Malam dan siang berjalan sepanjang masa, mengikuti Kehendak yang Maha Kuasa.
Dibutuhkan kekuatan luar biasa, untuk menjalankan matahari di angkasa. Demikian
pula ‘menjalankan’ agar bumi mengejar dan mengelilingi matahari. Kejadian rutin
ini diistilahkan oleh Allah ‘Ayat’ yakni Mukjizat Alami.
Namun kebanyakan orang tidak pernah menyadari bahwa ‘itu semua’ dilakukan oleh
Allah, dengan Ilmu dan RohmatNya, semata-mata sebagai Anugerah pada seluruh
HambaNya. Pantaslah jika berkali-kali Allah berfirman, “Fabiayyi Aalaaai Robbikumaa tukadzzibaaan. ‘Maka mana lagi Nikmat-Nikmat Tuhan yang kalian
berdua dustakan?’.”
Karena
mengabaikan kedahsyatan yang setiap hari terjadi.
Naslakhu
minhunnahaar
Faidzaa
hum muzhlimuun
Malam, Tanda (Kebesaran Allah)
Untuk
mereka
Yakni
Kami menyingkapkan siang untuknya
Tiba-tiba
mereka masuk dalam kegelapan
Arabiknya:
{ وَآيَةٌ
لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ } [يس: 37].
Anu
bertanya, “Kenapa kalimat ‘Wa Aayatun lahumullail’ diartikan ‘Malam,
Tanda (Kebesaran Allah), untuk mereka?’ Apa kalimatnya tidak terbalik?.”
Fulan
menjawab, “Karena kalimat Ayat di atas, khobar muqoddam mubtada
muakhhor. Kalau diindonesiakan harus dibalik.” [1]
[2]
Bento
bertanya, “Kenapa kalimat ‘naslakhu minhunnahaar’ diartikan ‘Yakni
Kami menyingkapkan siang untuknya?’ Lafal ‘yakni’ dari mana asalnya?.”
Saya
menjawab, “Karena naslakhu adalah bayan atau badal atau
istinaf bayani, yang berguna menjelaskan kalimat sebelumnya ‘wa Aayatun
lahumullail’.” [3]
Suhaili
bertanya, “Arti ‘naslakhu’ sebenarnya apa?.”
Ayu
menjawab, “Mengelupas atau menguliti. Lafal itu dipilih oleh Allah, untuk
menerangkan ‘kedudukan malam’ seperti kambing atau ular, yang belum diberi
kulit. Siang yang datang dari matahari, diibaratkan sebagai kulit penutup
malam. Jika siang telah dikelupas atau diangkat dari bumi, maka tiba-tiba
gelap.” [4]
Sastro
bertanya, “Apa karena itu, ‘faidzaa’ diartikan tiba-tiba?.”
Jokobodo
menjawab, “Memang itu harful-fujah yang berguna menyatakan ‘tiba-tiba’
atau ‘tahu-tahu’.”
Doktor
bertanya, “Kenapa lafal ‘muzhlimuuh’ diartikan ‘masuk dalam kegelapan?’.”
Bintu
menjawab, “Itu isim fail berbentuk jamak. Kata kerja lampaunya ‘azhlama’ yang artinya telah masuk dalam kegelapan.” [5]
فَصَارَ الْمَعْنَى: اللَّيْلُ آيَةٌ لَهُمْ فِي حَالِ
إِزَالَةِ غِشَاءِ نُورِ النَّهَارِ عَنْهُ فَيَبْقَى عَلَيْهِمُ اللَّيْلُ،
فَشُبِّهَ النَّهَارُ بِجِلْدِ الشَّاةِ وَنَحْوِهَا يُغَطِّي مَا تَحْتَهُ
مِنْهَا كَمَا يُغَطِّي النَّهَارُ ظُلْمَةَ اللَّيْلِ فِي الصَّبَاحِ.
سلخ جلد الشاة: إذا كشطه عنها وأزاله. ومنه: سلخ الحية
لخرشائها «1» ، فاستعير لازالة الضوء وكشفه عن مكان الليل وملقى ظله مُظْلِمُونَ
داخلون في الظلام، يقال: أظلمنا، كما تقول: أعتمنا وأدجينا.
مُظْلِمُونَ داخلون في الظلام، يقال: أظلمنا، كما تقول:
أعتمنا وأدجينا.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar