Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/10/05

Mengangkat Tangan Ketika Berdoa


Abu Ubaidah bin Al-Jarrach RA sahabat Rasulillah SAW, mengangkat tangan ketika berdoa: فتوح الشام (1 / 296):
فرفع أبو عبيدة كفه إلى السماء وقال اللهم أن أعداءك يستنصرون علينا بكثرة عددهم وتزايد مددهم فشتت كلمتهم ودمر جيوشهم وزلزل أقدامهم وعسر ايامهم واجعل كلمتنا العليا وكلمتهم السفلى وانصرنا كنصر نبيك في يوم الأحزاب اللهم رد كيدهم في نحرهم وانصرنا عليهم قال: وأمنت المسلمون على دعائه.
Artinya:
Maka Abu Ubaidah mengangkat telapak tangannya ke arah langit sambil berdoa, “Ya Allah! Sungguh musuh-musuhMu akan menyerang pada kami dengan memperbanyak jumlah pasukan yang nantinya akan bertambah lagi. Maka rusaklah kalimat mereka dan rusaklah pasukan mereka dan kacaukanlah tumit-tumit mereka! Persulitlah hari-hari mereka! Jadikan kalimat kami jaya; dan kalimat mereka hina! Tolonglah kami seperti Kau pernah menolong nabiMu di hari Perang Achzab! Ya Allah tolaklah upaya mereka melalui leher mereka! Tolonglah kami mengalahkan mereka.”
Kaum Muslimiin mengamini doa dia RA.


Kesimpulan:
Ini memperkuat Hadits Tirmidzi yang menjelaskan berdoa dengan mengangkat tangan. Hukumnya bukan bidah tetapi sunnah. Oleh karena itu Abu Ubaidah yang sahabat nabi senior, melakukannya. Dialah sahabat nabi yang disungkani oleh Umar bin Al-Khatthab RA. Dia pula yang oleh Umar diangkat menjadi Panglima-Besar, setelah mampu merebut kerajaan Damaskus.

2012/10/04

Jaminan untuk yang Bertawakkal



Nabi SAW pernah bersabda, “Sungguh kalau bertawakkal pada Allah dengan benar-benar tawakkal, niscaya kalian diberi rizqi seperti burung. Pagi mereka lapar, sore-sorean mereka kenyang.”
Perowi Hadits yang nama mashurnya Tirmidzi, berkata, “Ini Hadits hasan sohih. Kami tidak mengenal riwayat ini, kecuali dari jalur ini. Nama Abu Tamim Al-Jaisyani (murid Umar bin Al-Khatthab RA), Abdullah bin Malik.”

Berarti Hadits ini bisa dijadikan hujjah atau rujukan amalan. Allah juga berfirman, “Barang siapa bertawakkal pada Allah, maka Dia mencukupi padanya.”

Abu Said Annaqash menulis: فنون العجائب لأبي سعيد النقاش - (ج 1 / ص 41)
أَخْبَرَناَ أَبُو الْفَضْلِ نَصْرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ يَعْقُوْبَ ، أَخْبَرَناَ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ الراَّزِيُّ ، بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ ، حَدَّثَناَ إِبْراَهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الراَّزِيُّ ، بِمَكَّةَ ، حَدَّثَناَ الْحَسَنُ بْنُ سَلْمٍ ، حَدَّثَناَ يَزِيْدُ بْنُ هاَرُونَ ، عَنْ أَباَّنَ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ ماَلِكٍ ، قاَلَ : دَخَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلىَ شِعْبٍ بِالْمَدِيْنَةِ وَمَعِيَ الطَّهُورُ ، فَدَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَادِياً ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَوْمَأَ إِلَيَّ بِيَدِهِ أَنْ أَقْبِلْ ، فَأَتَيْتُهُ قاَلَ : « ضَعِ الْماَءَ وَادْخُلْ » فَدَخَلْتُ ، فَإِذاَ أَناَ بِطاَئِرٍ أَكْمَهَ ساَقِطٍ عَلَى شَجَرَةٍ وَهُوَ يَضْرِبُ مِنْقاَرَهُ ، قاَلَ : فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « هَلْ تَدْرِيْ ماَ يَقُولُ ؟ » قُلْتُ : اللهُ وَرَسُولُهُ أُعْلَمُ ، قاَلَ : « يَقُولُ : اللَّهُمَّ إِنَّكَ الْعَدْلُ الَّذِيْ لاَ تَجُوْرُ وَلَا تَخْفَى عَلَيْكَ خاَفِيَةٌ ، خَلَقْتَنِيْ وَسَوَيْتَ خَلْقِيْ ، وَحَجَبْتَ عَنِّيْ بَصَرِيْ ، اللَّهُمَّ قَدْ جُعْتُ فَأَطْعِمْنِيْ » قاَلَ : فَأَقْبَلَتْ جَراَدَةُ فَدَخَلَتْ بَيْنَ مِنْقاَرِهِ ، فَأَطْبَقَ عَلَيْهاَ ، ثُمَّ جَعَلَ يَضْرِبُ بِمِنْقاَرِهِ ، فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « هَلْ تَدْرِيْ ماَ يَقُولُ ؟ » قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قاَلَ : « يَقُولُ : مَنْ تَوَكَّلَ عَلَى اللهِ فَإِنَّ اللهَ لَا يَنْساَهُ ، وَمَنْ نَسِيَهُ خاَطِئٌ ياَئِسٌ بَعْدَ هَذاَ الْيَوْمِ ، الرِّزْقُ أَشَدُّ طَلَباً لِصاَحِبِهِ مِنْ صاَحِبِهِ لَهُ.

Arti (selain isnad)nya:
Anas bin Malik berkata, “Saya pernah bersama nabi SAW, di lereng Madinah, membawakan air-bersih."
Rasulullah SAW memasuki jurang lalu mengangkat kepalanya. Lalu isarah dengan tangannya menuju saya, "Kemari!" Maksudnya.
Saya segera datang padanya. 
Beliau perintah, “Letakkan air! Masuk kemari!.”
Setelah masuk lereng, saya melihat burung-buta jatuh di atas dahan, sambil mematukkan paruhnya. 
Nabi SAW bersabda, “Kau tahu yang dia katakan?.”
Saya menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.”
Nabi bersabda, “Dia berdoa ‘ya Allah! Sungguh Engkau Maha Adil yang takkan keliru. Semua yang samar, bagiMu tak samar. Kau telah mencipta dan telah menyempurnakan diri saya. Kau telah menutup pandangan saya. Ya Allah! Sungguh hamba telah lapar! Berilah hamba makan!’.”
Seekor belalang datang untuk masuk ke celah paruhnya. 
Sontak burung-buta mengatupkan paruh, lalu memukul-mukulkan paruhnya. Nabi SAW bersabda, “Kau tahu yang dia katakan?.”
Saya menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.”
Nabi bersabda, “Dia berkata 'barangsiapa bertawakkal pada Allah, Allah takkan melupakan padanya. Barang siapa keliru, putus-asa, lupa Allah, setelah hari ini, riqzi lebih mencari, daripada pencari rizqi tersebut'.”

Ponpes Mulya Abadi.

2012/10/03

Umroh untuk Tamattuk




Jika telah memasuki bulan Haji, bagi yang akan bertamattuk, ketika sampai Makkah boleh langsung Umroh. Bulan Haji adalah Syawal, Dzul-Qokdah, Dzul-Hijjah. 
Jika telah memasuki hari Tarwiyah (8 Dzul-Hijah), agar berihlal (mengucapkan ‘labbaiKa Hajja’) lagi, untuk hajinya, di miqot. 
Pada zaman Rasulullah SAW, para Sahabat RA melakukan Ihlal di Abthoh kawasan Mina, sebagai Miqot mereka. Tetapi boleh juga dari Tanim, berdasarkan Perintah Nabi untuk Aisyah RA, yang saat itu melakukan Haji Ifrod. Dan datang untuk Wuquf di Arofah, dan seterusnya, seperti orang-orang yang melakukan Haji.