“Setelah masuk Islam, Hiraqla
meninggalkan negeri Anthaiyah. Secara rahasia, dia kirim surat pada Umar
RA. Tidak ada yang mengetahui:
Umar
mengirimkan peci yang jika
dikenakan, pusing
Hiraqla sembuh. Namun jika diangkat, pusingnya kambuh. Dia
takjub pada peci itu, dan membuka.
Ternyata di dalamnya ada tulisan: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. Dia berkata ‘betapa Nama ini sangat agung, menyembuhkan
penyakitku’.
Peci
itu diwaris turun-temurun, hingga akhirnya jatuh ke tangan penguasa kota
Amuriyah (عمورية). Pada waktu raja Islam bernama Al-Muktashim
menderita pusing, peci itu diberikan oleh
penguasa kota Amuriyah. Setelah memakai, pusing Al-Muktashim hilang. Al-Muktashim perintah agar peci itu dibuka.
Ternyata di
dalamnya ada tulisan: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ."
Di
pagi yang menegangkan itu, lautan pasukan Romawi Timur berbaris-baris sangat
panjang, melindungi Talis
yang dianggap Hiraqla.
Pasukan Raja Filanthanus berjumlah 30.000 orang dan pasukan Raja Yuqana, juga berada di situ. Mereka terkejut oleh Khalid yang berteriak, menggerakkan pasukan elitnya yang bernama Jaisyuzzachf (جيش الزحف), yang artinya Pasukan Pengobrak-Abrik.
Amukan
mereka bagaikan ombak menyapu sampah laut kedaratan.
Pasukan
Romawi Timur porak-poranda. Dan hidup mereka makin terasa sempit ketika
Maisarah, Abdur Rohman, Dzu Kala Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري)
dan lainnya, menggerakan
pasukan untuk menyerang dengan
garang.
Amukan
pasukan Arab disambut oleh mereka yang jauh lebih banyak, dengan garang.
Yuqana
dan pasukannya beraksi. Pedang
Dhirar bergerak-gerak sangat cepat, mencari
sasaran, dan menewaskan pasukan lawan. Tiap membunuh seorang, dia berteriak, “Inilah
balasan Dhirar yang tadinya
ditawan!.”
Dhirar
dan pasukan pemberian Yuqana, membelah lautan pasukan lawan, untuk mendekati
pasukan Arab Nashrani.
Pada
pasukanya, Rifaah
bin Zuhair berteriak, “Ayo mereka
kita serbu! Jangan takut! Ketahuilah bahwa pintu-pintu gerbang surga telah
dibuka! Para bidadari telah bersolek! Istana-istana surga telah diperindah!
Para remaja surga telah berbahagia karena akan menyambut kedatangan kita! Sang
Maha Raja telah muncul! Hai pemuda Arab! Siapa
yang ingin menikahi bidadari bermata indah? Berjuang
inilah maskawin bidadari! Ayo siapa yang ingin menduduki kursi mewah di surga-surga?
Dilayani oleh sejumlah remaja? Siapa yang tertarik dengan Firman Maha Raja ‘Muttakiiina alaa rafrafin khudhrin
wa aqbariyyin chisaan (Mereka
bersandar bantal hijau dan permadani mewah)?’ [1] Mana yang pernah mendampingi Tuan
Besar makhluq SAW, di dalam Perang Badar dan Chunain?!.”
Dhirar
mengamuk dengan
pedang di pertengahan lawan. Ketika yang tewas oleh tebasan pedangnya banyak
sekali, dia terkejut oleh seorang yang mengamuk membelah barisan lawan, untuk
mendekat. Setelah diamati ternyata wanita
yang mengamuk dan berteriak, “Ini pembalasan saya
atas kalian untuk Dhirar!” Saudara perempuannya bernama Khaulah.
Dhirar
menyapa, “Hai! Saya saudaramu.”
Khaulah
yang mendekat untuk
mengucapkan salam, ditegur, “Jangan mendekat! Ini bukan waktunya menjawab Salam!
Memerangi kaum Kafir lebih utama daripada omong-omong denganmu! Ayo kita
bersatu untuk berjihad di Jalan Allah! Yang gugur di antara kita akan menunggu
di Telaga Al-Kautsar.”
Dhirar
dan Khaulah terperangah ketika
melihat lautan pasukan Romawi Timur berlarian bagai ombak disapu badai. Ada
yang berteriak keras, “Raja Hiraqla telah
ditangkap oleh Raja Filanthanus pengkhianat!.”
Amukan pasukan Muslimiin menambah porak-poranda mereka. Yang tewas berserakan makin banyak. Pasukan
Nashrani Arab yang tewas berserakan berjumlah sekitar 12.000 orang. Pasukan
Romawi Timur yang tewas, sejumlah yang tewas di dalam Perang Yarmuk dan Perang
Ajnadin. [2]
In syaa Allah bersambung
[2]
Pasukan Romawi Timur dalam perang
Annajdin berjumlah 90.000, yang tewas 50.000 orang. Sisa mereka yang masih
hidup, berlari kencang menuju dua arah: Damaskus dan Qisariyyah (قيسارية). Kaum
Muslimiin mendapat rampasan perang banyak sekali, termasuk di antaranya:
Salib-salib emas, Salib-salib perak, dan benda-benda berharga selain itu. Semua
rampasan perang dikumpulkan menjadi satu, termasuk mahkota Wardan.
Abu
Ubaidah ingin menjumlah pasukan Romawi yang tewas dalam Perang Yarmuk, namun
tidak mampu, karena terlalu banyak. Dia perintah agar pasukan Muslimiin
menebang bambu-bambu di jurang, untuk menghitung jumlah yang sama tewas dari
pasukan Romawi. Setelah hutan bambu itu ditebangi untuk memberi tanda, dan menghitung
yang sama tewas, terjumlah
105.000 mayat. Dari mereka yang
mati karam di dalam danau Annaqushah tidak terhitung, karena terlalu banyak.
Yang tertawan 40.000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar