وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ
الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ
شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا
يَفْسُقُونَ وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ
مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى
رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا
بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا
عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ].
Artinya:
Dan tanyakan pada mereka! Tentang '(penduduk) desa' yang konon berada di
sisi lautan! Ketika itu mereka melakukan pelanggaran di hari Sabtu. Ketika itu
ikan-ikan mereka, datang pada mereka di hari Sabtuan mereka, dengan mengapung.
Namun di hari mereka tidak bersabtuan, (ikan-ikan) tidak datang pada
mereka. Seperti itulah, Kami memberi Cobaan mereka, karena mereka telah
Fasiq.
Ketika itu, umat dari mereka berkata, “Kenapa kalian menasehati kaum yang akan dirusak atau akan diadzab dengan Adzab Berat oleh Allah?!.”
Mereka menjawab, “Sebagai alasan pada Tuhan kalian, dan agar mereka bertaqwa.”
Maka ketika telah melupakan yang diperingatkan pada mereka, orang-orang yang menolak 'dari kejelekan', Kami selamatkan. Siksa jelek menimpa orang-orang yang telah lalim, karena mereka telah fasiq. Ketika mereka telah melanggar dari yang telah dilarang, Kami berfirman pada mereka, “Jadilah kera-kera hina!.”
Ketika itu, umat dari mereka berkata, “Kenapa kalian menasehati kaum yang akan dirusak atau akan diadzab dengan Adzab Berat oleh Allah?!.”
Mereka menjawab, “Sebagai alasan pada Tuhan kalian, dan agar mereka bertaqwa.”
Maka ketika telah melupakan yang diperingatkan pada mereka, orang-orang yang menolak 'dari kejelekan', Kami selamatkan. Siksa jelek menimpa orang-orang yang telah lalim, karena mereka telah fasiq. Ketika mereka telah melanggar dari yang telah dilarang, Kami berfirman pada mereka, “Jadilah kera-kera hina!.”
Desa kaum Yahudi yang membandel, tidak mau Sabtuan, bernama Ailah. Letaknya
di antara Mesir dan Madinah. Dulunya diwajibakan berjumatan, namun mereka sama
memilih Sabtuan. Setelah diperbolehkan meninggalkan jumatan untuk
bersabtuan, ternyata mereka sama melanggar lagi. Kisah ini akan lebih jelas jika kita
membedah Ibnu Katsir: تفسير ابن كثير - (ج 3 / ص 495)
قال عبد الرزاق: أخبرنا ابن جُرَيْج، حدثني رجل، عن
عكرمة قال: جئت ابن عباس يوما وهو يبكي، وإذا المصحف في حجره، فأعظمت أن أدنو، ثم لم
أزل على ذلك حتى تقدمت فجلست، فقلت: ما يبكيك يا أبا عباس، جعلني الله فداك؟ قال: فقال:
هؤلاء الورقات. قال: وإذا هو في "سورة الأعراف"، قال: تعرف أيلة قلت: نعم.
قال: فإنه كان بها حي من يهود سيقت الحيتان إليهم يوم السبت، ثم غاصت لا يقدرون عليها
حتى يغوصوا بعد كد ومؤنة شديدة، كانت تأتيهم يوم السبت شرعا بيضًا سمانًا كأنها الماخض،
تتبطح ظهورها لبطونها بأفنيتهم. فكانوا كذلك برهة من الدهر، ثم إن الشيطان أوحى إليهم
فقال: إنما نهيتم عن أكلها يوم السبت، فخذوها فيه، وكلوها في غيره من الأيام. فقالت
ذلك طائفة منهم، وقالت طائفة: بل نهيتم عن أكلها وأخذها وصيدها يوم السبت. فكانوا كذلك،
حتى جاءت الجمعة المقبلة، فغدت طائفة بأنفسها وأبنائها ونسائها، واعتزلت طائفة ذات
اليمين، وتنحت واعتزلت طائفة ذات اليسار وسكتت. وقال الأيمنون: ويلكم، الله، الله ننهاكم
أن تتعرضوا لعقوبة الله. وقال الأيسرون: { لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ
أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا } ؟ قال الأيمنون: { مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ
وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ } إن ينتهوا فهو أحب إلينا ألا يصابوا ولا يهلكوا، وإن لم
ينتهوا فمعذرة إلى ربكم. فمضوا على الخطيئة، وقال الأيمنون: فقد فعلتم، يا أعداء الله.
والله لا نبايتكم الليلة في مدينتكم، والله ما نراكم تصبحون حتى يصبحكم الله بخسف أو
قذف أو بعض ما عنده من العذاب. فلما أصبحوا ضربوا عليهم الباب ونادوا، فلم يجابوا،
فوضعوا سلما، وأعلوا سور المدينة رجلا فالتفت إليهم فقال: أي عباد الله، قردة والله
تعاوي لها أذناب. قال: ففتحوا فدخلوا عليهم، فعرفت القرود أنسابها من الإنس، ولا تعرف
الإنس أنسابها من القردة، فجعلت القرود يأتيها نسيبها من الإنس فتشم ثيابه وتبكي، فتقول:
ألم ننهكم عن كذا؟ فتقول برأسها، أي نعم. ثم قرأ ابن عباس: { فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا
بِعَذَابٍ بَئِيسٍ } قال: فأرى الذين نهوا قد نجوا، ولا أرى الآخرين ذكروا، ونحن نرى
أشياء ننكرها ولا نقول فيها؟. قال: قلت: جعلني الله فداك، ألا ترى أنهم قد كرهوا ما
هم عليه، وخالفوهم وقالوا: { لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ } ؟ قال:
فأمر لي فكسيت ثوبين غليظين وكذا روى مجاهد، عنه
Arti (selain
isnad)nya:
Ikrimah berkata, “Suatu hari, saya datang pada Ibna Abbas RA, di saat beliau menangis. (Setelah yang) di pangkuannya (saya amati), ternyata Al-Mushchaf
(Al-Qur’an). Saya takut mendekat beliau. Cukup lama saya diam, namun akhirnya
saya mendekat dan duduk di sisi beliau, untuk bertanya ‘apa yang membuat
tuan menangis? Wahai Ayah Abbas? Allah menjadikan saya sebagai Tebusan tuan?’.[1]
Beliau menjawab ‘lembaran-lembaran kitab ini’.
Beliau menjawab ‘lembaran-lembaran kitab ini’.
Setelah
saya tengok, ternyata halaman yang dibaca 'Surat Al-Araf (سورة الأعراف)'.
Beliau bertanya ‘kau tahu kota Ailah?’.
Saya menjawab ‘ya’.
Beliau berkata ‘konon dulu di sana, ada penduduk Yahudi yang didatangi ikan-ikan (dari laut mereka), di hari Sabtu. Lalu ikan-ikan itu menyelam lagi, hingga mereka tidak mungkin bisa menangkap, keculi jika mau menyelam secepat-cepatnya, dan dengan tenaga kuat. Konon jika hari Sabtu, ikan-ikan putih besar, mirip seperti akan bertelor, sama datang dan mengapung.
Ikan-ikan itu lalu terkapar. Punggungnya di bawah dan perutnya di atas, di halaman rumah mereka. Kejadian seperti itu berlangsung berkali-kali dalam waktu yang cukup lama’.
Saya menjawab ‘ya’.
Beliau berkata ‘konon dulu di sana, ada penduduk Yahudi yang didatangi ikan-ikan (dari laut mereka), di hari Sabtu. Lalu ikan-ikan itu menyelam lagi, hingga mereka tidak mungkin bisa menangkap, keculi jika mau menyelam secepat-cepatnya, dan dengan tenaga kuat. Konon jika hari Sabtu, ikan-ikan putih besar, mirip seperti akan bertelor, sama datang dan mengapung.
Ikan-ikan itu lalu terkapar. Punggungnya di bawah dan perutnya di atas, di halaman rumah mereka. Kejadian seperti itu berlangsung berkali-kali dalam waktu yang cukup lama’.
Lalu
syaitan datang untuk memberi bisikan pada mereka ‘sungguh kalian ini
dilarang memakan hanya di hari Sabtu saja. Tangkaplah ikan-ikan itu! Untuk
dimakan di hari-hari yang lain!’.
Dan bisikan syaitan tersebut, disampaikan oleh sebagian mereka pada yang lain.
Sebagian mereka berkata ‘yang benar, kalian ini dilarang makan, menangkap, dan memburu ikan, di hari Sabtu!’.
Dan bisikan syaitan tersebut, disampaikan oleh sebagian mereka pada yang lain.
Sebagian mereka berkata ‘yang benar, kalian ini dilarang makan, menangkap, dan memburu ikan, di hari Sabtu!’.
Perselisihan berlangsung hingga hari Jumat berikutnya. Masyarakat yang menanggapi kaum yang
berbuat pelanggaran ketika itu, berpecah menjadi dua golongan: Sebelah kanan
dan sebelah kiri.
Yang sebelah kiri sama diam, ketika menyaksikan orang-orang melakukan pelanggaran.
Kaum sebelah kanan berkata ‘celaka kalian! Takutlah Allah! Takutlah Allah! Kami mencegah kalian melakukan pelanggaran, agar kalian tidak mendapatkan Siksaan Allah!’.
Kaum sebalah kiri justru berkata ‘kenapa kalian nasehat pada kaum yang akan dirusak atau disiksa oleh Allah dengan Siksaan Berat?’.
Kaum sebelah kanan menjawab ‘untuk alasan di sisi Tuhan kalian besok, dan agar mereka bertaqwa. Kalau mereka berhenti melakukan pelanggaran, lebih kami senangi. Agar mereka tidak disiksa atau dirusak oleh Allah. Kalau mereka membandel, kita telah punya alasan di sisi Tuhan kalian’.
Yang sebelah kiri sama diam, ketika menyaksikan orang-orang melakukan pelanggaran.
Kaum sebelah kanan berkata ‘celaka kalian! Takutlah Allah! Takutlah Allah! Kami mencegah kalian melakukan pelanggaran, agar kalian tidak mendapatkan Siksaan Allah!’.
Kaum sebalah kiri justru berkata ‘kenapa kalian nasehat pada kaum yang akan dirusak atau disiksa oleh Allah dengan Siksaan Berat?’.
Kaum sebelah kanan menjawab ‘untuk alasan di sisi Tuhan kalian besok, dan agar mereka bertaqwa. Kalau mereka berhenti melakukan pelanggaran, lebih kami senangi. Agar mereka tidak disiksa atau dirusak oleh Allah. Kalau mereka membandel, kita telah punya alasan di sisi Tuhan kalian’.
Namun
mereka melakukan pelanggaran terus-menerus.
Kaum sebelah kanan berkata ‘hai Musuh-Musuh Allah! Sungguh kalian telah membandel dalam pelanggaran! Demi Allah kami tidak sudi hidup bersama kalian, malam ini! Di kota ini! Demi Allah kami yakin bahwa kalian akan dibenamkan oleh Allah, besok pagi. Atau tertimpa adzab berupa Hujan Batu, atau Siksaan lain, dari Allah!’.
Kaum sebelah kanan berkata ‘hai Musuh-Musuh Allah! Sungguh kalian telah membandel dalam pelanggaran! Demi Allah kami tidak sudi hidup bersama kalian, malam ini! Di kota ini! Demi Allah kami yakin bahwa kalian akan dibenamkan oleh Allah, besok pagi. Atau tertimpa adzab berupa Hujan Batu, atau Siksaan lain, dari Allah!’.
Ketika
pagi hari, mereka datang untuk mengetuk pintu gerbang kota, namun tak ada
jawaban dari dalam. Mereka meletakkan tangga dan menyuruh seorang lelaki agar
memanjat, untuk menengok kaum yang di dalam. Di atas tangga, lelaki itu
berteriak ‘hai Hamba-Hamba Allah! Demi Allah ada kera-kera berekor mbeker-mbeker!’.
Pintu gerbang berhasil dibuka; kaum yang telah menjadi kera itu mengenali keluarga yang berdatangan. Namun keluarga yang berdatangan tidak tahu kera-kera itu
asalnya siapa. Kera-kera mendekati dengan mencium pakaian keluarga, sambil
menangis. Keluarga sama berkata ‘bukankan kami telah melarang kalian
melakukan pelanggaran?’.
Kera-kera menganggukkan kepala, maksudnya mengiyakan.
Kera-kera menganggukkan kepala, maksudnya mengiyakan.
Lalu
Ibnu Abbas membaca:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا
الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ
بَئِيسٍ.
Artinya:
Maka
ketika mereka telah melupakan yang diperingatkan pada mereka, kaum yang
menolak dari kejelekan, Kami selamatkan. Siksa yang jelek menimpa kaum yang telah lalim.
Ibnu
Abbas RA berkata 'saya melihat dalam Ayat ini bahwa kaum yang melarang 'melakukan pelanggaran', telah selamat dari siksaan, hingga tidak dirubah
menjadi kera. Namun saya di sini tidak tahu 'kaum selain mereka' disiksa nggak?
Karena tidak disebutkan di sini. Di sini saya ingkar dan tidak bisa
berkomentar’.
Saya
berkata ‘Allah menjadikan saya sebagai Tebusan tuan. Apa tuan tidak berpikir
bahwa mereka telah benci pelanggaran tersebut?’ Dan telah menyelisihi
pelanggaran mereka? Dengan berkata ‘kenapa kalian nasehat pada kaum yang akan
dirusak atau disiksa oleh Allah (dengan Siksaan Berat)?’.
Sontak beliau perintah, agar saya diberi dua kain tebal, sebagai busana untuk saya.”
Sontak beliau perintah, agar saya diberi dua kain tebal, sebagai busana untuk saya.”