Dari
Rafi RA, kekasih Rasulillah SAW:
Dulu saya budak Abbas bin
Abdil-Mutthallib. Saat itu saya, Ummul-Fadhl, dan Abbas RA telah Islam. Namun
Abbas RA tidak terang-terangan dalam Islamnya, karena takut kaumnya.
Saat itu Abu Lahab (keluarga
Abbas RA) sengaja tidak ikut Perang Badar. Dia mengutus Al-Ash bin Hisyam, agar
mewakili dirinya. Al-Ash berhutang cukup banyak pada Abu Lahab.
Abu Lahab perintah, “Wakili
saya membereskan perang ini! Semua hutangmu padaku, saya bebaskan!.”
Al-Ash mengabulkan perintahnya.
Ketika berita Muslimiin
Menang Perang Badar datang; Allah telah mulai menghina Abu Lahab; saat itu saya
orang lemah, sedang meraut anak panah di dalam kamar. Di dalam rumah, Abu Lahab
lewat di dekat saya yang sedang duduk di dalam kamar, meraut anak panah. Ummul-Fadhl
di sisi saya. Tiba-tiba dia muncul lagi dengan menyeret kaki. Di sisi tali
melintang yang terhubung tenda, dia berhenti untuk duduk. Punggung dia lurus
pungung saya.
Beberapa orang berkata, “Ini
dia Abu Sufyan bin Al-Charits datang.”
Abu Lahab memanggil Abu Sufyan,
“Hai Putra saudaraku! Kemari!.”
Setelah Abu Sufyan datang dan
duduk di sisinya, orang-orang berdatangan untuk berdiri di depan mereka berdua.
Abu Lahab bertanya, “Hai Putra
saudaraku! Bagaimana keadaan orang-orang kita di medan perang?.”
Dia menjawab, “Demi Allah,
tidak ada apa-apa. Di sana, kami lari hingga banyak yang tertawan dan terbunuh.
Demi Allah saya tidak mau mencela orang-orang kita yang telah berjuang.”
Abu Lahab bertanya, “Kenapa?.”
Dia menjawab, “Saya melihat
sejumlah lelaki berkulit putih, mengendarai beberapa kuda kelabu. Demi Allah
serangan mereka dahsyat tidak ada yang membandingi. Yang mampu melawan mereka
juga tidak ada.”
Saya segera membuka korden dan
berkata, “Demi Allah! Mereka malaikat!.”
Dengan cepat, Abu Lahab mengayunkan
tangan untuk menampar wajah saya. Dia saya tabur dengan debu, namun saya
diangkat untuk dibanting ketanah. Dia menindih saya, namun ditarik oleh
Ummul-Fadhl.
Dengan cepat, saya mengambil
tongkat untuk saya pukulkan pada dia. Saya berhasil melukai dia dengan serius.
Ummul-Fadhl membela saya, “Hai
Musuh Allah! Dia kau remehkan karena tuannya pergi!.”
Abu Lahab berdiri dan pergi
dengan kesakitan dan hina.
Demi Allah tidak lebih dari
tujuh hari setelah itu, dia meninggal. Allah mengirimkan penyakit Adasah
padanya. Hampir seperti cacar air, berwarna merah. Hingga dia meninggal.
Jenazah dibiarkan terbengkelai
oleh dua putranya, hingga dua atau tiga hari. Hingga membusuk.
Seorang Quraisy berkata pada
dua putra Abu Lahab, “Masyak kalian tidak malu? Ayah kalian membangkai di
rumahnya?.”
Mereka berdua menjawab, “Kami
takut tertular oleh penyakitnya.”
Memang sejak dulu kaum Quraisy
takut pada penyakit Adasah. Mereka menganggap bahaya, seperti penyakit Thaun.
Lelaki itu berkata, “Ayo mayatnya
segera diberangkatkan! Saya akan menemani kalain!.”
Demi Allah mayat itu tidak
dimandikan. Hanya diguyur air sekali, dari kejauhan. Mereka mengusung untuk
meletakkan mayat di dataran tinggi kota Makkah. Diletakkan di sisi dinding, lalu
ditutupi bebatuan. [1]
912 - حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ هَارُونَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ، حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ
جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْحَاقَ، يَقُولُ:
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ،
عَنْ أَبِي رَافِعٍ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: " كُنْتُ غُلَامًا لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَكُنْتُ
قَدْ أَسْلَمْتُ، وَأَسْلَمَتْ أُمُّ الْفَضْلِ، وَأَسْلَمَ الْعَبَّاسُ، وَكَانَ
يَكْتُمُ إِسْلَامَهُ مَخَافَةَ قَوْمِهِ، وَكَانَ أَبُو لَهَبٍ قَدْ تَخَلَّفَ
عَنْ بَدْرٍ وَبَعَثَ مَكَانَهُ الْعَاصَ بْنَ هِشَامٍ، وَكَانَ لَهُ عَلَيْهِ
دَيْنٌ، فَقَالَ لَهُ: اكْفِنِي هَذَا الْغَزْوَ، وَأَتْرُكُ لَكَ مَا عَلَيْكَ،
فَفَعَلَ، فَلَمَّا جَاءَ الْخَبَرُ، وَكَبَتَ اللهُ أَبَا لَهَبٍ، وَكُنْتُ
رَجُلًا ضَعِيفًا أَنْحِتُ هَذِهِ الْأَقْدَاحَ فِي حُجْرَةٍ، وَمَرَّ بِي، فَوَاللهِ
إِنِّي لَجَالِسٌ فِي الْحُجْرَةِ أَنْحِتُ أَقْدَاحِي وَعِنْدِي أُمُّ الْفَضْلِ،
إِذِ الْفَاسِقُ أَبُو لَهَبٍ يَجُرُّ رِجْلَيْهِ - أُرَاهُ قَالَ: حَتَّى جَلَسَ
عِنْدَ طُنُبِ الْحُجْرَةِ - فَكَانَ ظَهْرُهُ إِلَى ظَهْرِي، فَقَالَ النَّاسُ:
هَذَا أَبُو سُفْيَانَ بْنُ الْحَارِثِ، فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: هَلُمَّ إِلَيَّ
يَا ابْنَ أَخِي، فَجَاءَ أَبُو سُفْيَانَ حَتَّى جَلَسَ عِنْدَهُ، فَجَاءَ
النَّاسُ فَقَامُوا عَلَيْهِمَا، فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي كَيْفَ كَانَ أَمْرُ
النَّاسِ؟ قَالَ: لَا شَيْءَ، وَاللهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ لَقِينَاهُمْ
فَمَنَحْنَاهُمْ أَكْتَافَنَا يَقْتِلُونَنَا كَيْفَ شَاءُوا، وَيَأْسِرُونَنَا
كَيْفَ شَاءُوا وَايْمُ اللهِ، لَمَا لُمْتُ النَّاسَ، قَالَ: وَلِمَ؟ فَقَالَ:
رَأَيْتُ رِجَالًا بِيضًا عَلَى خَيْلٍ بُلْقٍ لَا وَاللهِ مَا تَلِيقُ شَيْئًا
وَلَا يَقُومُ لَهَا شَيْءٌ، قَالَ: فَرَفَعْتُ طُنُبَ الْحُجْرَةِ، فَقُلْتُ:
تِلْكَ وَاللهِ الْمَلَائِكَةُ، فَرَفَعَ أَبُو لَهَبٍ يَدَهُ فَلَطَمَ وَجْهِي،
وَثَاوَرْتُهُ فَاحْتَمَلَنِي، فَضَرَبَ بِيَ الْأَرْضَ حَتَّى نَزَلَ عَلَيَّ،
فَقَامَتْ أُمُّ الْفَضْلِ فَاحْتَجَزَتْ، فَأَخَذْتُ عَمُودًا مِنْ عُمُدِ
الْحُجْرَةِ فَضَرَبْتُهُ بِهِ، فَفَلَقْتُ فِي رَأْسِهُ شَجَّةً مُنْكَرَةً،
وَقَالَتْ: أَيْ عَدُوَّ اللهِ، أسْتَضْعَفْتَهُ إِنْ رَأَيْتَ سَيِّدَهُ غَائِبًا
عَنْهُ؟ فَقَامَ ذَلِيلًا، فَوَاللهِ مَا عَاشَ إِلَّا سَبْعَ لَيَالٍ حَتَّى
ضَرَبَهُ اللهُ بِالْعَدَسَةِ فَقَتَلَتْهُ، فَلَقَدْ تَرَكَهُ ابْنَاهُ
لَيْلَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً مَا يَدْفِنَاهُ حَتَّى أَنْتَنَ، فَقَالَ رَجُلٌ
مِنْ قُرَيْشٍ لِابْنَيْهِ: أَلَا تَسْتَحِيَانِ، إِنَّ أَبَاكُمَا قَدْ أَنْتَنَ
فِي بَيْتِهِ؟ فَقَالَا: إِنَّا نَخْشَى هَذِهِ الْقُرْحَةَ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ
يَتَّقُونَ الْعَدَسَةَ كَمَا يُتَّقى الطَّاعُونُ، فَقَالَ رَجُلٌ: انْطَلِقَا
فَأَنَا مَعَكُمَا، قَالَ: فَوَاللهِ مَا غَسَّلُوهُ إِلَّا قَذْفًا بِالْمَاءِ
عَلَيْهِ مِنْ بَعِيدٍ، ثُمَّ احْتَمَلُوهُ فَقَذَفُوهُ فِي أَعْلَى مَكَّةَ إِلَى
جِدَارٍ، وَقَذَفُوا عَلَيْهِ الْحِجَارَةَ ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar