Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2014/07/11

Jenazah Abu Lahab Terbengkelai



Dari Rafi RA, kekasih Rasulillah SAW:
Dulu saya budak Abbas bin Abdil-Mutthallib. Saat itu saya, Ummul-Fadhl, dan Abbas RA telah Islam. Namun Abbas RA tidak terang-terangan dalam Islamnya, karena takut kaumnya.
Saat itu Abu Lahab (keluarga Abbas RA) sengaja tidak ikut Perang Badar. Dia mengutus Al-Ash bin Hisyam, agar mewakili dirinya. Al-Ash berhutang cukup banyak pada Abu Lahab.
Abu Lahab perintah, “Wakili saya membereskan perang ini! Semua hutangmu padaku, saya bebaskan!.”
Al-Ash mengabulkan perintahnya.

Ketika berita Muslimiin Menang Perang Badar datang; Allah telah mulai menghina Abu Lahab; saat itu saya orang lemah, sedang meraut anak panah di dalam kamar. Di dalam rumah, Abu Lahab lewat di dekat saya yang sedang duduk di dalam kamar, meraut anak panah. Ummul-Fadhl di sisi saya. Tiba-tiba dia muncul lagi dengan menyeret kaki. Di sisi tali melintang yang terhubung tenda, dia berhenti untuk duduk. Punggung dia lurus pungung saya.

Beberapa orang berkata, “Ini dia Abu Sufyan bin Al-Charits datang.”
Abu Lahab memanggil Abu Sufyan, “Hai Putra saudaraku! Kemari!.”
Setelah Abu Sufyan datang dan duduk di sisinya, orang-orang berdatangan untuk berdiri di depan mereka berdua.
Abu Lahab bertanya, “Hai Putra saudaraku! Bagaimana keadaan orang-orang kita di medan perang?.”
Dia menjawab, “Demi Allah, tidak ada apa-apa. Di sana, kami lari hingga banyak yang tertawan dan terbunuh. Demi Allah saya tidak mau mencela orang-orang kita yang telah berjuang.”
Abu Lahab bertanya, “Kenapa?.”
Dia menjawab, “Saya melihat sejumlah lelaki berkulit putih, mengendarai beberapa kuda kelabu. Demi Allah serangan mereka dahsyat tidak ada yang membandingi. Yang mampu melawan mereka juga tidak ada.”
Saya segera membuka korden dan berkata, “Demi Allah! Mereka malaikat!.”
Dengan cepat, Abu Lahab mengayunkan tangan untuk menampar wajah saya. Dia saya tabur dengan debu, namun saya diangkat untuk dibanting ketanah. Dia menindih saya, namun ditarik oleh Ummul-Fadhl.
Dengan cepat, saya mengambil tongkat untuk saya pukulkan pada dia. Saya berhasil melukai dia dengan serius.
Ummul-Fadhl membela saya, “Hai Musuh Allah! Dia kau remehkan karena tuannya pergi!.”
Abu Lahab berdiri dan pergi dengan kesakitan dan hina.
Demi Allah tidak lebih dari tujuh hari setelah itu, dia meninggal. Allah mengirimkan penyakit Adasah padanya. Hampir seperti cacar air, berwarna merah. Hingga dia meninggal.
Jenazah dibiarkan terbengkelai oleh dua putranya, hingga dua atau tiga hari. Hingga membusuk.

Seorang Quraisy berkata pada dua putra Abu Lahab, “Masyak kalian tidak malu? Ayah kalian membangkai di rumahnya?.”
Mereka berdua menjawab, “Kami takut tertular oleh penyakitnya.”
Memang sejak dulu kaum Quraisy takut pada penyakit Adasah. Mereka menganggap bahaya, seperti penyakit Thaun.
Lelaki itu berkata, “Ayo mayatnya segera diberangkatkan! Saya akan menemani kalain!.”
Demi Allah mayat itu tidak dimandikan. Hanya diguyur air sekali, dari kejauhan. Mereka mengusung untuk meletakkan mayat di dataran tinggi kota Makkah. Diletakkan di sisi dinding, lalu ditutupi bebatuan. [1]



[1] المعجم الكبير للطبراني (1/ 308)
912 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ هَارُونَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ، حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْحَاقَ، يَقُولُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " كُنْتُ غُلَامًا لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَكُنْتُ قَدْ أَسْلَمْتُ، وَأَسْلَمَتْ أُمُّ الْفَضْلِ، وَأَسْلَمَ الْعَبَّاسُ، وَكَانَ يَكْتُمُ إِسْلَامَهُ مَخَافَةَ قَوْمِهِ، وَكَانَ أَبُو لَهَبٍ قَدْ تَخَلَّفَ عَنْ بَدْرٍ وَبَعَثَ مَكَانَهُ الْعَاصَ بْنَ هِشَامٍ، وَكَانَ لَهُ عَلَيْهِ دَيْنٌ، فَقَالَ لَهُ: اكْفِنِي هَذَا الْغَزْوَ، وَأَتْرُكُ لَكَ مَا عَلَيْكَ، فَفَعَلَ، فَلَمَّا جَاءَ الْخَبَرُ، وَكَبَتَ اللهُ أَبَا لَهَبٍ، وَكُنْتُ رَجُلًا ضَعِيفًا أَنْحِتُ هَذِهِ الْأَقْدَاحَ فِي حُجْرَةٍ، وَمَرَّ بِي، فَوَاللهِ إِنِّي لَجَالِسٌ فِي الْحُجْرَةِ أَنْحِتُ أَقْدَاحِي وَعِنْدِي أُمُّ الْفَضْلِ، إِذِ الْفَاسِقُ أَبُو لَهَبٍ يَجُرُّ رِجْلَيْهِ - أُرَاهُ قَالَ: حَتَّى جَلَسَ عِنْدَ طُنُبِ الْحُجْرَةِ - فَكَانَ ظَهْرُهُ إِلَى ظَهْرِي، فَقَالَ النَّاسُ: هَذَا أَبُو سُفْيَانَ بْنُ الْحَارِثِ، فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: هَلُمَّ إِلَيَّ يَا ابْنَ أَخِي، فَجَاءَ أَبُو سُفْيَانَ حَتَّى جَلَسَ عِنْدَهُ، فَجَاءَ النَّاسُ فَقَامُوا عَلَيْهِمَا، فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي كَيْفَ كَانَ أَمْرُ النَّاسِ؟ قَالَ: لَا شَيْءَ، وَاللهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ لَقِينَاهُمْ فَمَنَحْنَاهُمْ أَكْتَافَنَا يَقْتِلُونَنَا كَيْفَ شَاءُوا، وَيَأْسِرُونَنَا كَيْفَ شَاءُوا وَايْمُ اللهِ، لَمَا لُمْتُ النَّاسَ، قَالَ: وَلِمَ؟ فَقَالَ: رَأَيْتُ رِجَالًا بِيضًا عَلَى خَيْلٍ بُلْقٍ لَا وَاللهِ مَا تَلِيقُ شَيْئًا وَلَا يَقُومُ لَهَا شَيْءٌ، قَالَ: فَرَفَعْتُ طُنُبَ الْحُجْرَةِ، فَقُلْتُ: تِلْكَ وَاللهِ الْمَلَائِكَةُ، فَرَفَعَ أَبُو لَهَبٍ يَدَهُ فَلَطَمَ وَجْهِي، وَثَاوَرْتُهُ فَاحْتَمَلَنِي، فَضَرَبَ بِيَ الْأَرْضَ حَتَّى نَزَلَ عَلَيَّ، فَقَامَتْ أُمُّ الْفَضْلِ فَاحْتَجَزَتْ، فَأَخَذْتُ عَمُودًا مِنْ عُمُدِ الْحُجْرَةِ فَضَرَبْتُهُ بِهِ، فَفَلَقْتُ فِي رَأْسِهُ شَجَّةً مُنْكَرَةً، وَقَالَتْ: أَيْ عَدُوَّ اللهِ، أسْتَضْعَفْتَهُ إِنْ رَأَيْتَ سَيِّدَهُ غَائِبًا عَنْهُ؟ فَقَامَ ذَلِيلًا، فَوَاللهِ مَا عَاشَ إِلَّا سَبْعَ لَيَالٍ حَتَّى ضَرَبَهُ اللهُ بِالْعَدَسَةِ فَقَتَلَتْهُ، فَلَقَدْ تَرَكَهُ ابْنَاهُ لَيْلَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً مَا يَدْفِنَاهُ حَتَّى أَنْتَنَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ لِابْنَيْهِ: أَلَا تَسْتَحِيَانِ، إِنَّ أَبَاكُمَا قَدْ أَنْتَنَ فِي بَيْتِهِ؟ فَقَالَا: إِنَّا نَخْشَى هَذِهِ الْقُرْحَةَ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ يَتَّقُونَ الْعَدَسَةَ كَمَا يُتَّقى الطَّاعُونُ، فَقَالَ رَجُلٌ: انْطَلِقَا فَأَنَا مَعَكُمَا، قَالَ: فَوَاللهِ مَا غَسَّلُوهُ إِلَّا قَذْفًا بِالْمَاءِ عَلَيْهِ مِنْ بَعِيدٍ، ثُمَّ احْتَمَلُوهُ فَقَذَفُوهُ فِي أَعْلَى مَكَّةَ إِلَى جِدَارٍ، وَقَذَفُوا عَلَيْهِ الْحِجَارَةَ ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar