Abu Ubaidah memanggil para sahabat nabi SAW, untuk diajak musyawarah.
Dia berkata, “Hai semuanya! Menurut kalian, bagaimana Bathriq Luqa ini? Saya telah
menetapi janjinya, namun dia justru bermakar atas kita?.”
Khalid bin Al-Walid berbicara, “Sungguh penjahat itu akan segera
tewas. Meskipun telah bermakar atas kita, namun Allah mengintai perbuatannya!
Kita akan bermakar dengan yang lebih dahsyat atas dia. Saya akan menjumpai dia
dengan sepuluh sahabat Rasulillah SAW.”
Abu Ubaidah perintah, “Hai Ayah Sulaiman! [1] Laksanakan gagasanmu! Saya sangat setuju
dengan rencanamu!.”
Khalid memanggil ‘Iyadh bin Ghanim Al-Asy’ari, ‘Amer bin Sa’id,
Mus’ab bin Mucharib, Abu Jandalah bin Sa’id, Sahl bin Amer, Rafi’ bin Umairah,
Al-Musayyab bin Najiyah, Sa’id bin Amir, Amer bin Ma’dikarib, Ashim bin Umar,
Abdur Rohman bin Abi Bakr Asshiddiq (عبد
الرحمن بن ابي بكر الصديق) RA. Mereka semua
menjawab, “Labbaik! (‘Siap’).”
Dhirar bin Al-Azwar tidak dipanggil karena sedang sakit mata.
Khalid perintah, “Ayo segera berangkat!” Dan mengenakan pakaian
perang, rampasan dari Musailamah (مسيلمة
الكذاب) nabi palsu, di dalam Perang Yamamah.
Khalid mengendarai kuda. Lalu pada pelayannya bernama Hamam,
berkata, “Ikut kami agar kau melihat keajaiban di sana!.”
Pelayan mengikuti perjalanan rombongan Khalid, yaitu sepuluh sahabat
nabi SAW. Pada Sa’id, Khalid bertanya, “Ya Sa’id! Apakah Jabalah tidak memberi
tahu padamu mengenai ‘Bathriq Luqa akan lewat jalan mana’ untuk bertemu dia?.”
Sa’id menjawab, “Betul ya Aba Sulaiman! Dia telah memberi tahu
saya.”
Sambil mendekati Sa’id, Khalid perintah, “Ayo ikut, untuk
menunjukkan jalan menuju ke sana! Bergabung pada Jabalah!”
Khalid berkata, “Kita nanti menyamar, hingga Bathriq Qinasrin
bernama Luqa muncul. Selanjutnya dia dan pasukan pengawalnya kita makar untuk
kita bunuh.”
Sa’id berjalan di depan menunjukkan jalan. Perjalanan rahasia
itu dilakukan pada malam hari.
Rombongan Khalid telah mendekati tenda-tenda yang diterangi
dengan obor-obor yang menyala-nyala. Setelah didekati, dari tenda-tenda itu
terdengar celoteh orang banyak. Membisingkan.
Sa’id menempati posisi yang akan dilalui oleh Raja Jabalah,
sambil bersembunyi hingga waktu subuh. Khalid mengimami shalat subuh pada
kaumnya.
Persembunyian mereka berakhir ketika arak-arakan pasukan Raja
Jabalah meninggalkan tempat. Raja Jabalah yang Bathriq, berkuda di pertengahan
pasukannya yang mengalir, berjumlah banyak sekali. Sebagian pasukan Raja
Jabalah, kaum Arab beragama Nashrani. Penguasa kota Amuriyah juga ada di
pertengahan mereka. Arak-arakan pasukan yang sangat panjang itu mengalir ke
arah kota Awashim dan Qinasrin. Derap kaki kuda mereka membahana.
Muslimiin yang hanya berjumlah 12 orang itu berkata pada
Khalid, “Ya Ayah Sulaiman! Tak tahukah kau bahwa ternyata mereka yang lewat itu,
banyaknya ‘bagaikan duri-duri dan pepohonan’ di hutan ini?.”
Khalid
menghibur, “Mereka itu sedikit, jika kita telah ditolong oleh Allah yang
memihak kita. Masuklah ke perkumpulan mereka untuk menyusup! Bergayalah seperti
golongan mereka! Sebagai upaya agar kita nantinya bisa bertemu Bathriq Luqa
penguasa Qinasrin. Semoga Allah ‘berbuat baik’ untuk kita.”
Khalid
dan pasukannya keluar dari hutan, untuk menyusup pada mereka yang mengalir
bagaikan sungai. Saat itu perjanjian damai yang disetujui oleh Abu Ubaidah ‘hampir
berakhir’.
Perjalanan
yang memakan waktu cukup lama itu, akan segera berakhir. Bathriq Luqa penguasa
kota Awashim dan Qinasrin muncul, untuk menyongsong kehadiran pasukan yang melaut di bawah pimpinan Raja Jabalah.
Bathriq Luqa didampingi pasukannya berjumlah sangat banyak. Didepan Luqa ada Salib besar yang diangakat oleh seorang. Juga ada sejumlah ulama
Nashrani dan para rahib. Sejumlah orang membaca kitab Injil, sejumlah lainnya
mengucapkan kalimat syirik.
Pemandangan yang sangat mengagumkan bagi kaum Nahrani: Raja
Jabalah dan pasukannya akan segera mendapat ucapan selamat dari Bathriq Luqa.
Bathriq Luqa berkuda di depan kaum, untuk menemui dan mengucapkan
selamat datang pada Raja Jabalah bin Al-Aiham.
Bathriq Luqa terkejut oleh datangnya Khalid dikawal sepuluh orang. Tetapi dia tidak tahu bahwa yang datang mendekat itu adalah orang-orang berbahaya, sehingga menyapa, “Semoga Al-Masih memberi barokah pada kalain, dan semoga kalian ditolong oleh Salib.”
Bathriq Luqa terkejut oleh datangnya Khalid dikawal sepuluh orang. Tetapi dia tidak tahu bahwa yang datang mendekat itu adalah orang-orang berbahaya, sehingga menyapa, “Semoga Al-Masih memberi barokah pada kalain, dan semoga kalian ditolong oleh Salib.”
Khalid menjawab, “Goblok! Kami bukan penyembah Salib! Justru
kami ini para sahabat Muhammad SAW yang tercinta.”
Khalid membuka wajahnya dan berkata, “Laa Ilaah illaa Allah wachdahu laa
syariika lah. Wa anna Muhammad ‘AbduHu wa RasuuluH (لا
إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله). Hai Musuh Allah! Sayalah
Khalid bin Al-Walid Al-Makhzumi, sahabat Rasulullah!.”
Khalid menghantam dan dan menarik Bathriq Luqa dari pelana kuda.
Para sahabat Rasulillah SAW menghunus pedang untuk menodong, agar pasukan
pengawal Bathriq Luqa tidak bergerak. Suara ricuh dan gertakan keras kaum
Nashrani ‘tak dapat ditahan’. Bahkan semakin lama suara mereka bersaut-sautan.
Kaum Khalid tak jatuh mental. Mereka juga meneriakkan kalimat
tauhid, dengan keras.
Saat itu, jantung-jantung berdebar-debar. Raja Jabalah dan pengawalnya mendekat, untuk mengepung para sahabat nabi yang bersenjata
terhunus. Semakin lama pengepungan semakin rapat. Khalid menahan tali kendali
kuda Luqa, dan menodongkan pedang ke arah Luqa.
Luqa tersenyum sinis.
Khalid bertanya, “Kenapa tersenyum?.”
Luqa berkata, “Karena kau dan orang-orangmu akan segera tewas!
Sebaiknya kau biarkan saya hidup! Itu lebih tepat.”
Khalid melepaskan Luqa, dan berteriak pada Muslimiin, “Lindungi
saya dan tabahlah menghadapi mereka! Yang paling kalian khawatirkan adalah
kematian. Padahal bagi saya ‘kematian adalah harapan’. Demi Allah, saya sanggup
mati berkali-kali agar meraih pahala syahid (syahadah/الشهادة)! Ketahuilah bahwa
kita benar! Dan kita berserah pada Allah! Sepertinya terbayang dalam benakku!
Kalian menghadap kehadirat Tuhan, untuk menempati surga yang penghuninya takkan
wafat selamanya.” Lalu membaca ayat: {لا
يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ} [الحجر:48].” [2]
Artinya: Tiada rasa capek menyentuh mereka (penghuni surga), dan
mereka takkan dikeluarkan darinya.
Di pertengahan lautan pasukan lawan itu, Khalid menggerakkan 12
orang, menghantam dan menangkap Bathriq Luqa. Para sahabat Rasulillah SAW bergerak
cepat, mengelilingi untuk melindungi Khalid, yang telah menawan seorang raja.
Abdur Rohman bin Abi Bakr bergeser ke kanan Khalid; Rafi’ bin
Umairah di kirinya; pelayan Khalid di belakangnya; yang lain mengelilingi untuk
melindungi. Pada pelayannya bernama Hamam (همام), Khalid menyerahkan Bathriq Luqa, sambil berkata, “Ikat dan
letakkan di sisimu! Dan jagalah jangan pergi! Berbahagialah! Allah akan menolongmu!.”
Suasana tegang mencekam, bagi kaum Nashrani maupun kaum Khalid.
Dengan suara serak, Raja Jabalah perintah agar orang-orang Arab Nashrani
bergeser merapat. Saat itu Jabalah yang agung bagi mereka, mengenakan kalung
berliontin Salib emas, berbusana sutra Dibaj berkancing emas. Busana luarnya
dirancang sebagai pelindung yang indah dan kokoh. Penuh taburan emas yang
gemerlapan. Pelindung lehernya anyaman emas, dikaitkan pada helm perang dari emas.
Di atas kepalanya bertengger Salib dari Jauhari yang dinaungkan oleh seorang.
[2] Baca: Laa yamassuhum fiihaa nashobun wamaa hum bimukhrajiiin.
Mulungan Mulya Abadi Ponpes Kutubussittah Melati Sleman Yogyakarta Indonesia
Mulungan Mulya Abadi Ponpes Kutubussittah Melati Sleman Yogyakarta Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar