Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/01/10

Kedahsyatan Terabaikan




Malam dan siang berjalan sepanjang masa, mengikuti Kehendak yang Maha Kuasa. Dibutuhkan kekuatan luar biasa, untuk menjalankan matahari di angkasa. Demikian pula ‘menjalankan’ agar bumi mengejar dan mengelilingi matahari. Kejadian rutin ini diistilahkan oleh Allah ‘Ayat’ yakni Mukjizat Alami. Namun kebanyakan orang tidak pernah menyadari bahwa ‘itu semua’ dilakukan oleh Allah, dengan Ilmu dan RohmatNya, semata-mata sebagai Anugerah pada seluruh HambaNya. Pantaslah jika berkali-kali Allah berfirman, “Fabiayyi Aalaaai Robbikumaa tukadzzibaaan. ‘Maka mana lagi Nikmat-Nikmat Tuhan yang kalian berdua dustakan?’.”
Karena mengabaikan kedahsyatan yang setiap hari terjadi.

Naslakhu minhunnahaar
Faidzaa hum muzhlimuun

Untuk mereka
Yakni Kami menyingkapkan siang untuknya
Tiba-tiba mereka masuk dalam kegelapan

Arabiknya: { وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ } [يس: 37].


Anu bertanya, “Kenapa kalimat ‘Wa Aayatun lahumullail’ diartikanMalam, Tanda (Kebesaran Allah), untuk mereka?’ Apa kalimatnya tidak terbalik?.
Fulan menjawab, “Karena kalimat Ayat di atas, khobar muqoddam mubtada muakhhor. Kalau diindonesiakan harus dibalik.” [1] [2]
Bento bertanya, “Kenapa kalimat ‘naslakhu minhunnahaar’ diartikan Yakni Kami menyingkapkan siang untuknya?’ Lafal ‘yakni’ dari mana asalnya?.”
Saya menjawab, “Karena naslakhu adalah bayan atau badal atau istinaf bayani, yang berguna menjelaskan kalimat sebelumnya ‘wa Aayatun lahumullail’.[3]
Suhaili bertanya, “Arti ‘naslakhu’ sebenarnya apa?.”
Ayu menjawab, “Mengelupas atau menguliti. Lafal itu dipilih oleh Allah, untuk menerangkan ‘kedudukan malam’ seperti kambing atau ular, yang belum diberi kulit. Siang yang datang dari matahari, diibaratkan sebagai kulit penutup malam. Jika siang telah dikelupas atau diangkat dari bumi, maka tiba-tiba gelap.” [4]

Sastro bertanya, “Apa karena itu, ‘faidzaa’ diartikan tiba-tiba?.”
Jokobodo menjawab, “Memang itu harful-fujah yang berguna menyatakan ‘tiba-tiba’ atau ‘tahu-tahu’.”
Doktor bertanya, “Kenapa lafal ‘muzhlimuuh’ diartikan ‘masuk dalam kegelapan?’.”
Bintu menjawab, “Itu isim fail berbentuk jamak. Kata kerja lampaunya ‘azhlama’ yang artinya telah masuk dalam kegelapan.” [5]






فَصَارَ الْمَعْنَى: اللَّيْلُ آيَةٌ لَهُمْ فِي حَالِ إِزَالَةِ غِشَاءِ نُورِ النَّهَارِ عَنْهُ فَيَبْقَى عَلَيْهِمُ اللَّيْلُ، فَشُبِّهَ النَّهَارُ بِجِلْدِ الشَّاةِ وَنَحْوِهَا يُغَطِّي مَا تَحْتَهُ مِنْهَا كَمَا يُغَطِّي النَّهَارُ ظُلْمَةَ اللَّيْلِ فِي الصَّبَاحِ.
[3] Mengenai istinaf bayani, dijelaskan di.
[4] تفسير الزمخشري = الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل (4/ 16)
سلخ جلد الشاة: إذا كشطه عنها وأزاله. ومنه: سلخ الحية لخرشائها «1» ، فاستعير لازالة الضوء وكشفه عن مكان الليل وملقى ظله مُظْلِمُونَ داخلون في الظلام، يقال: أظلمنا، كما تقول: أعتمنا وأدجينا.
[5] تفسير الزمخشري = الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل (4/ 16)
مُظْلِمُونَ داخلون في الظلام، يقال: أظلمنا، كما تقول: أعتمنا وأدجينا.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar