Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/07/31

BI 13 :Bedah Ibnu Katsir


وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ].

Artinya:
Dan tanyakan pada mereka! Tentang '(penduduk) desa' yang konon berada di sisi lautan! Ketika itu mereka melakukan pelanggaran di hari Sabtu. Ketika itu ikan-ikan mereka, datang pada mereka di hari Sabtuan mereka, dengan mengapung. Namun di hari mereka tidak bersabtuan, (ikan-ikan) tidak datang pada mereka. Seperti itulah, Kami memberi Cobaan mereka, karena mereka telah Fasiq. 
Ketika itu, umat dari mereka berkata, “Kenapa kalian menasehati kaum yang akan dirusak atau akan diadzab dengan Adzab Berat oleh Allah?!.” 
Mereka menjawab, “Sebagai alasan pada Tuhan kalian, dan agar mereka bertaqwa.” 
Maka ketika telah melupakan yang diperingatkan pada mereka, orang-orang yang menolak 'dari kejelekan', Kami selamatkan. Siksa jelek menimpa orang-orang yang telah lalim, karena mereka telah fasiq. Ketika mereka telah melanggar dari yang telah dilarang, Kami berfirman pada mereka, “Jadilah kera-kera hina!.”

Desa kaum Yahudi yang membandel, tidak mau Sabtuan, bernama Ailah. Letaknya di antara Mesir dan Madinah. Dulunya diwajibakan berjumatan, namun mereka sama memilih Sabtuan. Setelah diperbolehkan meninggalkan jumatan untuk bersabtuan, ternyata mereka sama melanggar lagi. Kisah ini akan lebih jelas jika kita membedah Ibnu Katsir: تفسير ابن كثير - (ج 3 / ص 495)

قال عبد الرزاق: أخبرنا ابن جُرَيْج، حدثني رجل، عن عكرمة قال: جئت ابن عباس يوما وهو يبكي، وإذا المصحف في حجره، فأعظمت أن أدنو، ثم لم أزل على ذلك حتى تقدمت فجلست، فقلت: ما يبكيك يا أبا عباس، جعلني الله فداك؟ قال: فقال: هؤلاء الورقات. قال: وإذا هو في "سورة الأعراف"، قال: تعرف أيلة قلت: نعم. قال: فإنه كان بها حي من يهود سيقت الحيتان إليهم يوم السبت، ثم غاصت لا يقدرون عليها حتى يغوصوا بعد كد ومؤنة شديدة، كانت تأتيهم يوم السبت شرعا بيضًا سمانًا كأنها الماخض، تتبطح ظهورها لبطونها بأفنيتهم. فكانوا كذلك برهة من الدهر، ثم إن الشيطان أوحى إليهم فقال: إنما نهيتم عن أكلها يوم السبت، فخذوها فيه، وكلوها في غيره من الأيام. فقالت ذلك طائفة منهم، وقالت طائفة: بل نهيتم عن أكلها وأخذها وصيدها يوم السبت. فكانوا كذلك، حتى جاءت الجمعة المقبلة، فغدت طائفة بأنفسها وأبنائها ونسائها، واعتزلت طائفة ذات اليمين، وتنحت واعتزلت طائفة ذات اليسار وسكتت. وقال الأيمنون: ويلكم، الله، الله ننهاكم أن تتعرضوا لعقوبة الله. وقال الأيسرون: { لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا } ؟ قال الأيمنون: { مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ } إن ينتهوا فهو أحب إلينا ألا يصابوا ولا يهلكوا، وإن لم ينتهوا فمعذرة إلى ربكم. فمضوا على الخطيئة، وقال الأيمنون: فقد فعلتم، يا أعداء الله. والله لا نبايتكم الليلة في مدينتكم، والله ما نراكم تصبحون حتى يصبحكم الله بخسف أو قذف أو بعض ما عنده من العذاب. فلما أصبحوا ضربوا عليهم الباب ونادوا، فلم يجابوا، فوضعوا سلما، وأعلوا سور المدينة رجلا فالتفت إليهم فقال: أي عباد الله، قردة والله تعاوي لها أذناب. قال: ففتحوا فدخلوا عليهم، فعرفت القرود أنسابها من الإنس، ولا تعرف الإنس أنسابها من القردة، فجعلت القرود يأتيها نسيبها من الإنس فتشم ثيابه وتبكي، فتقول: ألم ننهكم عن كذا؟ فتقول برأسها، أي نعم. ثم قرأ ابن عباس: { فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ } قال: فأرى الذين نهوا قد نجوا، ولا أرى الآخرين ذكروا، ونحن نرى أشياء ننكرها ولا نقول فيها؟. قال: قلت: جعلني الله فداك، ألا ترى أنهم قد كرهوا ما هم عليه، وخالفوهم وقالوا: { لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ } ؟ قال: فأمر لي فكسيت ثوبين غليظين وكذا روى مجاهد، عنه


Arti (selain isnad)nya:
Ikrimah berkata, “Suatu hari, saya datang pada Ibna Abbas RA, di saat beliau menangis. (Setelah yang) di pangkuannya (saya amati), ternyata Al-Mushchaf (Al-Qur’an). Saya takut mendekat beliau. Cukup lama saya diam, namun akhirnya saya mendekat dan duduk di sisi beliau, untuk bertanya ‘apa yang membuat tuan menangis? Wahai Ayah Abbas? Allah menjadikan saya sebagai Tebusan tuan?’.[1] 
Beliau menjawab ‘lembaran-lembaran kitab ini’.
Setelah saya tengok, ternyata halaman yang dibaca 'Surat Al-Araf (سورة الأعراف)'. Beliau bertanya ‘kau tahu kota Ailah?’. 
Saya menjawab ‘ya’. 
Beliau berkata ‘konon dulu di sana, ada penduduk Yahudi yang didatangi ikan-ikan (dari laut mereka), di hari Sabtu. Lalu ikan-ikan itu menyelam lagi, hingga mereka tidak mungkin bisa menangkap, keculi jika mau menyelam secepat-cepatnya, dan dengan tenaga kuat. Konon jika hari Sabtu, ikan-ikan putih besar, mirip seperti akan bertelor, sama datang dan mengapung. 
Ikan-ikan itu lalu terkapar. Punggungnya di bawah dan perutnya di atas, di halaman rumah mereka. Kejadian seperti itu berlangsung berkali-kali dalam waktu yang cukup lama’.
Lalu syaitan datang untuk memberi bisikan pada mereka ‘sungguh kalian ini dilarang memakan hanya di hari Sabtu saja. Tangkaplah ikan-ikan itu! Untuk dimakan di hari-hari yang lain!’. 
Dan bisikan syaitan tersebut, disampaikan oleh sebagian mereka pada yang lain. 
Sebagian mereka berkata ‘yang benar, kalian ini dilarang makan, menangkap, dan memburu ikan, di hari Sabtu!’.

Perselisihan berlangsung hingga hari Jumat berikutnya. Masyarakat yang menanggapi kaum yang berbuat pelanggaran ketika itu, berpecah menjadi dua golongan: Sebelah kanan dan sebelah kiri. 
Yang sebelah kiri sama diam, ketika menyaksikan orang-orang melakukan pelanggaran. 
Kaum sebelah kanan berkata ‘celaka kalian! Takutlah Allah! Takutlah Allah! Kami mencegah kalian melakukan pelanggaran, agar kalian tidak mendapatkan Siksaan Allah!’.
Kaum sebalah kiri justru berkata ‘kenapa kalian nasehat pada kaum yang akan dirusak atau disiksa oleh Allah dengan Siksaan Berat?’. 
Kaum sebelah kanan menjawab ‘untuk alasan di sisi Tuhan kalian besok, dan agar mereka bertaqwa. Kalau mereka berhenti melakukan pelanggaran, lebih kami senangi. Agar mereka tidak disiksa atau dirusak oleh Allah. Kalau mereka membandel, kita telah punya alasan di sisi Tuhan kalian’.

Namun mereka melakukan pelanggaran terus-menerus. 
Kaum sebelah kanan berkata ‘hai Musuh-Musuh Allah! Sungguh kalian telah membandel dalam pelanggaran! Demi Allah kami tidak sudi hidup bersama kalian, malam ini! Di kota ini! Demi Allah kami yakin bahwa kalian akan dibenamkan oleh Allah, besok pagi. Atau tertimpa adzab berupa Hujan Batu, atau Siksaan lain, dari Allah!’.
Ketika pagi hari, mereka datang untuk mengetuk pintu gerbang kota, namun tak ada jawaban dari dalam. Mereka meletakkan tangga dan menyuruh seorang lelaki agar memanjat, untuk menengok kaum yang di dalam. Di atas tangga, lelaki itu berteriak ‘hai Hamba-Hamba Allah! Demi Allah ada kera-kera berekor mbeker-mbeker!’.

Pintu gerbang berhasil dibuka; kaum yang telah menjadi kera itu mengenali keluarga yang berdatangan. Namun keluarga yang berdatangan tidak tahu kera-kera itu asalnya siapa. Kera-kera mendekati dengan mencium pakaian keluarga, sambil menangis. Keluarga sama berkata ‘bukankan kami telah melarang kalian melakukan pelanggaran?’. 
Kera-kera menganggukkan kepala, maksudnya mengiyakan.

Lalu Ibnu Abbas membaca:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ.

Artinya:
Maka ketika mereka telah melupakan yang diperingatkan pada mereka, kaum yang menolak dari kejelekan, Kami selamatkan. Siksa yang jelek menimpa kaum yang telah lalim.


Ibnu Abbas RA berkata 'saya melihat dalam Ayat ini bahwa kaum yang melarang 'melakukan pelanggaran', telah selamat dari siksaan, hingga tidak dirubah menjadi kera. Namun saya di sini tidak tahu 'kaum selain mereka' disiksa nggak? Karena tidak disebutkan di sini. Di sini saya ingkar dan tidak bisa berkomentar’.
Saya berkata ‘Allah menjadikan saya sebagai Tebusan tuan. Apa tuan tidak berpikir bahwa mereka telah benci pelanggaran tersebut?’ Dan telah menyelisihi pelanggaran mereka? Dengan berkata ‘kenapa kalian nasehat pada kaum yang akan dirusak atau disiksa oleh Allah (dengan Siksaan Berat)?’. 
Sontak beliau perintah, agar saya diberi dua kain tebal, sebagai busana untuk saya.”


Mujahid juga meriwayatkan seperti ini dari Ikrimah.

Bersambung.



Ponpes Mulya Abadi Mulungan

[1] Bagi kaum Arab, mengatakan, “Allah menjadikan saya sebagai Tebusan tuan" Sebagai penghormatan.

BI 14 : Bedah Ibnu Katsir


BI 14 : Bedah Ibnu Katsir


وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ].

Dan tanyakan pada mereka! Tentang (penduduk) desa yang konon berada di sisi lautan! Ketika itu mereka melakukan pelanggaran di hari Sabtu. Ketika itu ikan-ikan mereka datang pada mereka di hari Sabtuan mereka, dengan mengapung. Namun di hari mereka tidak bersabtuan; (ikan-ikan tersebut) tidak datang pada mereka. Seperti itulah Kami memberi Cobaan pada mereka, karena mereka telah fasiq. Ketika itu umat dari mereka berkata, “Kenapa kalian menasehati kaum yang akan dirusak atau akan diadzab dengan Adzab Berat oleh Allah?!.” 
Mereka menjawab, “Sebagai alasan pada Tuhan kalian, dan agar mereka (yang tidak bersabtuan) bertaqwa.” 
Maka ketika mereka telah melupakan yang diperingatkan pada mereka; orang-orang yang menahan dari kejelekan, Kami selamatkan; siksa yang jelek menimpa orang-orang yang telah lalim, karena mereka telah fasiq. Ketika mereka telah melanggar dari yang telah dilarang; Kami berfirman pada mereka, “Jadilah kera-kera hina!.”

Kaum Yahudi yang disiksa oleh Allah, hingga menjadi kera tersebut, hidup pada zaman Nabi Dawud AS. Tentang kisah tersebut, Ibnu Katsir meriwayatkan: تفسير ابن كثير - (ج 3 / ص 495)

وقال ابن جرير: حدثنا يونس، أخبرنا أشهب بن عبد العزيز، عن مالك، قال: زعم ابن رومان أن قوله تعالى: { تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ } قال: كانت تأتيهم يوم السبت، فإذا كان المساء ذهبت، فلا يرى منها شيء إلى يوم السبت الآخر، فاتخذ -لذلك -رجل خيطًا ووتدًا، فربط حوتا منها في الماء يوم السبت، حتى إذا أمسوا ليلة الأحد، أخذه فاشتواه، فوجد الناس ريحه، فأتوه فسألوه عن ذلك، فجحدهم، فلم يزالوا به حتى قال لهم: "فإنه جلد حوت وجدناه". فلما كان السبت الآخر فعل مثل ذلك -ولا أدري لعله قال: ربط حوتين -فلما أمسى من ليلة الأحد أخذه فاشتواه، فوجدوا رائحة، فجاءوا فسألوه فقال لهم: لو شئتم صنعتم كما أصنع. فقالوا له: وما صنعت؟ فأخبرهم، ففعلوا مثل ما فعل، حتى كثر ذلك. وكانت لهم مدينة لها ربض يغلقونها عليهم، فأصابهم من المسخ ما أصابهم. فغدوا عليهم جيرانهم مما كانوا حولهم، يطلبون منهم ما يطلب الناس، فوجدوا المدينة مغلقة عليهم، فنادوا فلم يجيبوهم، فتسوروا عليهم، فإذا هم قردة، فجعل القرد يدنو يتمسح بمن كان يعرف قبل ذلك، ويدنو منه ويتمسح به وقد قدمنا في سورة "البقرة"  من الآثار في خبر هذه القرية ما فيه مقنع وكفاية، ولله الحمد والمنة.

Arti (selain isnad)nya:
Ibnu Ruman meyakini sungguh Firman Allah Taala (yang artinya), “Ikan-ikan mereka datang dengan mengapung untuk mereka, di hari Sabtuan mereka. Di hari mereka tidak Sabtuan, (ikan-ikan) tidak datang pada mereka.” Ikan-ikan datang pada mereka, hanya pada hari Sabtu. Jika hari telah sore, ikan-ikan sama pergi. Sampai hari Sabtu depan ikan-ikan tidak tampak. Karena itulah, seorang lelaki memasang tali-temali dan pasak. 
Di hari Sabtu, seekor ikan dikait dengan tali di dalam air. Hingga ketika hari telah sore, ikan itu diambil untuk dibakar.
Orang-orang yang mencium aroma ikan bakar, bertanya pada lelaki yang membakar ‘kenapa membakar ikan?’. 
Lelaki itu berbohong ‘saya tidak membakar!’. 
Tetapi mereka memaksa agar lelaki itu mengakui perbuatannya. 
Lelaki itu menipu mereka ‘saya hanya menemukan dan membakar kulit ikan’.
Di hari Sabtu berikutnya, lelaki itu menangkap ikan lagi.”

Malik tidak tahu, barangkali Ibnu Ruman dulu berkata, “Lelaki itu mengait dua ikan dengan tali. Ketika telah memasuki malam Ahad, lelaki itu mengambil untuk membakar ikan yang dikait dengan talinya. Mereka yang mencium aroma ikan bakar, datang untuk bertanya ‘kamu membakar ikan?!’ 
Dia menjawab ‘kalau kalian mau, lakukan seperti yang telah saya lakukan!’. 
Mereka bertanya ‘kau telah melakukan apa?’. 
Dia menjelaskan pada mereka mengenai yang telah dilakukan.

Mereka menirukan perbuatan dia, hingga akhirnya banyak orang yang menirukan perbuatan tersebut. Kota yang dihuni kaum yang melakukan pelanggaran tersebut, dikelilingi dinding berpintu gerbang. 
Pintu gerbang ditutup oleh mereka. 
Ternyata di dalam benteng tersebut, mereka berubah menjadi kera.
Para tetangga yang berada di sekeliling mereka, berdatangan untuk mencari kebutuhan hidup sebagaimana biasanya. Ternyata pintu gerbang sulit dibuka. Beberapa orang berteriak memanggil-manggil, namun tiada jawaban. Beberapa orang memanjat dinding; ternyata kaum yang di dalam benteng telah menjadi kera.
Kera datang mendekat dan mengusap orang datang yang dikenali. Dan mendekat untuk mengusap orang lain yang dikenali.”

Sungguh Atsar (Riwayat) mengenai desa ini, telah kami datangkan dengan penjelasan yang cukup gamblang. Segala Puji dan Anugerah hak Allah semata.   

Bersambung
Ponpes Mulya Abadi Mulungan.

2012/07/29

BU: Bedah Usdul-Ghabah






Usddul-Ghabah artinya Singa-Singa Belukar. Kitab ini berisi Sejarah Para Sahabat Nabi SAW. Mungkin penulisnya memberi judul demikian, karena keberanian para Sahabat nabi SAW, luar biasa. Tentu saja dalam kitab ini, juga dijelaskan mengenai Ruqayah putri nabi SAW: أسد الغابة - (ج 3 / ص 352)

وروى مُحَمَّد بن فضالة قال: سمعت أن خديجة ولدت للنبي صلّى الله عليه وسلّم زينب، وأم كُلْثُوم، فاطِمَة، ورقية، وقيل: إن فاطِمَة أصغرهن عليهنّ السلام وقال أبو عُمر: لا أعلم خلافاً أن زينب أكبر بنات رسول الله صلّى الله عليه وسلّم. واختلف فيمن بعدها وكان رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قد زوّج ابِنْته رقية من عتبة ابن أبي لهب وزّج أختها أم كُلْثُوم عُتيبة بن أبي لهب، فلما نزلت سورة تبّت قال لهما أبوهما أبو لهب، وأمهما أم جميل بِنْت حرب بن أميَّة حمالة الحطب: فارقا ابِنْتي مُحَمَّد. ففارقاهما قبل أن يدخل بهما كرامة من الله تعالى وهواناً لابنَي أبي لهب. فتزوج عُثْمان بن عَفَّان رقية بمَكَّة، وهاجرت معه إلى الحبشة، وولدت له هناك ولداً، فسماه عَبْد الله. وكان عُثْمان يُكنّى به، فبلغ الغلام ست سنين فنقر عينه ديك، فورم وجهه ومرض ومات، وكان موته في جمادى الأولى سنة أربع، وصلى عليه رسول الله صلّى الله عليه وسلّم، ونزل أبوه عُثْمان في حفرته.


Artinya:
Muhammad bin Fadhalah meriwayatkan, “Saya telah mendengar bahwa 'sungguh Khadijah telah melahirkan' untuk nabi SAW: Zainab, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Ruqayah. Ada yang menjelaskan ‘sungguh Fathimah lah putri beliau terkecil AS’.
Abu Umar berkata ‘saya belum pernah tahu' orang memperselisihkan bahwa 'Zainab lah putri Rasulillah SAW yang paling tua'. Putri setelah Zainab lah yang diperselisihkan 'urutan kelahirannya’.

Sungguh konon Rasulullah SAW telah menikahkan putrinya bernama Ruqayah, dengan Utbah bin Abi Lahab. Dan menikahkan saudara perempuan Ruqayah bernama Ummu Kultsum, dengan Utaibah bin Abi Lahab. Ketika ٍSurat Tabbat telah turun; Abu Lahab perintah pada dua putranya dari istri yang bernama Ummu Jamil bin Harb bin Umayah Hammalatal-Hathab tersebut:
‘Cerailah dua anak-perempuan Muhammad SAW!’.
Sebelum menjimak, mereka berdua mencerai dua putri Rasulillah SAW tersebut. Karena sebagai Karamah (Perlakuan Istimewa) dari Allah untuk dua putri tersebut. Dan karena hinanya dua putra Abi Lahab. 


Utsman bin Affan menikahi Ruqayah di Makkah. Lalu mengajak dia hijrah ke Chabasyah. Di sana, Ruqayah melahirkan putra diberi nama Abdullah. Konon Utsman diberi kuniyah (nama-panggilan, atau nama-kehormatan ‘Abu Abdillah’ yang artinya ‘Ayah Abdillah), karena putra tersebut. Ketika telah berumur 6 tahun, mata Abdullah dipatuk oleh ayam, hingga wajahnya bengkak dan meninggal, di bulan Jumadayil-Ula (جمادى الأولى), tahun 4 Hijriah. Rasulullah SAW menyalati jenazah tersebut, dan Utsman turun ke kuburnya.”  

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

BT 5: Bedah Tirmidzi



Dengan tumbang dan melumpuhnya kekuatan Islam, maka dampak jelek yang timbul banyak sekali. Termasuk di antaranya Kitab Allah dan Al-Hadits sudah tidak menjadi rujukan lagi bagi sekelompok kaum. Padahal pada saat yang berat dan sulit seperti ini justru paling tepat, jika umat Islam kembali pada Kitab Allah yang menakjubkan, dan Al-Hadits atau Assunnah.
Tentang itu, Tirmidzi meriwayatkan: سنن الترمذي - (ج 10 / ص 147)

2831 - حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ قَال سَمِعْتُ حَمْزَةَ الزَّيَّاتَ عَنْ أَبِي الْمُخْتَارِ الطَّائِيِّ عَنْ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ الْأَعْوَرِ عَنْ الْحَارِثِ قَالَ مَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ يَخُوضُونَ فِي الْأَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلَى عَلِيٍّ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَلَا تَرَى أَنَّ النَّاسَ قَدْ خَاضُوا فِي الْأَحَادِيثِ قَالَ وَقَدْ فَعَلُوهَا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ فَقُلْتُ مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ وَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ هُوَ الَّذِي لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَةُ وَلَا يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلَا يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا { إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ } مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هَدَى إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا أَعْوَرُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَإِسْنَادُهُ مَجْهُولٌ وَفِي الْحَارِثِ مَقَالٌ.

Arti (selain isnad)nya:
Al-Charits berkata, “Saya pernah menyeberang dalam Masjid. Ternyata orang-orang di situ, sedang asyik membicarakan beberapa Hadits. 
Saya masuk kerumah Ali RA, untuk berkata ‘ya Amiral Mukminiin! Tak tahukan kau bahwa orang-orang telah asyik membicarakan beberapa Hadits?’.
Beliau RA bertanya ‘betulkah mereka telah melakukan demikian?’. 
Saya menjawab ‘betul!’. Beliau berkata ‘ingat! Sungguh saya pernah mendengar Rasulallah SAW’ bersabda ‘ingat! Sungguh akan ada kerusakan!’. 
Saya bertanya ‘berbentuk apa? Jalan-keluar dari kerusakan tersebut? Ya Rasulallah?’. 
Nabi SAW bersabda ‘Kitab-Allah! Di dalamnya ada:
1.     Cerita yang telah ada sebelum kalian.
2.     Khabar yang akan terjadi setelah kalian.
3.     Hukum terapan di antara kalian.
4.     Dialah pasal yang bukan main-main. Barangsiapa meninggalkan dia karena sombong; Allah mematahkan dia.
5.     Barang siapa mencari petunjuk pada lainnya; Allah menyesatkan padanya.
6.     Dialah Tali Allah yang sangat kuat.
7.     Dialah peringatan yang berhikmah.
8.     Dialah jalan yang lurus.
9.     Dengan dia hawa nafsu takkan belok, dan takkan tercampur oleh bahasa (makhluq).
10. Ulama takkan kenyang dalam menikmati kajiannya.
11. Takkan rusak karena sering diulang.
13. Dia (menakjubkan), hingga jin yang mendengar, berkata ‘sungguh kami telah mendengar bacaan menakjubkan yang menunjukkan pada kebenaran. Kami beriman padanya.’
14. Barangsiapa berbicara berdasarkan Kitab-Allah, maka benar.
15. Barangsiapa mengamalkan maka diberi pahala.
16. Barangsiapa menghukumi berdasarkan Kitab-Allah, maka adil.
17.  Barangsiapa mengajak padanya, maka diberi petunjuk pada jalan yang lurus’.”


Abu Isa (Tirmidzi) berkata, “Ini Hadits gharib. Kami tidak mengenal riwayat ini kecuali dari ini arah. Isnadnya juga majhul (tidak dikenal). Juga ada kritikan untuk Al-Charis (Akwar).”