Sifat
Allah, manusia dan syaitan pada umumnya, harus dikenalkan pada anak,
sejak dini. Demikian yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub pada Yusuf kecil AS, yang
akhirnya menjadi nabi dan raja Mesir. Ada lagi yang membuat mental Yusuf AS, hebat.
Diberi pelajaran Husnudzon (memperbaiki persangkaan) pada Allah,
mengenai yang akan terjadi.
“Hai Anakku sayang, jangan kau
ceritakan, mimpimu pada saudara-saudaramu! Mereka nanti akan bermakar padamu
secara nyata! Sungguh syaitan musuh nyata bagi manusia!.” Dan seterusnya.
Semua
orang cenderung ingin mengungguli lainnya. Sifat itulah yang membuat dengki.
Maka sebaiknya yang memiliki kelebihan, jangan menonjolkan pada orang lain,
kecuali pada saat yang tepat. Untuk menjaga perasaan dan akibat jelek yang akan
timbul. Mimpi baik termasuk kelebihan yang bisa membuat orang lain dengki.
Maka Ayah Yusuf melarang Yusuf SA, menceritakan mimpinya pada para
kakaknya. Musuh manusia bernama Syaitan selalu berusaha agar manusia tidak
rukun, melakukan kejahatan dan kemaksiatan, melalui segala cara.
Ribuan
tahun silam, ada sebuah keluarga yang dikepalai oleh Nabi Ya’qub AS. Tempat
tinggal mereka sangat subur, bernama Kan’an. Di situlah Yusuf AS dilahiran olehwanita sholihat bernama Rachil, istri Nabi Ya’qub AS.
Dalam
usia tujuh tahun, Yusuf AS bermimpi melihat sebelas tongkat panjang, tertancap
ke dalam tanah, membentuk lingkaran. Tiba-tiba muncul tongkat kecil untuk
mendekat, dan menghabisi sebelah tongkat tersebut. Setelah dikisahkan, ayahnya
melarang, “Jangan kau ceritakan mimpi ini, pada kakak-kakakmu!.”
Di
keindahan Lailatul-Qadar, malam Jumah, Yusuf AS bermimpi, “Sebelas
bintang turun dari langit. Didampingi oleh matahari dan bulan. Semua bersujud
homat padanya.”
Yusuf AS berkata, “Ayah, sungguh saya telah bermimpi melihat sebelas bintang;
matahari; dan bulan, bersujud pada saya.”
Dengan
khidmat, Yusuf mendengarkan sabda Ayahnya AS, “Anakku sayang, mimpi ini jangan
kau ceritakan pada saudara- saudaramu! Karena mereka nanti, akan melancarkan
makar atas dirimu. Syaitan adalah musuh nyata bagi manusia.”
Ajaran
Ya’qub AS yang menjadi Acuan hidup Yusuf AS, Husnudzon Billah, yakni
menyangka baik pada Allah, mengenai yang akan terjadi:
1.
Itulah,
Tuhanmu yang akan:
2.
Memilih kau.
3.
Mengajar kau,
sebagian takwil mimpi.
4.
Memberi Kenikmatan sempurna pada kau dan keluarga Ya’qub AS. Seperti dulu sebelum ini, telah memberi Nikmat sempurna pada dua kakekmu, Ibrahim dan Ishaq AS. Sungguh Tuhanmu
Maha Alim Maha Bijak.”
Sabda
Ya’qub AS benar. Setelah mendengar berita Mimpi Yusuf, kakak-kakak YusufAS dengki. Mereka: Rubil, Syamun, Lawi, Yahudza, Zabulun, Yasjur, Dan, Naftali,
Jad, Asyir.
Yusuf
tabah, karena sudah diajar oleh Ayahnya AS, “Allah Maha Alim, artinya akan
selalu menindak hamba, berdasaarkan ilmu. Maha Bijaksana, artinya selalu menqodar
dengan hikmah, yakni bertujuan baik dan benar. Dan syaitan selalu berusaha agar
manusia tidak rukun, melakukan kemaksiatan dan kejahatan.”
Allah
berfirman, “Niscaya (kisah) mengenai Yusuf dan para saudaranya, merupakan Ayat-Ayat (Mukjizat), bagi kaum Petanya.”
Maksudnya,
ketika kaum Yahudi menanyakan Kisah Yusuf, pada Rasulallah SAW. Saat itu ada
yang berkata, “Tanya dia! Kenapa Anak-Cucu Ya’qub AS, berpindah dari Kan’an
menuju Mesir?.”
Melalui
Al-Qur’an, Rasulullah SAW berkisah tentang Yusuf AS. Ternyata kisahnya sama
dengan yang dijelaskan di dalam Taurat. Kaum Yahudi heran.
Dengan
perasaan mendongkokol, kakak-kakak Yusuf AS berkata, “Sungguh Yusuf dan
saudaranya lebih dicintai oleh Ayah, daripada kita. Padahal kita kumpulan
berjumlah banyak. Sungguh Ayah kita dalam kesalahan yang nyata.”
Sebagian
mereka menjawab, “Bunuh dia! Atau buanglah ke suatu tempat! Niscaya perhatian
Ayah kita akan tercurah pada kita! Setelah itu, kita menjadi kaum Shalih.”
Yahudza
atau Rubil mencegah, “Yusuf jangan dibunuh! Masukkan ke dalam sumur gelap! Agar
diambil oleh Musafir! Jika kalian akan bertindak!.”
Sumur
gelap yang dimaksud, tidak berdinding, dan sangat dalam, di daerah Yordan.
Berjarak tiga farsakh, dari rumah Ya’qub AS. (Satu farsakh, tiga
hingga enam mil).
Beruntung,
‘Pembunuhan atas Yusuf AS’ dibatalkan. Karena Allah memberi Rahmat mereka.
Kalau pembunuhan dilakukan, pasti mereka tewas terkena adzab.
Di
depan Nabi Ya’qub AS, mereka merayu, “Ayah kami? Kenapa Ayah tidak mempercayai
kami untuk Yusuf? Padahal kami akan berbuat baik padanya? Bebaskan dia bersama
kami! Agar bersenang-senang dan bermain-main. Kami pasti akan berbuat baik pada
dia.”
Ya’qub
AS menjawab, “Sungguh jika dia kalian bawa pergi, akan membuat saya susah.
Lagian saya takut, jika dia dimakan oleh kawanan serigala, di saat perhatian
kalian pada dia, lengah.”
Mereka
merayu, “Kalau dia dimakan oleh serigala, padahal kami kelompok berjumlah
banyak, berarti kami kaum yang rugi.”
Kejadian
paling pahit dan menyedihkan, melanda Yusuf AS. Mereka berhasil membawa dia pergi,
dan telah sepakat akan memasukkan dia ke dalam sumur gelap. Namun Allah memberi Wahyu
padanya:
“Sungguh kau nanti, akan
menceritakan pada mereka, mengenai perlakuan mereka. Saat itu mereka tidak
menyadari.”
Kelengkapan
kisah yang semuanya menurut Waheb:
1.
Kakak-kakak
Yusuf merayu, “Bukankah kau akan bahagia? Jika ikut kami menggembala? Di sana
nanti kita akan berburu dan berlomba-lomba?.” Yusuf menjawab, “Ya.” Mereka
berkata, “Apa sebaiknya kami minta, agar Ayah memberi ijin kau, agar pergi
bersama kami?.” Setelah dijawab, “Silahkan” Yusuf bergabung bersama mereka,
menghadap Nabi Ya’qub AS. Mereka berkata, “Ayah. Sungguh Yusuf ingin keluar
bersama kami, untuk menggembala.” Ya’qub bertanya Yusuf, “Apa betul?.” Yusuf
menjawab, “Betul Ayah. Saya merasakan kakak-kakak lembut dan sayang pada saya.
Semoga Ayah memberi saya ijin.” Sebetulnya Ya’qub tak mau berpisah dari Yusuf
AS, namun ingin putranya berbahagia. Maka memutuskan Yusuf AS Diberi Ijin,
agar bergabung pada mereka. Ya’qub bahagia saat melihat Yusuf AS digendong
bergantian, di atas pundak, oleh kakak-kakaknya. Ketika perjalanan telah jauh,
Yusuf dijatuhkan ke tanah. Mereka mulai menampakkan kebencian. Beberapa orang
membentak-bentak; beberapa lainnya memukul. Tiap berlari pada seorang yang
diharap akan mengasihani, justru Yusuf AS dipukul. Ketika menyadari bahwa akan
dibunuh, Yusuf menangis, “Ayah! Kalau melihat saya dikeroyok, pasti kau sedih
dan menangis! Mereka telah melupakan janji yang mereka berikan pada Ayah!
Mereka telah menyia-nyiakan pesan Ayah!.” Yusuf menangis sedih. Namun disergap
dan dibanting ke tanah, oleh Rubil. Dadanya diduduki dan akan dibunuh. Yusuf menangis,
“Sabar! Saya jangan dibunuh!.” Rubil membentak, “Hai Anak Rahil! Kau yang telah
bermimpi, kan? Katakan pada mimpimu! Agar melepaskan kau dari tangan kami!.”
Di saat leher hampir tercekik, Yusuf minta tolong pada Yahudza, “Takutlah
Allah, untukku! Halang-halangi orang yang akan membunuh saya!.” Yahudza iba dan
tidak tega. Dan berkata, “Hai saudara semuanya! Janji kalian pada saya ‘bukan
untuk berbuat demikian’. Maukah saya beri tahu ‘tindakan’ yang lebih ringan
dan lebih manusiawi?.” Mereka bertanya, “Bagaimana?.” Yahudza menjawab,
“Masukkan ke dalam sumur gelap! Agar mati di dalamnya, atau diambil oleh Musafir
yang datang!.” Mereka bergerak membawa Yusuf, tidak melewati jalan yang ada. Di
sumur dalam yang berdasar luas itu, mereka menceburkan Yusuf. Ketika tangannya berpegangan
bibir sumur, diikat oleh mereka. Gamis (baju) Yusuf dilepas dengan paksa.
Yusuf menangis, “Kakak! Kembalikan gamisku! Agar saya tidak telanjang!.” Mereka
menjawab, “Panggil matahari, bulan, dan bintang-bintang! Agar menolong dan melindungi
kau!.” Yusuf menangis, “Di sini tidak ada yang bisa menolong!.” Mereka menceburkan
Yusuf ke dalam sumur. Di dalam sumur, Yusuf menangis, “Kakak! Masyak saya
ditinggalkan sendirian di sini?.”
2.
Mereka memasukkan
Yusuf ke dalam sumur, dengan tali. Diturunkan kebawah. Tali dilepas, ketika
Yusuf di pertengahan, agar jatuh dan wafat. Setelah tubuh menghantam permukaan
air, Yusuf naik di atas batu besar, di dalamnya.
3.
Malaikat turun
untuk melepas tali pengikat tangan Yusuf AS. Lalu mengeluarkan batu besar agar digunakan
duduk oleh Yusuf AS.
4.
Ketika dimasukkan
ke dalam sumur, Yusuf menangis; kakak-kakaknya memanggil. Karena menyangka
mereka masih punya rasa kasihan, Yusuf menjawab. Beberapa orang bergerak untuk
menjatuhkan batu besar. Tapi dihalang-halangi oleh Yahudza.
5.
Ketika Yusuf
pergi bersama kakak-kakaknya, Ya’qub memberi kalung berliontin peti kecil dari
perak. Di dalamnya ada gamis warisan dari Ibrahim AS. Gamis Surga itu pemberian
Allah, ketika Ibrahim dibakar (oleh Raja Namrud). Malaikat mengeluarkan gamis
dari liontin, yang menggelayut leher, agar dipakai oleh Yusuf AS. Gamis bersinar
menerangi dasar sumur.
Semua
kisah yang ada adalah pelajaran untuk kita, bahwa Segala Sesuatu Dijaga oleh
malaikat, agar berjalan sesuai dengan Kodrat Allah. Bagi yang:
1.
Menjalani
kehidupan dengan penuh perhitungan, karena takut Adzab Allah.
2.
Sabar dan tabah
dalam menjalani cobaan, dan beramal sesuai dengan Kehendak Allah.
Dipastikan
akan dibimbing oleh Allah, menuju Kejayaan Surga, dan Kejayaan Dunia.