu pejuang islam terkuat setelah itu.
Masih saat Terbukanya Mekah, Suhail bin Amr menunduk pada Nabi. Dia adalah perwakilan orang Quraisy yang menandatangani perjanjian Hudaibiyah. Katanya di waktu Terbukanya Makah, “Seharusnya kami ini disiksa, tapi Tuan kan sangat mulia.”
Bangsa Quraisy sendiri sudah yakin akan diluluhlantakkan oleh umat islam karena dosanya sudah teralu banyak. Lafadz itu memang tidak ada dalam hadits, tapi bisa dilihat dalam sebuah hadits, ketika sudah diampuni oleh Nabi SAW, mereka merasa seperti bangkit lagi dari kubur. Mestinya mereka sudah mati, tapi ternyata diberi kesempatan berubah. Hasilnya, seluruh penduduk Mekah masuk islam. Islamisasi besar-besaran terjadi tanpa peperangan.
Dua bulan sebelum Terbukanya Mekah, ketika Allah menurunkan Surat Al-Fath, ada penjelasan, kalau Allah tidak memikirkan orang islam yang menyembunyikan islamnya di Mekah, maka Mekah sudah dihancurkan melalui tangan orang-orang islam. Dari situ sudah jelas bahwa umat islam dididik untuk tidak gegabah. Di dalam sifat tidak gegabah itu, termasuk sifat harus sering mengampuni.
Umat islam diajarkan menjadi orang yang pemaaf. Sifat itu, selain mulia, juga berdampak positif yang besar yang mungkin tidak disadari sebelumnya dan tidak bisa dihitung secara matematis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar