(Kisah
Bersambung)
Nabi SAW lahir hingga Fatchu-Makkah
Di saat bulan, segala bintang, langit dan bumi, bertasbih;
Jibril AS memberi wahyu yang akhirnya diberi nama Al-Qur’an pada Nabi
Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. [1] Nabi
mengajak agar umatnya menyembah Allah, dan meninggalkan berhala. Namun dakwah
yang disampaikan dengan penuh ikhlas dan cinta, justru ditentang dengan
mati-matian. Beruntung sekali beliau memiliki Tuhan yang sangat mencintai.
Beruntung sekali dia punya paman dan istri yang sangat mencintai.
Bagi nabi, Al-Qur’an adalah Anugrah Allah yang paling agung.
Beliau pernah bersabda:
“مَا
مِنَ الأَنْبِيَاءِ نَبِىٌّ إِلاَّ أُعْطِىَ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ
الْبَشَرُ ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِى أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَىَّ
فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ .
Artinya:
Tiada nabi dari
nabi-nabi yang telah ada, kecuali pasti telah diberi mukjizat agar diimani oleh
manusia. Sebetulnya mukjizat yang telah diberikan padaku adalah Wahyu
(Al-Qur’an) yang telah diwahyukan padaku. Maka saya optimis, sayalah yang akan
lebih banyak pengikutnya di hari kiamat.” [HR Bukhari].
Masjidil-Haram dan sekitarnya yang dulu masih sangat sederhana,
tempat keluarga besar Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ.
Beliau cucu Nabi Isma’il AS yang karena barakahnya maka ada sumur Zamzam. Di
saat nabi SAW masih kecil, sumur Zamzam berada di antara berhala Isaf dan
Na’ilah, dua berhala yang ‘diyakini’ berasal dari dua manusia berzina di dalam
Ka’bah, akhirnya berubah menjadi batu dan disembah.
Dulu tempat kaum Quraisy menyembelih hadyu-haji
atau hadyu-umrah, berada di dekat sumur Zamzam. Sumur Zamzam
memancarkan air pertama kali di saat ‘Hajar’ ibu Isma’il sangat susah, karena
kehabisan persediaan air; padahal Isma’il bayinya sudah sangat kehausan. Ia
melakukan sa’i hingga tujuh kali, di antara gunung Shafa dan
Marwah hingga capek. Untuk mencari orang yang diharapkan akan bisa memberi
bantuan.
Ibnu Hisyam menulis:
“Tiba-tiba Hajar mendengar
suara binatang-binatang buas yang mengkhawatirkan keselamatan bayinya. Dia
berlari kencang, mendatangi Isma’il bayinya. Ternyata ada mata-air yang
menyembur dari bawah tumit Jibril, Utusan Allah. Saat itu, Isma’il bayi
menyingkirkan air tersebut dari pipinya, dan minum dengan tangannya. Akhirnya
Hajar membuat pematang agar air tersebut tidak pergi kemana-mana." [2]
Walau bagi kaum Quraisy, pengakuan nabi sebagai Utusan Allah
‘sangat asing’ hingga nabi dirintangi besar-besaran. Namun sebetulnya, bagi
orang-orang Yahudi, terutama bagi tokoh-tokoh mereka, justru ‘tidak asing’.
Sejarawan besar, Ibnu Hisyam mencatat:
Chasan bin Tsabit
bercerita, “Demi Allah, saat itu saya masih sangat kecil! Berumur tujuh atau
delapan tahun. Namun saya masih bisa mengingat dengan baik, yang kudengar saat
itu. Ketika itu saya mendengar seorang Yahudi berteriak sekeras-kerasnya, di
atas rumah susun kota Yatsrib, yang akhirnya disebut kota Madinah: ‘hai
orang-orang Yahudi!’ Setelah orang-orang berkumpul dan berkata ‘celaka kau! Ada
apa?’
Dia menjawab ‘semalam
bintang Ahmad yang menunjukkan kelahiran (Nabi) Ahmad muncul’.”
Pada cucu Chasan bin
Tsabit, Muhammad bin Ischaq bertanya, “Di saat Rasulullah صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Madinah, kakekmu Chasan bin Tsabit berumur
berapa?.”
Cucu menjawab,
“Enampuluh tahun.”
Rasulullah صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Madinah di saat berumur limapuluh-tiga tahun. Berarti
di saat Chasan bin Tsabit mendengar ucapan tersebut, berumur tujuh tahun. [3]
Ibnu Hisyam menukil tulisan Ibnu Ischaq ke dalam kitabnya
mengenai ‘Nabi Muhmmad telah diketahui’ sebagai nabi terakhir, oleh kaum
Yahudi, pada zaman dahulu:
Sejumlah pria guru
Ashim bin Umar berkata, “Selain karena Rahmat dan Hidayah Allah, yang mendorong
kami masuk Islam ialah, kami dulu ‘sering mendengar’ sejumlah pria Yahudi. Saat
itu kami masih musyrik dan menyembah berhala. Karena mereka ahli kitab, maka
memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Saat itu di antara kami dan mereka,
sering kali ada keributan. Kalau kami di dalam keributan, mengalahkan hingga
mereka tidak terima, mereka berkata ‘sungguh saat ini telah hampir waktunya
‘seorang nabi’ diutus. Kami akan bergabung dia memerangi kalian seperti
memerangi kaum Ad dan Iram’.
Dulu kami sering kali
mendengar perkataan tersebut dari kaum Yahudi itu. Namun setelah Allah mengutus
Rasul-Nya, justru kami yang merespond ajakannya ‘menyembah Allah Ta’ala’.
Di saat itulah kami menyadari maksud dari ancaman mereka pada kami dulu.
Tegasnya bahwa kami justru mendahului mereka beriman, sementara mereka justru
mengkufuri. Maka beberapa ayat dari Surat Al-Baqarah ini turun mengenai kami
dan mereka: وَلَمّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ
اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى
الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ
اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ .
Artinya:
Ketika Kitab dari sisi
Allah yang mencocoki pada yang menyertai mereka telah datang pada mereka. Padahal
sebelum itu mereka pernah berdoa-kemenangan untuk mengalahkan kaum yang telah
kafir. Namun setelah (nabi) yang mereka kenal telah datang pada mereka; mereka
justru mengkufuri padanya. Maka laknat Allah atas orang-orang kafir.
Ibnu Hisyam berkata, “يَسْتَفْتِحُونَ,” di dalam ayat
tersebut artinya memohon pertolongan. Namun ada lagi “يَسْتَفْتِحُونَ,” yang
diartikan minta keputusan: yaitu di dalam Kitab Allah Ta’ala, “رَبّنَا
افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ .
Artinya:
Wahai Tuhan kami, putuskan di antara kami dan antara kaum kami ‘dengan
hak!’ Engkaulah sebaik-baik yang menghukumi.” [4]
تُسَبِّحُ
لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ
إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ
كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا [الإسراء/44].
Artinya:
Langit tujuh dan bumi dan
orang yang di dalam semuanya bertasbih pada Allah. Tiada bagian terkecil dari
sesuatu kecuali bertasbih dengan pujian-Nya; tetapi kalian tidak memahami
tasbih mereka. Sungguh Dia Maha penyantun Maha pengampun.
[2]
Dalam kitab yang dirujuk dijelaskan: هِيَ
بِئْرُ إسْمَاعِيلَ بْنِ إبْرَاهِيمَ عَلَيْهِمَا السّلَامُ ، الّتِي سَقَاهُ
اللّهُ حِينَ ظَمِئَ وَهُوَ صَغِيرٌ فَالْتَمَسَتْ لَهُ أُمّهُ مَاءً فَلَمْ
تَجِدْهُ فَقَامَتْ إلَى الصّفَا تَدْعُو اللّهَ وَتَسْتَغِيثُهُ لِإِسْمَاعِيلَ
ثُمّ أَتَتْ الْمَرْوَةَ فَفَعَلَتْ مِثْلَ ذَلِكَ . وَبَعَثَ اللّهُ تَعَالَى
جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السّلَامُ ، فَهَمَزَ لَهُ بِعَقِبِهِ فِي الْأَرْضِ فَظَهَرَ
الْمَاءُ وَسَمِعَتْ أُمّهُ أَصْوَاتَ السّبَاعِ فَخَافَتْهَا عَلَيْهِ فَجَاءَتْ
تَشْتَدّ نَحْوَهُ فَوَجَدَتْهُ يَفْحَصُ بِيَدِهِ عَنْ الْمَاءِ مِنْ تَحْتِ
خَدّهِ وَيَشْرَبُ فَجَعَلَتْهُ حِسْيًا.
[3]
Dalam kitab yang dirujuk dijelaskan: عَنْ
حَسّانَ بْنِ ثَابِتٍ ، قَالَ وَاَللّهِ إنّي لَغُلَامٌ يَفَعَةٌ ابْنُ سَبْعِ
سِنِينَ أَوْ ثَمَانٍ أَعْقِلُ كُلّ مَا سَمِعْت ، إذْ سَمِعْتُ يَهُودِيّا يَصْرُخُ
بِأَعْلَى صَوْتِهِ عَلَى أَطَمَةٍ بِيَثْرِبَ يَا مَعْشَرَ يَهُودِ حَتّى إذَا
اجْتَمَعُوا إلَيْهِ قَالُوا لَهُ وَيْلَكَ مَا لَك ؟ قَالَ طَلَعَ اللّيْلَةَ
نَجْمُ أَحْمَدِ الّذِي وُلِدَ بِهِ . قَالَ
مُحَمّدُ بْنُ إسْحَاقَ فَسَأَلْت سَعِيدَ بْنَ عَبْدِ الرّحْمَنِ بْنِ حَسّانَ
بْنِ ثَابِتٍ فَقُلْت . ابْنُ كَمْ كَانَ حَسّانُ بْنُ ثَابِتٍ مَقْدَمَ رَسُولِ
اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْمَدِينَةَ ؟ فَقَالَ ابْنُ سِتّينَ (
سَنَةً ) ، وَقَدِمَهَا رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَهُوَ
ابْنُ ثَلَاثٍ وَخَمْسِينَ سَنَةً فَسَمِعَ حَسّانُ مَا سَمِعَ وَهُوَ ابْنُ
سَبْعِ سِنِينَ.
[4]
Dalam kitab rujukan ini, dijelaskan; إنّ
مِمّا دَعَانَا إلَى الْإِسْلَامِ مَعَ رَحْمَةِ اللّهِ تَعَالَى وَهَدَاهُ لَنَا
، لَمَا كُنّا نَسْمَعُ مِنْ رِجَالِ يَهُودَ ( وَ ) كُنّا أَهْلَ شِرْكٍ
أَصْحَابَ أَوَثَانٍ وَكَانُوا أَهْلَ كِتَابٍ عِنْدَهُمْ عِلْمٌ لَيْسَ لَنَا ،
وَكَانَتْ لَا تَزَالُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ شُرُورٌ فَإِذَا نِلْنَا مِنْهُمْ
بَعْضَ مَا يَكْرَهُونَ قَالُوا لَنَا: إنّهُ
( قَدْ ) تَقَارَبَ زَمَانُ نَبِيّ يُبْعَثُ الْآنَ نَقْتُلُكُمْ مَعَهُ قَتْلَ
عَادٍ وَإِرَمٍ فَكُنّا كَثِيرًا مَا نَسْمَعُ ذَلِكَ مِنْهُمْ . فَلَمّا بَعَثَ
اللّهُ رَسُولَهُ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَجَبْنَاهُ حِينَ دَعَانَا إلَى
اللّهِ تَعَالَى ، وَعَرَفْنَا مَا كَانُوا يَتَوَعّدُونَنَا بِهِ
فَبَادَرْنَاهُمْ إلَيْهِ فَآمَنّا بِهِ وَكَفَرُوا بِهِ فَفِينَا وَفِيهِمْ
نَزَلَ هَؤُلَاءِ الْآيَاتُ مِنْ الْبَقَرَةِ { وَلَمّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ
عِنْدِ اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ
عَلَى الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ
اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ } [ ص 212 ] قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : يَسْتَفْتِحُونَ
يَسْتَنْصِرُونَ وَيَسْتَفْتِحُونَ ( أَيْضًا ) : يَتَحَاكَمُونَ وَفِي كِتَابِ
اللّهِ تَعَالَى : { رَبّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقّ
وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ }.
Cerita bermanfaat. Singgah di
BalasHapushttp://warsoyo.indowapblog.com