Bathriq Ishthofan telah keluar dari barisan, akan membunuh Dhirar. Semangatnya menyala-nyala bagai api yang takkan terpadamkan. Sebelum
menyerang, Ishthofan membentak, “Celaka kau! Kali ini yang menghadapi kau,
seorang yang takkan mungkin bisa kau taklukkan.”
Dhirar tidak paham bahasa Romawi yang diucapkan. Yang dia
ketahui Ishthofan perintah, agar dia bersiap menerima serangannya.
Isthofan mengeluarkan Salib emas, yang digantungkan pada kalung dari perak. Dia mencium Salib lalu meletakkan di atas kepala.
Dhirar paham bahwa maksud Ishthofan minta pertolongan pada Salib, agar diberi kemenangan.
Isthofan mengeluarkan Salib emas, yang digantungkan pada kalung dari perak. Dia mencium Salib lalu meletakkan di atas kepala.
Dhirar paham bahwa maksud Ishthofan minta pertolongan pada Salib, agar diberi kemenangan.
Dhirar berkata, “Silahkan kau minta tolong padanya. Saya minta
tolong pada Al-Qoriib Al-Mujiib (بالقريب
المجيب)
yang Maha Dekat Maha mengabulkan orang yang menyeru pada-Nya.”
Yang mendebarkarkan dan mengejutkan, saat Isthofan memulai
melancarkan serangan ganas pada Dhirar, yang menyambut dengan serangakaian
tangkisan. Hampir semua penonton Romawi berkata, “How” Dengan serempak, riuh.
Khalid berteriak, “Hai Putra Azwar! Kenapa kurang semangat dan
terlalu santai melayani dia?! Padahal surga telah dibukakan untuk kau! Dan
nereka telah dibukakan untuk musuh-musuhmu? Yang cekatan! Karena Allah akan
menolong kau!.”
Dhirar menghapus rasa malasnya, dan menyerang dengan ganas
sekali.
Walau hati berdebar, pasukan Romawi berteriak, agar Ishthofan tetap berani.
Walau hati berdebar, pasukan Romawi berteriak, agar Ishthofan tetap berani.
Dhirar dan Ishthofan saling menyerang dan menangkis, bagai orang
kalap yang mengerikan, mendebarkan.
Saat itu sudah siang, sehingga rasanya panas, karena sengatan
matahari.
Batriq Ishthofan minta agar Dhirar turun dari kuda, untuk
berperang di atas tanah. Dhirar menuruti keinginannya, turun dari kuda.
Tiba-tiba sekelompok pasukan Romawi berdatangan, dipimpin oleh
pemuda, putra Ishthofan. Batriq muda itu mengendarai kuda penurut yang dituntun
oleh seorang tentara.
Dhirar memanggil kudanya yang segera datang. Dan berteriak pada
kudanya, “Temani saya sebentar! Jika menolak! Kau saya laporkan pada Rasulillah
SAW!.”
Kuda bergerak cepat menghadap Dhirar, yang segera menusuk batriq
muda, penolong Ishthofan. Lalu dia mengambil dan mengendarai kuda batriq muda
itu. Dan melepas kuda yang telah menemani, agar berlari menuju pasukan
Muslimiin.
Di sana kuda diterima oleh pasukan Muslimiin.
Dhirar kembali menghadap batriq Ishthofan.
Ishthofan terkejut, berdebar-debar, marah dan takut, karena
putranya telah terbunuh, dan kuda putranya telah dirampas oleh Dhirar. Saat
itulah dia yakin bahwa dirinya juga akan tewas. Dia berpikir jika lari ‘pasti
dibunuh’ secepatnya, jika melawan juga ‘pasti’ kalah.
Di saat itulah, tiba-tiba sekelompok pasukan berkuda dari Romawi
bergerak mendekat.
Wardan telah menyaksikan tanda-tanda Ishthofan ‘sudah tak mampu’
lagi, mengimbangi serangan Dhirar yang ganas. Dia berpikir jika tidak segera
ditolong, Ishthofan bisa tewas.
Dia berkata, “Hai pahlawan saya! Syaithan inilah yang telah makan
seiris hati saya! Jika saya tak mampu membunuh dia! Saya akan bunuh diri! Saya
harus membunuh dia!.”
Wardan bergerak bersama sepuluh batriq berbaju besi, mendekati
Dhirar. Kaki sepuluh batriq dibungkus sepatu lars dari besi. Baju
besi yang mereka kenakan berlengan besi. Membawa tongkat besi. Wardan berbaju
perang, mengenakan mahkota agung, gemerlapan.
Wardan memimpin sepuluh batriq, mendekati Dhirar. Mendebarkan.
Ishthofan berteriak agar Dhirar menoleh. Namun dia hanya
bergerak untuk siaga.
Khalid melihat sebelas musuh, bergerak makin mendekati Dhirar. Dan
melihat kilauan mahkota Wardan, karena sinar matahari.
Dari agak jauh, Khalid berkata, “Yang mengenakan mahkota itu
pasti raja! Berarti pemimpin sepuluh orang, yang mendekati teman kita itu, ‘Wardan!’
Kita harus membantu kawan! Yang ikut saya hanya sepuluh saja! Agar jumlahnya ‘sama’
dengan mereka!.”
Khalid dan sepuluh orangnya keluar dari barisan, mendekati
kuda. Untuk datang dan membantu Dhirar.
Subhanallah, meskipun Wardan dan sepuluh pasukan pengawalnya telah
makin dekat, namun Dhirar tak mundur setapak pun. Bahkan dia tenang sekali, hatinya seperti lebih keras dari batu.
Wardan dan pasukan pengawalnya terkejut oleh suara Khalid,
“Berbahagialah hai Dhirar! Kau akan ditolong oleh Al-Jabbar! Jangan
takut kaum Kuffar!.”
Dhirar berkata, “Kali ini pertolongan telah dekat sekali.”
Khalid bersama pasukannya mendekati, menyerang Wardan dan
pasukannya.
Kini setiap seorang, berperang melawan seorang.
Khalid bertempur melawan Wardan.
Ishthofan ketakutan, ketika melihat Khalid dan sepuluh pasukan Muslimiin. Dengan grogi, dia menoleh kekiri dan kekanan, akan kabur.
Tombak Dhirar bergerak cepat ke arah Ishthofan, yang menghindar dengan terjun dari kuda, untuk berlari.
Kini setiap seorang, berperang melawan seorang.
Khalid bertempur melawan Wardan.
Ishthofan ketakutan, ketika melihat Khalid dan sepuluh pasukan Muslimiin. Dengan grogi, dia menoleh kekiri dan kekanan, akan kabur.
Tombak Dhirar bergerak cepat ke arah Ishthofan, yang menghindar dengan terjun dari kuda, untuk berlari.
Dhirar mengejar dengan kuda lalu terjun untuk menangkap
Ishthofan.
“Grubyuk” Mereka berdua jatuh ke tanah. Tubuh Isthofan besar
keras seperti batu. Tubuh Dhirar ramping.
Dhirar menjadi hebat karena imanannya kuat.
Setelah pergulatan seru berlangsung cukup lama, Dhirar memukul
lempeng dan membanting, hingga Ishthofan berteriak minta tolong pada Wardan,
“Tonglah saya mengatasi kesulitan! Wahai tuan! Saya hampir kalah!.”
Wardan menjawab, “Lalu yang menolong saya menghadapi singa-singa
buas ini siapa?!.”
Dengan terbengong, dua golongan yang bertikai, saling memandang fihak
lawan.
Dhirar mendekati Ishthofan yang tak berdaya. Lalu menduduki dada dan menyembelih dia, bagai menyembelih unta.
Dhirar mendekati Ishthofan yang tak berdaya. Lalu menduduki dada dan menyembelih dia, bagai menyembelih unta.
Di waktu Khalid berperang melawan Wardan, Dhirar telah memotong
leher lawannya.
Dhirar bangkit untuk naik kuda. Pasukan Romawi telah kalap dan
melancarkan serangan dahsyat, atas kaum Muslimiin. Suara mereka ribut, mengusir
sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar