وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ
قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ
الظَّالِمِينَ () الَّذِينَ
آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ
فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ () الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ ().
Artinya:
Dan nisaya jika kau mendatangkan
tiap-tiap ayat pada orang-orang yang telah diberi kitab, mereka tidak mengikuti
Qiblatmu. Kau juga bukan pengikut Qiblat mereka. Sebagian mereka juga bukan
pengikut Qiblat sebagian. Niscaya jika kau mengikuti hawa-nafsu sebagian
mereka, mulai dari setelah ilmu datang pada kau; berarti sungguh kau tergolong
kaum dlalim (aniaya) [145].
Orang-orang yang telah Kami beri
kitab, mengenal dia seperti mengenal anak-anak mereka. Sungguh sebagian mereka
niscaya menyembunyikan kebenaran, padahal mereka tahu. [146].
Kebenaran ini dari Tuhanmu, maka
sungguh kau jangan tergolong kaum yang ragu-ragu. [147].
Ibnu Katsir menulis: تفسير ابن كثير (1/ 462)
[قَالَ الْقُرْطُبِيُّ: وَيُرْوَى أَنَّ عُمَرَ قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ
بْنِ سَلَامٍ: أَتَعْرِفُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا تَعْرِفُ
وَلَدَكَ ابْنَكَ، قَالَ: نَعَمْ وَأَكْثَرَ، نَزَلَ الْأَمِينُ مِنَ السَّمَاءِ عَلَى
الْأَمِينِ، فِي الْأَرْضِ بِنَعْتِهِ فَعَرَفْتُهُ، وَإِنِّي لَا أَدْرِي مَا كَانَ
مِنْ أَمْرِهِ.
Artinya:
Al-Qurthubi berkata, “Diriwayatkan
‘sungguh Umar RA pernah berkata’ pada Abdullah bin Salam ‘apa kau kenal
Muhammad SAW, sebagaimana kau mengenal anakmu adalah anakmu?’.
Dia menjawab ‘betul! Namun lebih dari
itu! Malaikat terpercaya turun dari langit pada orang terpercaya di bumi, membawa
penjelasan sifat beliau SAW. Maka saya telah mengenal beliau. Namun sungguh
saya tidak tahu apa yang telah terjadi dari urusan anak saya’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar