Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/03/23

PS 90: Pembebasan Syam





Di antara mereka yang tampak sangat khawatir, penguasa kota Amuriyah yang mengamati Khalid telah menguasai Bathriq Luqa, penguasa Qinasrin. Dia khawatir jika Khalid membunuh tokoh handal itu.
Dia menghadap Raja Jabalah untuk berkata, “Demi Allah! Kaum Arab ini ‘para syaitan!’ Lihatlah betapa menakjubkan! ‘Seorang Arab membawahi sepuluh prajurit telah dikepung pasukan berjumlah sebanyak ini tidak takut’. [1] Bahkan telah menangkap dan menguasai tokoh kita dengan ketat, tidak mudah dilepaskan. Sungguh saya sangat khawatir jangan-jangan dia membunuh tokoh kita yang sangat dicintai oleh Raja Hiraqla. Katakan pada orang Arab itu ‘lepaskan tokoh kami agar bergabung pada kami!’ Rayulah agar mau melepaskan! Jika telah lepas, mereka kita serang dan kita bunuh dengan serempak!.”

Makin merapat, mereka mengepung regu Khalid.
Hamam menodongkan senjata pada Bathriq Luqa yang diikat erat, untuk menahan serangan mereka.
Mereka yang berani berteriak, “Kalian sahabat Muhammad yang mana?! Jangan-jangan hanya pengikutnya?! Katakan sebelum kami membunuh kalian!.”   
Khalid menjawab, “Kami benar-benar sahabat Muhmmad Al-Mukhtar (المختار/pilihan). Di kalangan masyarkat, kami dikenal sebagai ahli qiblat, Islam, kaum sopan, kaum baik hati. Tentang garis keturunan kami? Kami ini dari beberapa kabilah yang berbeda. Allah telah menjadikan ‘kalimat kami’ sama: Laa Ilaaha illaa Allah Muhammadun Rasul Allah (لا إله إلا الله محمد رسول الله). Semoga Allah menambahi kemuliaan pada nabi SAW!.”

Dengan marah, Jabalah menggertak, “Kau pimpinan pasukan Arab yang kemari itu!?.”
Khalid menjawab, “Saya bukan pimpinan mereka! Saya hanya saudara mereka di dalam Islam!.”
Jabalah bertanya, “Kau tergolong sahabat Muhammad!?.”
Khalid menjawab, “Sayalah pahlawan dari keluarga Bani Makhzum bernama Khalid bin Al-Walid, sahabat Rasulillah SAW. Yang di kananku Abdur Rohman bin Abi Bakr, yang di kiriku orang Yaman bernama Rafi’ bin Umairah (رافع بن عميرة الطائي) menantu dan buah hatiku. Dia lulus seleksi dari kabilah-kabilah, sebagai pemuda yang sangat pemberani. Kau jangan menyangka membunuh kami ‘mudah!’ Jangan bangga hanya karena pasukan kalian terlalu banyak! Gambaran kalian saat ini, bagaikan kawanan burung di dalam sarang yang telah diincar oleh pemburu. Si pemburu telah meletakkan perangkap. Semua akan tertangkap kecuali hanya sedikit.”

Kemarahan Jabalah pada Khalid membuat susana semakin tegang. Apa lagi ketika dia menggertak, “Kau akan tahu bahwa kekalahan, justru akan menimpa dirimu! Yaitu ketika senjata kami telah kami mainkan! Kau dan orang-orangmu akan kami bunuh untuk diberikan binatang buas di hutan itu! Agar dicabik-cabik untuk sarapan pagi dan makan malam.”
Khalid berkata, “Dalam agama kami, tidak ada yang menakutkan! Justru kamulah orang yang seharusnya takut neraka! Karena kamu menyembah Salib.”
Jabalah berkata, “Saya tergolong raja negeri Hamdan, keturunan Ghasan. Sayalah Jabalah bin Al-Aiham.”
Khalid berkata, “Kamu telah murtad dari agama Islam! Barang siapa memilih kesesatan mengabaikan hidayah (petunjuk), dan memilih jalan durhaka ‘berari telah sesat!’.”
Jabalah menjawab, “Saya tidak demikian. Saya justru telah memilih kemuliaan ‘menyingkirkan kehinaan dan kerendahan’.”
Khalid berkata, “Ambisimu justru akan merendahkan kau. Yang benar, kemuliaan adalah kota di surga abadi, yang jauh dari kampung hina.”
Jabalah berkata, “Hai keturunan Makhzum! Jangan banyak bicara! Adanya saya mengulur umurmu dan kaummu, karena kau menawan dia. Saya khawatir jika kami menyerang kalian, kalian membunuh dia. Padahal dia orang penting dan keluarga dekat Raja Hiraqla. Lepaslah dia! Saya akan berbuat baik pada kalian!.”
Khalid berkata, “Tawananku takkan saya lepaskan dari tanganku, karena akan saya bunuh! Saya takkan peduli apapun yang akan terjadi setelah itu! Adapun rencanamu akan menyerang kami dengan seluruh pasukan sebanyak ini! Kalau memang berani silahkan lakukan! Jumlah kalian sangat banyak! Pasukan saya hanya sepuluh! Kalau kalian berhasil membunuh kami, berarti kalian bisa menyelamatan pimpinan kalian yang  saya tawan ini! Namun jika Allah membuat kami menang, kalian akan kami bunuh! Sekarang juga bersiaplah perang! Tiada Pertolongan kecuali dari Allah! Tewasnya tawananku ‘takkan menyusahkan’ jika kalian saya bunuh sebelum dia!.”

Dia menjelaskan pada penguasa kota Amuriyah mengenai perbincangannya dengan Khalid.
Penguasa Amuriyah marah dan menghunus pedangnya. Khalid mengamati bathriq itu bergerak dengan pedang terhunus, untuk menyerang. Langkah dan gerak sang batrhiq, dihentikan oleh gertakan Jabalah, “Jangan! Kembali!.”

Sang bathriq kembali lagi di bawah naungan Salib, di sisi Jabalah. Raja Jabalah berjalan mendekati Khalid, untuk berkata, “Hai keturunan Makhzum! Kau benar! Peperangan ada dua kemungkinan, ‘menang atau kalah’. Tapi kaum kami tidak mau tahu tentang hal itu, mau mereka menyerang kalian. Setelah saya ajak berbicara, mereka setuju jika kita berperang satu lawan satu. Dari kalian yang akan maju ‘silahkan!’.”   

Khalid bergerak untuk mengabulkan tantangan, namun dihalang-halangi oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr Asshiddiq, “Ya Ayah Sulaiman! Demi kubur yang ditempati oleh Nabi SAW, dan demi uban Abu Bakr RA! Seorangpun jangan mengabulkan tantangan ini keculi saya! Saya akan berjuang dengan tekat besar, untuk menyusul ayahku Abu Bakr Asshiddiq!.”
Khalid perintah, “Silahkan! Semoga Allah mensyukuri ucapan dan perjuanganmu.”

Abdur Rohman memacu kuda besar bekas milik Umar, untuk mendekat. Saat paling mendebarkan, ketika Abdur Rohman berbaju perang dan berhelm perang yang dilengkapi dengan rajut besi pelindung leher, dengan gagah ‘memacu kuda’ di pertengahan pasukan Romawi. Bibirnya meneriakkan, “Ayo siapa yang akan berperang denganku! Akulah putra Asshiddiq.”
Orang-orang terpukau oleh untaian syair yang dilantunkan:

Aku Hamba Allah pemilik Keagungan
Pemilik Kemuliaan
Ayahku agung yang benar jika bicara
Saya membela Islam bukan hanya berbicara

Tantangan Abdur Roman ditanggapi oleh lima orang berkuda gagah berani. Abdur Roman bergerak cepat melancarkan beberapa serangan mematikan. Dalam beberapa jurus, seorang dari mereka tewas bersimbah darah. Serangan berikutnya makin ganas, membuat mereka berempat tewas oleh tusukan tombaknya.

Mereka terperangan, hati mereka berdebar-debar ketakutan. Mereka berembuk untuk menyerang dengan serempak, namun niat mereka dihentikan oleh Raja Jabalah.     







In syaa Allah bersambung.



[1] Jumlah mereka semuanya 13 orang. Sa’id hanya penunjuk jalan, dan Hamam hanya pelayan Khalid.   


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar