Di dalam kitabnya, Muhammad bin Ahmad Al-Qadhi menjelaskan, "Raja Sulaiman bin Abdil-Malik beribadah hajji. Suatu hari seorang satpamnya keluar, untuk berkata, 'Sungguh Amirul Mukminiin' perintah, datangkan kemari, orang Faqih! Untuk ditanya tentang Manasik.
Dia ditangkap, untuk diperintah 'jawablah pertanyaan Amiral Mukmiin!'.
Dia menolak 'maafkan saya'. Tapi tetap dipaksa.
Dia dipaksa dihadapkan. Dia menggerutu 'Allah akan bertanya saya, tentang Pertemuan ini'.
Lalu bertanya 'ya Amiral Mukminiin, sungguh batu besar di atas bibir jurang Jahannam telah jatuh kedalam, selama 70 tahun. Hingga sampai dasarnya. Tahukah kau? Disediakan untuk siapa? Oleh Allah?'.
Sulaiman menjawab 'tidak tahu'.
Dia balik bertanya 'celaka kau. Dipersiapkan untuk siapa? Oleh Allah?'.
Thowus menjawab 'untuk orang yang diberi hak oleh Allah, memutuskan HukumNya, namun menyimpang (sewenang-wenang)'.
Sulaiman menangis, karena Fatwa Thowus."
Rujukan:
أَخْبَرَنَا محمد بن أحمد القاضي فِي كِتَابِهِ ، ثَنَا محمد بن العباس ، ثَنَا محمد بن المثنى ، ثَنَا مطهر بن الهيثم بن الحجاج الطائي ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ : حَجَّ سليمان بن عبد الملك فَخَرَجَ حَاجِبُهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ : إِنَّ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ قَالَ : ابْعَثُوا إِلَيَّ فَقِيهًا أَسْأَلْهُ عَنْ بَعْضِ الْمَنَاسِكِ ، قَالَ ، فَمَرَّ طاوس فَقَالُوا : هَذَا طاوس اليماني ، فَأَخَذَهُ الْحَاجِبُ فَقَالَ : أَجِبْ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، فَقَالَ : أَعْفِنِي ، فَأَبَى ، قَالَ : فَأَدْخَلَهُ عَلَيْهِ فَقَالَ طاوس : فَلَمَّا وَقَفْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ قُلْتُ : إِنَّ هَذَا الْمَجْلِسَ يَسْأَلُنِي اللَّهُ عَنْهُ ، فَقُلْتُ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، إِنَّ صَخْرَةً كَانَتْ عَلَى شَفِيرِ جُبٍّ فِي جَهَنَّمَ هَوَتْ فِيهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا حَتَّى اسْتَقَرَّتْ قَرَارَهَا ، أَتَدْرِي لِمَنْ أَعَدَّهَا اللَّهُ ؟ قَالَ : لَا ، ثُمَّ قَالَ : وَيْلَكَ ، لِمَنْ أَعَدَّهَا اللَّهُ ؟ قُلْتُ : لِمَنْ أَشْرَكَهُ اللَّهُ فِي حُكْمِهِ فَجَارَ . قَالَ : فَبَكَى لَهَا .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar