Kaana dan kuntu dalam bahasa Arab, untuk menyatakan
lampau. Kesulitan memahami Al-Qur’an atau Al-Hadits, terkadang kuncinya ada
pada lafal “Kaana” yang
artinya telah ada, atau telah nyata, atau “Kuntu”
yang terkadang diartikan saya dulu.
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي
الْعَشْرِ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ، فَإِذَا كَانَ مِنْ حِينِ تَمْضِي عِشْرُونَ
لَيْلَةً، وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ يَرْجِعُ إِلَى مَسْكَنِهِ، وَرَجَعَ
مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ، ثُمَّ إِنَّهُ أَقَامَ فِي شَهْرٍ، جَاوَرَ فِيهِ تِلْكَ
اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا، فَخَطَبَ النَّاسَ، فَأَمَرَهُمْ بِمَا
شَاءَ اللهُ، ثُمَّ قَالَ: «إِنِّي كُنْتُ أُجَاوِرُ هَذِهِ الْعَشْرَ، ثُمَّ بَدَا
لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ، فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَبِتْ
فِي مُعْتَكَفِهِ، وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ فَأُنْسِيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا
فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فِي كُلِّ وِتْرٍ، وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ
وَطِينٍ» قَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ: مُطِرْنَا لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ،
فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي مُصَلَّى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَقَدِ انْصَرَفَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ، وَوَجْهُهُ مُبْتَلٌّ
طِينًا وَمَاءً
__________
[شرح محمد فؤاد عبد الباقي]
[ش (يجاور) أي يعتكف في المسجد (فإن كان من حين تمضي) بإعراب حين بالجار
لإضافته إلى المعرب (فوكف المسجد) أي قطر ماء المطر من سقفه]. [1]
Artinya:
Tadinya (Kaana) Rasulullah SAW i’tikaf di 10 malam pertengahan Romadhon.
Bila tanggal 20 telah berlalu; tanggal 21 telah muncul, beliau SAW kembali ke
rumahnya.
Lalu sungguh beliau (berdiri) i’tikaf pada tanggal yang di (tahun) sebelumya pulang. Lalu berkhotbah pada manusia, yakni perintah agar mereka maa syaa Allah. Lalu bersabda, “Sungguh (kuntu) (tahun lalu) saya i’tikaf di malam ini. Lalu ilham saya, akan i’tikaf pada 10 (malam) akhir, menyeruak. Maka barangsiapa telah i’tikaf bersama saya, hendaklah tetap di dalam i’tikafnya. Sungguh saya telah tahu (Lailatul Qodar) di malam ini, namun dibuat lupa. Carilah (Lailatul Qodar) di 10 malam akhir, tiap tanggal ganjil. Sungguh saya telah bermimpi, bersujud di tanah bercampur air.”
Lalu sungguh beliau (berdiri) i’tikaf pada tanggal yang di (tahun) sebelumya pulang. Lalu berkhotbah pada manusia, yakni perintah agar mereka maa syaa Allah. Lalu bersabda, “Sungguh (kuntu) (tahun lalu) saya i’tikaf di malam ini. Lalu ilham saya, akan i’tikaf pada 10 (malam) akhir, menyeruak. Maka barangsiapa telah i’tikaf bersama saya, hendaklah tetap di dalam i’tikafnya. Sungguh saya telah tahu (Lailatul Qodar) di malam ini, namun dibuat lupa. Carilah (Lailatul Qodar) di 10 malam akhir, tiap tanggal ganjil. Sungguh saya telah bermimpi, bersujud di tanah bercampur air.”
Abu Said Al-Khudri berkata, “Kami telah dihujani pada malam 21.
Masjid, khususnya tempat shalat Rasulillah SAW, basah oleh air hujan. Saya
mengamati beliau SAW berpaling dari shalat subuh, wajahnya basah oleh tanah dan
air.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar