Saat melihat
musuh yang garang makin banyak, pasukan
Muslimiin terkejut. Ternyata
jumlah mereka mencapai 12.000 pasukan berkuda.
Di tengah kepungan tersebut, pasukan
Muslimin kelihatan sangat sedikit.
Peperangan yang tidak seimbang berlangsung mulai pagi hingga matahari bertengger di tengah kepala.
Peperangan yang tidak seimbang berlangsung mulai pagi hingga matahari bertengger di tengah kepala.
Pasukan
Muslimiin kesulitan menghadapi amukan mereka, yang menggila. Syurachbil mengangkat
tangan untuk berdoa, “Wahai yang
Maha Hidup ! Wahai yang Maha merumat ! Wahai Pencipta beberapa langit dan bumi
! Wahai Pemilik Keagungan dan Pemulia ! Ya Allah, tolonglah kami mengalahkan
kaum Kafir !.” [1]
Serangan lawan yang garang tiba-tiba mengendur, karena ledakan teriakan, “Hai Syurachbil ! Berbahagialah ! Aku pahlawan berkuda yang gagah berani bernama Khalid bin Al-Walid, yang datang untuk membantu !” dari bala bantuan yang
mendekat. Di celah debu-debu berterbangan.
Suara kedua meledak, “Aku Abdur Rohman bin Abi Bakr !.”
Di tengah pasukan berkuda yang berdatangan itu, panji
berkibar menari-nari di tangan Rafi bin Umairah.
Pasukan
Bushro lunglai, ketika yakin bahwa Khalid telah
datang di pertengahan bala-bantuan kaum Muslimiin. Mereka kabur meninggalkan
gelanggang perang.
Pada
Syurachbil, Khalid bertanya,
“Kenapa kau berani melawan pasukan Syam yang ganas sekali? Mereka memiliki
bathriq berjumlah banyak loh?!.”
Khalid berkata,
“Memang keberanian Abu Ubaidah luar-biasa.
Dia berani bukan ingin disanjung, namun belum tahu bahwa wilayah ini sangat
berbahaya.”
Khalid
menyuruh mereka berpindah untuk beristirahat, pada tempat yang
nyaman.
Hingga
dua hari, mereka beristirahat di dalam deretan tenda di hutan luas.
Tiba-tiba
pasukan berkuda dari Bushro berdatangan untuk menyerang.
Khalid
berteriak, “Kaum Romawi datang kemari! Mereka tahu bahwa kita
dan kuda kita capek! Ayo kita hadapi! Semoga Allah memberi Barokah pada kalian! Bersiaplah!.”
Mereka
bergerak cepat menata barisan. Yang memimpin barisan sebelah kanan; Rafi bin
Umairah Atthai.
Yang
memimpin barisan bagian kiri; pemuda bernama Dhirar bin Al-Azwar.
Penyerang
barisan tengah, dipimpin oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr.
Pasukan
paling menakutkan bernama Jaisyuzzachf (Pasukan Pengobrak-Abrik), dibagi menjadi dua. Yang satu di bawah pimpinan
Al-Musayyab bin Najibah Al-Fazari; yang lain di bawah pimpinan Madzur bin
Ghanim Al-Asyari (مذعور بن غانم الاشعري).
Pada
mereka, Khalid
perintah, “Jika saya menyerang! Kalian semua menyeranglah!.”
Khalid masuk
ke tengah barisan pasukannya, untuk menyampaikan pesan penting.
Saat itu pasukannya telah tak sabar, ingin segera menyerang.
Dari
tengah barisan pasukan Bushro, muncul lelaki berkuda berbusana
mewah. Emas dan mutiara-merah yang dikenakan,
gemerlapan. Ternyata dia berteriak, “Hai kaum Arab! Suruhlah pimpinan
kalian tertinggi agar kemari! Saya penguasa kota Bushra!” dengan bahasa Arab
yang fasih.
Khalid
bergegas mendekati.
Bathriq
itu bertanya, “Kau pimpinan kaum ini?!.”
Khalid menjawab,
“Kata mereka begitu! Tapi ini hanya selama saya taat Allah dan RasulNya. Jika
telah menentang Allah dan
RasulNya, saya tidak berhak menjadi pimpinan mereka!.”
Dia
berkata, “Saya lelaki pandai di mata raja-raja Romawi. Kebenaran takkan samar
bagi orang yang teliti. Ketahuilah bahwa saya telah membaca kitab-kitab kuno
dan berita orang-orang dahulu. Di sana tertulis: Sunguh Allah
akan mengutus lelaki dari Quraisy bernama Muhammad bin Abdillah SAW, sebagai Rasul.”
Dia
berkata, “Dia mendapatkan Kitab-Suci.”
Khalid
berkata, “Betul! Bernama Al-Qur’an!.”
Lelaki
bernama Bathriq Rumas (Abdul-Malik) itu, bertanya, “Apa dia mengharamkan
arak?.”
Mata
dia terbelalak ketika Khalid menjawab, “Betul! Barang siapa minum arak; kami
pukul. Barangsiapa berzina; kami dera, jika telah muchson (terjaga),
kami rajam.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan agar kalian melakukan sholat?.”
Khalid
menjawab, “Betul! Sehari-semalam lima kali!.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan berjihad?.”
Khalid
menjawab, “Kalau hukumnya tidak wajib; buat apa kami kemari memerangi
kalian?!.”
Dia
berkata, “Demi Allah, saya tahu bahwa agama kalian benar. Saya cinta
kalian, dan telah menyuruh agar kaum saya takut kalian. Tetapi mereka
bersikeras.”
Khalid perintah,
“Katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah;
Muhammad Utusan Allah !’ Kau
akan mempunyai hak yang sama dengan kami, dan menanggung kewajiban yang sama
dengan kami!.”
Dia
berkata, “Saya telah Islam. Tetapi takut dibunuh dan dirampas harem saya, oleh kaum saya. Saya akan pulang untuk menyuruh agar kaum
saya takut kalian. Siapa tahu Allah memberi
Petunjuk pada mereka.”
Khalid berkata,
“Jika kau kembali pada kaummu, sebelum berperang dengan saya; saya
justru mengkhawatirkan keselamatanmu dari amukan kaummu. Seranglah saya sebelum
kau pulang ! Agar mereka tidak menyangka jelek padamu!.”
Abdul-Malik menyerang
dengan garang pada Khalid, yang menangkis dan menghindar, lalu
menyerang dengan ganas. Hingga dia kuwalahan bertahan.
Abdul-Malik
berkata, “Jangan kau hentikan serangan ini,
hingga Tuan Dirjan melihat kita berperang! Dia Bathriq atasan saya, utusan
Raja Hiraqla yang berbahaya bagi kau.”
Dengan
menyerang, Khalid menjawab, “Allah akan
menolong saya menaklukkan dia.”
Abdul-Malik surut
ke belakang lalu kabur, setelah pedang Khalid menyambar bertubi-tubi. Kudanya dipacu
agar lari cepat, menuju barisan pasukannya.
Mereka
bertanya, “Kenapa Tuan berlari pulang?.”
Abdul-Malik menjawab,
“Ternyata mereka hebat. Kalian pasti takkan mampu menghadapi serangan mereka.
Mereka pasti akan segera menguasai negeri-negeri Syam. Wilayah kekuasaan saya
juga pasti segera mereka rebut. Kabulkan keinginan mereka! Ayo kota ini kita
serahkan pada mereka; seperti kaum Arakah dan Sakhnah menyerahkan kota
mereka!.”
Kaumnya
terkejut ketika mendengar ucapannya. Beberapa bentakan dan suara ricuh
bersaut-sautan membisingkan. Mereka kalap ingin membunuh dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar