Pada
Syurachbil, Khalid bertanya, “Kenapa kau berani melawan pasukan Syam yang ganas sekali? Mereka memiliki bathriq berjumlah banyak loh?!.”
Khalid berkata, “Memang keberanian Abu Ubaidah luar-biasa. Dia pemberani
bukan ingin disanjung, namun belum tahu bahwa wilayah ini sangat berbahaya.”
Khalid menyuruh mereka berpindah untuk beristirahat, pada tempat yang nyaman.
Hingga
dua hari, mereka beristirahat di dalam deretan tenda di hutan luas.
Tiba-tiba
pasukan berkuda dari Bushro berdatangan untuk menyerang.
Khalid berteriak, “Kaum Romawi datang kemari! Mereka tahu bahwa kita dan kuda kita
capek! Ayo kita hadapi! Semoga Allah memberi barokah pada kalian! Bersiaplah!.”
Pasukan
Muslimiin bergerak cepat menata barisan. Yang memimpin barisan sebelah kanan;
Rafi bin Umairah Atthai.
Yang
memimpin barisan bagian kiri; pemuda bernama Dhirar bin Al-Azwar.
Penyerang
yang berada di barisan tengah, dipimpin oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr. Pasukan
paling menakutkan bernama Jaisyuzzachf (Pasukan
Pengobrak-abrik), dibagi menjadi dua. Yang satu di bawah pimpinan Al-Musayyab
bin Najibah Al-Fazari; yang lain di bawah pimpinan Madzur bin Ghanim Al-Asyari
(مذعور بن غانم الاشعري).
Pada
mereka, Khalid perintah, “Jika saya menyerang! Kalian semua menyeranglah!.”
Khalid
masuk ke tengah barisan pasukannya untuk menyampaikan pesan penting. Saat itu
pasukannya telah tak sabar, ingin segera menyerang.
Dari
tengah barisan pasukan Bushra, muncul lelaki berkuda berbusana mewah. Emas dan
mutiara-merah yang dikenakan gemerlapan. Ternyata dia berteriak dengan bahasa
Arab yang fasih, “Hai kaum Arab! Suruhlah pimpinan kalian tertinggi agar
kemari! Saya penguasa kota Bushra!.”
Khalid bergegas mendekati.
Bathriq
itu bertanya, “Kau pimpinan kaum ini?!.”
Khalid
menjawab, “Kata mereka begitu! Tapi ini hanya selama saya taat Allah dan
RasulNya. Jika saya telah menentang Allah dan RasulNya, saya tidak berhak
menjadi pimpinan mereka!.”
Dia
berkata, “Saya lelaki pandai di mata raja-raja Romawi. Kebenaran takkan samar
bagi orang yang teliti. Ketahuilah bahwa saya telah membaca kitab-kitab kuno
dan berita orang-orang dahulu. Di sana tertulis: Sunguh Allah akan mengutus lelaki dari Quraisy bernama Muhammad bin Abdillah SAW, sebagai rasul.”
Dia
berkata, “Dia mendapatkan Kitab-Suci.”
Khalid
berkata, “Betul! Bernama Al-Qur’an!.”
Lelaki
bernama Bathriq Rumas (Abdul-Malik) itu, bertanya, “Apa dia mengharamkan
arak?.”
Mata
dia terbelalak ketika Khalid menjawab, “Betul! Barang siapa minum arak; kami
pukul. Barangsiapa berzina; kami dera, jika telah muchson (terjaga),
kami rajam.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan agar kalian melakukan sholat?.”
Khalid
menjawab, “Betul! Sehari-semalam lima kali!.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan berjihad?.”
Khalid
menjawab, “Kalau hukumnya tidak wajib; buat apa kami kemari memerangi
kalian?!.”
Dia
berkata, “Demi Allah saya tahu bahwa agama kalian benar. Saya cinta kalian, dan
telah menyuruh agar kaum saya takut kalian. Tetapi mereka bersikeras.”
Khalid
perintah, “Katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah; Muhammad Utusan Allah !’ Kau
akan mempunyai hak yang sama dengan kami, dan menanggung kewajiban yang sama
dengan kami!.”
Dia
berkata, “Saya telah Islam. Tetapi takut dibunuh dan dirampas harem saya oleh
kaum saya. Saya akan pulang untuk menyuruh agar kaum saya takut kalian. Siapa
tahu Allah memberi petunjuk pada mereka.”
Khalid
berkata, “Jika kau kembali pada kaummu sebelum berperang dengan saya; saya
justru mengkhawatirkan keselamatanmu dari amukan kaummu. Seranglah saya sebelum
kau pulang ! Agar mereka tidak menyangka jelek padamu!.”
Abdul-Malik
menyerang dengan garang pada Khalid yang menangkis dan menghindar, lalu
menyerang dengan ganas. Hingga dia kuwalahan bertahan.
Abdul-Malik
berkata, “Jangan kau hentikan serangan ini hingga Tuan Dirjan melihat kita
berperang. Dia Bathriq atasan saya, utusan Raja Hiraqla yang berbahaya bagi
kau.”
Dengan
menyerang, Khalid menjawab, “Allah akan menolong saya menaklukkan dia.”
Abdul-Malik
surut ke belakang lalu kabur, setelah pedang Khalid menyambar bertubi-tubi.
Kudanya dipacu agar lari cepat sekali menuju barisan pasukannya.
Mereka
bertanya, “Kenapa Tuan berlari pulang?.”
Abdul-Malik
menjawab, “Ternyata mereka hebat. Kalian pasti takkan mampu menghadapi serangan
mereka. Mereka pasti akan segera menguasai negeri-negeri Syam. Wilayah
kekuasaan saya juga pasti segera mereka rebut. Kabulkan keinginan mereka!
Ayo kota ini kita serahkan pada mereka; seperti kaum Arakah dan Sakhnah
menyerahkan kota mereka!.”
Kaumnya
terkejut ketika mendengar ucapannya. Beberapa bentakan dan suara ricuh
bersaut-sautan membisingkan. Mereka kalap ingin membunuh dia.
Pimpinan
yang sebelumnya diagung-agungkan itu, kini dibentak, “Masuklah ke kota untuk
bersembunyi! Kami yang akan memerangi mereka!.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar